Part 16

9.4K 470 22
                                    

 Sebulan yang lalu di kediaman Ify.

Bik Tuti mengernyitkan kening saat tak sengaja memergoki Liani yang sedang memperhatikan foto Ify. Senyum terbit di bibirnya saat menyadari kalau majikannya itu pasti merindukan salah satu anaknya yang kini sudah tinggal terpisah. Bik Tuti yakin, sebenci apapun seorang ibu pasti ada sisi lain di hatinya yang menyayangi anaknya. Meskipun mungkin rasa sayang itu kalah dan tertutupi oleh rasa benci.

"Non yang sabar ya, bibik yakin kalau sebentar lagi non bakal dapetin kasih sayang nyonya."

Bik Tuti pun meninggalkan majikannya itu untuk kembali melanjutkan pekerjaannya. Namun, ternyata apa yang dilihatnya itu kembali terulang di hari-hari berikutnya. Hingga Bik Tuti tidak tahan untuk buka suara.

"Non Ify itu sayang banget sama nyonya. Dari kecil dia selalu nanya ke saya, kapan mama sayang aku? Kapan mama berenti benci sama aku? Dan masih banyak yang lain lagi."

"Non Ify itu ga tau apa-apa nyah. Kalau pun bisa memilih dia juga tidak ingin dilahirkan dengan cara seperti itu. Dia ingin jadi anak yang normal dan disayangi nyonya. Selama ini sudah banyak air mata kesedihan dari non Ify. Dia juga setuju menikah demi nyonya dan non Deva. Dia tidak ingin nyonya sedih saat melihat dia. Makanya dia mau menikah nyah."

Bik Tuti menghapus air matanya yang tiba-tiba turun membasahi pipinya dikala mengingat penderitaan yang dialami nona mudanya.

"Saya tau, tidak ada perempuan yang ingin diperkosa. Tapi semua bayi yang lahir itu suci nyah. Dia tak pantas menerima kebencian hanya karena apa yang terjadi pada orang tuanya."

"Sekarang non Ify sudah tinggal sama suaminya. Kita ga tau bagaimana keadaan dia sekarang. Setiap saya telpon dia memang selalu mengatakan baik-baik saja. Namun, entah kenapa hati kecil saya mengatakan kalau dia ga baik-baik saja nyah."

"Sulit sekali rasanya Bi. Setiap saya ngeliat wajah dia saya selalu teringat kejadian dulu," lirih Liani seraya terisak pelan.

"Coba nyonya berdamai dengan keadaan. Ikhlaskan suami nyonya yang sudah tiada dan yang dulu-dulu nyah. Saya yakin perasaan nyonya akan lebih tenang. Ini mungkin memang sudah takdir sang maha kuasa."

"Apa Ify bakal maafin saya bi?"

"Pasti nyah. Non Ify itu sayang banget sama nyonya. Dia bakal ngelakuin apapun buat nyonya. Dan saya yakin dia pasti sudah memaafkan dia."

***

"Ma, mama kenapa?" Tanya Devana bingung saat melihat mamanya menangis seraya memeluk foto adiknya.

"Mama merasa bersalah sama adik kamu Deva. Mama sudah memperlakukan dia dengan buruk. Padahal apa yang terjadi sama mama dulu ga ada sangkut pautnya sama dia. Mama sudah jadi ibu yang jahat."

Devana memeluk mamanya. Dia pun juga sudah sangat keterlaluan pada adiknya sendiri.

"Selama ini mama mengabaikan dia. Tapi dia masih ada di satu rumah yang sama dengan kita. Namun sekarang? Setelah dia ga tinggal disini lagi, mama merasa ada yang kurang. Meskipun membenci dia tapi setiap hari mama selalu melihat wajah dia. Tapi kini, mama kangen dia Deva," lirih Liani lagi.

"Mama sabar ya ma. Aku juga merasa bersalah sama Ify. Aku juga udah jahat banget sama dia."

"Temenin mama ketemu dia Deva," pinta Liani yang diangguki Deva. Mereka pun akhirnya pergi ke rumah Rio dan Ify. Namun, apa yang mereka dengar benar-benar membuat mereka tak percaya.

"Ify, kamu dimana nak? Maafin sikap mama selama ini." Liani tak tahu harus mencari Ify kemana. Dia tidak tahu di mana tempat yang biasa Ify datangi atau teman-teman Ify. Dulu dia terlalu sibuk membenci Ify hingga tidak tahu apa saja tentang anaknya itu.

Mereka berdua merasa sangat menyesal sekali karena sudah mengabaikan Ify selama ini. Hingga di situasi yang seperti ini mereka tidak tahu Ify ada di mana.

"Maafin Deva ma, ini semua salah Deva. Kalau aja Deva ga kayak gitu dulu. Mungkin Rio ga ngelampiasin semuanya ke Ify."

"Sudahlah sayang, kita ga perlu menyesali yang sudah terjadi. Kita harus mencari Ify. Kita pulang dan tanya bik Tuti kemana tempat yang mungkin Ify datangi atau teman terdekat Ify," usul Liani yang diangguki Devana.

***

Liani hanya bisa menangisi kebodohannya. Dia menyesal telah mengabaikan anaknya yang sama sekali tidak bersalah. Hingga kini mereka tidak tahu dimana keberadaan Ify. Bik Tuti pun tidak tahu tempat-tempat mana saja yang biasa Ify kunjungi. Atau teman yang mungkin Ify datangi.

"Maafin mama ya Fy. Mama harap kamu baik-baik aja. Mama menyesal mengabaikan kamu selama ini" lirih Liani pilu.

Ify mana mungkin kembali ke rumah mereka setelah berpisah dari Rio. Ini semua gara-gara kebenciannya yang tidak pada tempatnya. Hingga membuat anaknya yang tidak tahu apa-apa menderita.

"Non dimana? Ayo pulang non, mama non udah menyesali semuanya"

"Maafin kakak juga Fy. Gara-gara kakak kamu begini. Kakak memang bukan kakak yang baik buat kamu."

Devana dan mamanya saling berpelukan. Mereka benar-benar menyesal. Ify menerima hukuman dari apa yang telah mereka perbuat selama ini. Padahal Ify sama sekali tidak tahu apa-apa.

"Kalian tenang aja. Aku bakal cari Ify," kata Bagas. Dia senang karena istri dan mama mertuanya sudah menyesali perbuatan mereka yang keterlaluan pada Ify.

"Makasih Bagas, mama sangat berharap kalau Ify bisa kembali lagi sama kita. Kasihan dia. Mama ga bisa bayangin dia ada di mana sekarang ini."

"Iya ma, Bagas akan minta teman-teman Bagas buat bantu cari Ify."

"Makasih ya sayang," kata Devana.

"Sama-sama. Aku senang kalau kamu sudah ga benci lagi sama Ify," sahut Bagas. Dia membalas pelukan istrinya itu dan mengecup keningnya.

"Mama istirahat dulu aja ma. Kayaknya mama kecapean," kata Bagas pada mertuanya itu.

"Iya kamu benar Bagas. Mama ke kamar dulu ya," pamit Liani yang diangguki keduanya. Lalu Liani pun melangkahkan kakinya menuju kamar dan meninggalkan anak dan menantunya itu.

"Ini salah aku juga yang, pantesan aku ngerasa pernah ngeliat Rio sebelumnya. Tau-taunya dia saudara kembar dari cowok yang dulu pernah ngejar aku. Aku ga nyangka aja kalau ternyata cowok itu ada di rumah sakit jiwa. Dan Rio berusaha melampiaskan dendamnya melalui Ify. Ify pasti ga pernah bahagia sama pernikahannya. Ify pasti menderita, sayang. Kita harus nemuin Ify." Devana mendongakkan wajahnya menatap sang suami.

"Iya sayang. Aku janji bakal temuin Ify."

***

UNDESIRABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang