—cerita ini nggak sepenuhnya fiksi belaka? Nggak kok. Cuma fiksi yang diadaptasi dari kisah sebenernya, hehehehe.
Harta. Tahta. Wanita.Jaemin kira itu hanya sekedar ucapan. Sebelah tangannya meraba bagaimana rupa wajah yang dulu kerap dipuja berbeda sama sekali. Jaemin terlambat menyadari sisi luar dirinya tak lagi sesegar bunga mawar yang merekah segar di pagi hari.
Dirinya yang saat ini, laksana bunga layu. Tersingkir oleh bunga-bunga lain yang lebih berkilau dan tengah mengelilingi seekor lebah pejantan paling memukau. Suaminya—miliknya... Jeno Lee.
Tangan dikepal, perih teriris manakala menyaksikan sendiri bagaimana para wanita dan lelaki submisif berlomba mencari perhatian Jeno. Prianya, sudah satu minggu ini tak pulang ke rumah. Jaemin telah melakukan segala cara untuk menjemput sang suami agar pulang ke rumah dan membicarakan perihal masalah rumah tangga mereka. Tapi, tak ada yang berhasil. Menyentuh pagar rumah orang tua Jeno saja tak bisa ia lakukan. Jeno bahkan melarang keras dirinya menginjakkan kaki di mansion pria itu.
•
•
•"Maafkan eomma. Sudah puluhan kali eomma membujuk anak bungsu kesayanganku agar kalian bisa menyelesaikan ini dengan kepala dingin. Tapi, Jeno bersikeras."
Jaemin menatap sendu wanita tua yang berjasa besar melahirkan Jeno. Terlampau besar maaf yang harus Jaemin ruahkan, mengingat ia merebut pewaris satu-satunya untuk tidak memberi keturunan Lee secara langsung. Pada titik ini, hatinya berdenyut perih.
"Seharusnya Jaemin yang meminta maaf pada eommonim. Saya—sudah merebut lelaki satu-satunya milik eommonim, maafkan aku, mma."
Wanita itu merengkuh Jaemin ke dalam pelukannya. Jaemin adalah pria yang hangat. Puluhan tahun pernikahannya dihabiskan untuk merawat bungsu kesayangan hingga menjadi sebesar ini. Jeno yang butuh banyak belajar agar mumpuni ketika menjadi pemimpin kelak, berkembang dengan baik dalam dampingan Jaemin. Tapi beliau tak pernah mengira, masalah baru yang mereka hadapi membuat Jeno melangkah terlalu jauh.
"Rapikan dirimu," ibu mertuanya mengusap pipi Jaemin dengan lembut. "Setelah kembali seperti dulu, rebut kembali Jeno. Eomma akan selalu mendukung keputusan kalian."
Kini, ia sudah kembali sesegar dulu. Dan telah menyiapkan hati untuk kembali membawa Jeno ke sisinya semula.
Gedung tinggi menjulang itu seolah menantang kehadiran Jaemin untuk ditaklukkan. Jaemin sudah siap dengan setelan semi formal dan penampilan jauh lebih baik. Berkat bantuan sang mertua, ia berhasil menerima undangan resmi pesta yang diadakan oleh perusahaan tempat dimana Jeno bekerja.
Begitu memasuki hall, Jaemin dapat merasakan kepercayaan dirinya merenggut banyak pasang mata. Meski hati kecilnya meraung ragu, tapi Jaemin bertekad untuk merebut kembali perhatian Jeno. Sah baginya menggoda pria yang nyatanya suami sah-nya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ #DiRumahAja sama NoMin
FanfictionLumayan. Hitung-hitung jadi temen di rumah :'3