Part 15

9.2K 475 13
                                    

"Kamu sukanya yang mana sayang?"

Gisela meng-goyang tangan Rio kesal karena kekasihnya itu tak meladeni ucapannya. Dia marah saat mendapati Rio yang malah melamun. Bukannya memilih desain undangan yang ada di ponselnya.

"Kamu kenapa sih yang? Akhir-akhir ini kamu sering banget ngelamun? Kamu mikirin apa?" tanya Gisela menyelidik.

"Ga ada kok, aku ga mikirin apa-apa."

"Bohong! Kamu pasti mikirin dia kan? Kenapa, kamu kangen sama dia? Kamu nyesal udah menceraikan dia?" semprot Gisela lagi. Dia minggu ini dia merasa ada yang berubah dari sikap Rio. Bahkan kekasihnya itu tidak begitu semangat mempersiapkan urusan pernikahan mereka.

"Aku sama sekali ga mikirin dia!" sahut Rio cepat.

"Yaudah, kalau ga mikirin dia. Pilih dong mau desain undangan yang mana"

"Terserah kamu aja, sayang. Aku ngikut," sahut Rio.

"Yaudah yang ini aja ya," kata Gisela lagi. Riopun hanya mengangukan kepalanya.

***

Rio memasuki rumahnya yang tampak sepi setelah dia pulang kerja. Gisela memang kembali ke rumahnya saat dia menceraikan Ify waktu itu. Riopun melangkan kakinya menuju dapur untuk mengambil air minum. Setelah memuaskan dahaganya itupun dia langsung masuk ke kamarnya.

Rio mengusap wajahnya kasar saat bayangan Ify tiba-tiba muncul. Ify yang selalu menangis karena perbuatannya. Bahkan rasanya hampir tak pernah Ify tersenyum saat bersamannya.

Dia mungkin keterlaluan. Namun, apa yang dialami Ify masih belum sepadan dengan penderitaannya selama ini. Dia kehilangan orang tua sejak kecil. Bahkan dia dan kembarannya harus bekerja untuk memenuhi kehidupan mereka. Hingga mereka bisa kuliah karena kerja keras itu.

Kehadiran dan keangkuhan Devana membuat saudara kembarnya menjadi gila dan ada di rumah sakit jiwa seperti ini. Diapun ingin membalaskan dendamnya pada Devana. Namun, dia juga baru mengetahui kalau Devana merupakan anak dari orang yang telah membuat keluarganya hancur. Diapun berniat melampiaskan dendamnya itu pada Ify. Adiknya Devana yang terlihat rapuh.

Ify memang kelihatan lemah pada awalnya. Namun, siapa sangka kalau ternyata Ify sudah berani melawannya. Hingga karena terlalu kesal diapun mencium bibir Ify waktu itu. Tapi sialnya dia malah lupa diri dan hampir saja menerkam Ify saat itu juga kalau Gisela tidak datang

Ify masih terus mendesaknya untuk memberitahu kenapa dia sangat membenci wanita itu. Dia pun akhirnya membawa Ify ke rumah sakit jiwa tempat kembarannya di rawat. Dia menceritakan semuanya yang membuat amarahnya kembali tak terkendali. Hingga dia melampiaskannya dengan minum-minum di klub.

Dia pulang dalam keadaan mabuk dan tak sadar telah melakukan hubungan suami istri dengan Ify. Dan saat terbangun di pagi harinya, dia merutuki kebodohannya itu. Apalagi mengingat semalam dia tidak memakai pengaman. Dia pun mandi dan langsung pergi untuk membeli obat pencegah kehamilan.

Dia menyuruh Ify meminum obat itu karena memang dia tak ingin memiliki anak dari wanita yang merupakan keturunan orang yang sudah membuat keluarganya hancur.

Namun, ternyata Ify tidak sanggup lagi bertahan setelah Gisela ikut tinggal bersama mereka. Ify minta diceraikan olehnya. Dia yang merasa sudah muak dengan Ifypun akhirnya mengabulkan permintaan wanita itu.

***

"Gue kenapa sih?" rutuk Rio saat tak sadar dia malah ke kamar Ify. Dia pun ingin keluar dari kamar itu. Namun, terasa ada sesuatu yang menariknya untuk tetap masuk. Dia pun mendudukkan dirinya di atas kasur itu.

Rio bisa menghirup aroma Ify yang masih melekat di kamar itu. Entah kenapa perasaannya tiba-tiba seperti ini. Sudah dua minggu dia tak pernah bertemu dengan Ify lagi. Dan dia juga lagi sibuk-sibuknya bekerja hingga dia tak sempat memikirkan apapun. Persiapan pernikahannya pun semuanya diurus oleh Gisela.

Rio merebahkan dirinya di kasur itu. Dia menjadikan tangannya sebagai bantal, lalu menatap langit-langit kamar itu. Tiba-tiba saja bayangan Ify yang sedang menangis kembali hadir di depan matanya.

"Ah sial, gue bisa gila kalau begini terus!" rutuk Rio. Dia bangkit dari berbaringnya dan memutuskan untuk mencuci mukanya. Setelah itu diapun keluar dari kamar yang pernah di tempati Ify.

***

Teng nong......

"Siapa sih, sayang?" tanya Gisela pada Rio saat mendengar bel rumah kekasihnya itu berbunyi. Padahal ini hari minggu.

"Ga tau. Aku liat dulu ya," kata Rio. Dia pun melangkahkan kakinya menuju pintu. Dan betapa terkejutnya Rio saat menemukan Liani dan Devana ada di rumahnya.

"Kalian?" bngung Rio karena tak menyangka akan di datangi istri dan anak dari laki-laki yang membuat ayahnya mrninggal dunia.

"Maaf nak Rio, kami bertamu pagi-pagi begini."

"Siapa yang?"

Liani membelalakkan matanya saat melihat seorang perempuan keluar dari rumah Rio. Apalagi dia juga mendengar perempuan itu memanggil Rio dengan sebutan sayang.

"Ini maksudnya apa?" tanya Liani bingung.

"Siapa sih sayang?" tanya Gisela lagi. Dia bahkan bergelayut di lengan Rio.

"Kamu yang siapa? Kenapa kamu bisa ada di rumah suami anak saya?" tanya Liani.

"Anak tante. Oh Ify maksudnya? Dia udah bukan istrinya Rio lagi kok tante. Dan sekarang aku sama Rio bakal menikah," jawab Gisela tanpa rasa bersalah.

"APA?" pekik Liani terkejut.

"Biasa aja dong tante. Ga usah terkejut kayak gitu. Ya namanya juga Rio ga pernah cinta sama anak tante. Dia cuma mau bales dendam karena gara-gara suami tante, orang tua kekasih saya ini meninggal dunia."

"Apa maksud kamu?"

"Tante ini pura-pura bodoh atau gimana? Tante ingatkan sama yang namanya Hardi Gunawan. Salah satu rekan kerja yang meninggal gara-gara kecurangan suami tante."

"Ga mungkin," lirih Liani.

Liani memang tahu soal itu. Namun, dia tak menyangka kalau Rio itu anak dari korban kelicikan suaminya dulu. Memang dulu Rio sempat mengatakan kalau orang tuanya sudah meninggal. Tapi tidak mungkin meninggal karena ulah suaminya kan?

"Itu kenyataannya tante. Bahkan Rio ini juga saudara kembar dari laki-laki yang sudah dipatahkan hatinya oleh anak tante. Lo ingat sama Dio? Saat ini dia ada di rumah sakit jiwa gara-gara ulah lo!" kata Gisela beralih menatap Devana.

"Asal kalian tahu, Ify sama Rio udah pisah dari dua minggu yang lalu," kata Gisela lagi. Dari tadi dia yang aktif bicara. Sementara Rio hanya diam saja melihat keterkejutan Liani. Entah kenapa dia merasa senang karenanya.

"Lalu dimana Ify?"

"Mana kami tau. Lagian bukan urusan Rio lagi. Kalau tante ga ada keperluan lagi. Mending tante pulang deh."

"Kalian benar-benar keterlaluan!"

PLAKKKKK

Liani langsung melayangkan tanparannya ke wajah Rio. Lalu diapun pergi meninggalkan rumah itu.

***

UNDESIRABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang