Part 24

12.5K 405 15
                                    

Rio kini sudah tiba di rumah sakit. Dia bertanya pada suster tempat dimana ruangan Ify dirawat. Diapun menganggukan kepalanya mendengar jawaban suster itu dan mengucapkan terima kasih. Setelah itu dia melangkahkan kakinya menuju ruangan Ify.

Rio menyentuh dada-nya yang tiba-tiba terasa sesak saat dia sudah berada di depan ruang rawat Ify. Diapun mengetuk pintu ruangan itu. Hingga tak lama kemudian pintunya dibukakan oleh Liani.

Wanita paruh baya itu tersenyum melihat kedatangannya. Lalu diapun mempersilahkan Rio untuk masuk. Riopun mengangguk dan melangkahkan kakinya masuk. Hal yang pertama dia lihat saat disana adalah tatapan tak suka dari Bagas dan Devana.

"Ngapain lo kesini? Masih belum puas nyakitin Ify?"

Kedatangan Rio disambut oleh sindiran sinis dari Bagas itu. Namun, Rio mencoba mengabaikannya. Toh niatnya kesini bukan ingin menyakiti Ify lagi. Melainkan ingin meminta maaf pada wanita itu.

"Mama yang minta dia kesini, Gas," ujar Liani.

"Mama kok bisa nyuruh dia kesini? Dia ini yang udah buat Ify menderita ma," kata Bagas lagi. "Harusnya lo ga kesini. Urusin aja istri lo sana. Hari ini kan kalian udah nikah," ujar Bagas pada Rio.

"Penikahan gue batal."

"Terus gue harus peduli gitu?" sinis Bagas lagi.

"Udahlah Gas. Kamu ga boleh kayak gitu. Rio cuma mau jenguk Ify aja," kata Liani lagi. Dia mempersilahkan Rio untuk menghampiri Ify.

Rio mengalihkan tatapannya pada Ify. Wanita itu terbaring lemah dengan selang inpus yang ada di tangannya. Lalu tatapan mata Rio beralih ke perut Ify yang membesar. Ludahnya tercekat di tenggorokan. Dia tak menyangka kalau Ify benar-benar hamil anaknya. Padahal waktu itu dia sudah memberi Ify obat.

Dia dulunya memang tidak menginginkan anak dari Ify, karena Ify adalah anak dari orang yang membuat keluarganya berantakan. Tapi sekarang, rasanya entah kenapa dadanya membuncah saat mengetahui kalau di dalam perut Ify ada anaknya. Tapi kemudian dia menelan kekecewaan saat mengingat kalau Ify harus mengalami operasi pengangkatan sel kanker itu beserta janinya.

Mungkin ini karma karena ucapannya dulu yang nengatakan tidak sudi memiliki anak dari Ify. Makanya disaat Ify hamil pun terpaksa harus diangkat demi keselamatan Ify.

"Maafin aku Fy, maaf kalau selama ini aku hanya bisa memberi penderitaan buat kamu," lirih Rio pelan. Dia menyentuh tangan Ify yang tak ada selang infus. Tangan itu terasa dingin.

"Aku menyesal memperlakukan kamu seperti itu Fy."

Liani mengajak Devana dan Bagas keluar agar bisa memberikan waktu untuk Rio berbicara dengan Ify meskipun Ifynya belum sadar. Awalnya Bagas tak mau karena takut Rio berbuat yang macam-macam pada Ify. Mengingat bagaimana kelakuan Rio itu. Namun Liani meyakinkan kalau tidak akan terjadi apa-apa.

"Maaf karena aku sudah mengabaikan kamu Fy. Maafin kebodohan aku. Padahal kamu itu perempuan baik-baik. Tapi dengan bodohnya aku menghancurkan kamu. Aku selalu melukai kamu. Selama kita menikah aku bahkan tak pernah memperlakukan kamu sebagaimana layaknya istri. Maafkan dosa-dosa aku sama kamu Fy," lirih Rio lagi. Dia membawa tangan Ify ke wajahnya. Lalu dia kecup punggung tangan itu.

"Aku ga jadi menikah dengan Gisela Fy. Aku malah beberapa kali menyebut nama kamu disaat akan mengucapkan akad nikah. Aku kangen kamu. Setiap malam aku bahkan ke kamar kamu dan tidur di sana karena ingin mencium aroma kamu."

"Aku menyesal karena sudah dibutakan oleh dendam. Gara-gara dendam aku menyia-nyiakan kamu yang bahkan ga tau apa-apa. Sekali lagi maafin aku Fy."

Liani masuk kembali ke kamar rawat Ify setelah dia merasa Rio sudah cukup lama berada di sana. Namun, pemandangan yang dia lihat di kamar itu membuatnya terdiam. Dimana Rio mengecup kening Ify dengan penuh rasa sayang.

"Sebaiknya kamu pulang dulu aja, Yo."

"Apa saya ga boleh ikut menjaga Ify disini bu?" tanya Rio.

"Besok saja kamu kesini lagi kalau mau ketemu Ify. Biar kami yang menjaga Ify. Lagian kamu harus ingat, kalau kamu sama Ify itu bukan suami istri lagi," kata Liani.

Rio pun akhirnya dengan berat hati mengiyakan perkataan Liani yang menyuruhnya pulang. Namun, besok dia akan datang lagi.

***

Liani dan anak-anaknya merasa bersyukur karena Ify sudah sadar. Mereka sempat khawatir karena Ify tak sadar dari kemarin. Liani pun mengambilkan minum untuk Ify.

Tepat jam sepuluh pagi ruang rawat Ify diketok dari luar. Kemudian pintu itu perlahan terbuka dan terlihatlah Rio yang melangkah mendekat.

Ify membelalakkan matanya saat melihat kedatangan Rio. Refleks dia menyentuh perutnya.

"Ngapain mas kesini? Pergi!" usir Ify langsung saat Rio mendekat. Dia panik dan takut Rio melakukan hal yang nekat pada kandungannya. Apalagi dia masih ingat betul ucapan Rio yang tak menginginkan anak darinya.

"Fy, aku kesini mau minta maaf sama kamu."

"Enggak! Aku ga mau lihat kamu mas. Sekarang kamu pergi dari sini. Kamu ga boleh nyakitin anak aku. Kamu ga perlu khawatir, aku yang bakal ngurus anak ini. Tapi tolong kamu jangan pernah coba bunuh anak aku!" teriak Ify panik.

"Fy, aku ga pernah bermaksud kayak gitu."

"Kamu bohong, mas. Jelas-jelas dulu kamu bilang ga menginginkan anak dari aku. Kedatangan kamu kesini pasti ingin melenyapkan kandungan aku kan? Kamu ga akan pernah bisa ngelakuin hal itu ke anak aku!"

Rio menggelengkan kepalanya. Hatinya sakit saat Ify menatapnya takut dan berlinang air mata. Ini semua pasti karena kebejatannya dulu. Makanya Ify sampai berpikiran seperti itu.

"Kamu salah paham Fy. Aku beneran ga ada maksud buat nyelakain bayi kita. Aku kesini mau minta maaf sekaligus melihat kondisi kamu Fy."

"Bohong, kamu bohong mas! Lebih baik kamu pulang aja dan temui istri kamu!"

"Aku ga punya istri lagi Fy. Aku ga jadi nikah sama Gisela. Aku kesini benar-benar ingin minta maaf sama kamu. Aku menyesal sudah memperlakukan kamu dengan buruk, Fy. Aku sama sekali ga ada keinginan untuk mencelakakan bayi kita."

"Ini bukan bayi kita. Ini cuma bayi aku!"

"Itu bayi aku juga Fy. Aku papanya. Kamu ga bisa menolak kenyataan itu."

"Tapi kamu ga pernah menginginkan kehadiran dia. Kamu ga pantas jadi papa. Kamu itu jahat mas!"

"Iya aku tau Fy. Makanya maafin aku dan tolong ajari aku biar jadi ayah yang pantas buat anak kita," kata Rio lagi. Dia paham kenapa Ify bersikap seperti ini padanya. Semua itu tak lain akibat perbuatannya dulu. Wajar kalau Ify jadi waspada padanya.

"Aku kangen kamu Fy. Maaf kalau aku telat bilang ini. Aku... Cinta sama kamu"

Repost

Tersedia pdf 35.000 WA 085654951239

UNDESIRABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang