***
Mobil APV putih milik Beno Adipati melaju mulus melewati jalanan yang biasanya Diarty lewati ketika pulang. Seperti biasa, laki-laki 23 tahun itu selalu setia buat antar jemput sang pujaan hati.
Setelah berhasil menurunkan Diarty di depan rumahnya, Beno memilih untuk mampir sejenak ke rumah bercat putih itu dengan suka cita. Ia takkan pernah menolak untuk singgah di sana. Empat tahun bukanlah waktu yang singkat, Beno ingin menebus empat tahunnya dengan cara mendekati Diarty lalu melamarnya.
"Mas mau mampir?" tanya Diarty ketika berada di depan pintu rumahnya yang masih terkunci.
Beno mengikuti langkah Diarty sampai di pintu, ia tersenyum tipis. "Emang aku gak boleh mampir, ya? Duh jahat sekali."
"Nggak, nggak gitu, Mas." Diarty menyanggah, dia tertunduk. Ada rasa gusar bersarang di wajahnya. "Gak enak diliat tetangga. Biasanya gak ada yang antar jemput aku kek gini lalu tiba-tiba Mas muncul. Perhatian mereka udah pasti tertuju ke aku. Aku gak pengen jadi bahan gunjingan orang."
Beno menatap wajah Diarty dengan penuh seksama. Pria tampan itu terlihat memahami apa yang dikatakan Diarty. "Aku tahu apa yang kamu rasain. Makanya kamu mau gih nikah ma aku."
Mata Diarty membulat, ia mendongak menatap Beno dengan tatapan agak kesal. "Mas, ini bukan masalah nikah apa nggak. Selama kita ketemu kek gini, mereka gak bakal berhenti buat gosipin aku."
"Lalu aku harus gimana? Aku kan dah bilang, nikah gih sama aku. Dengan begitu mereka gak bakal nyinyirin kamu. Lagian kalo kamu beneran nih ma aku, aku juga gak akan ijinin kamu tinggal di sini. Aku bakal beliin rumah buat kita kalo emang kamu gak bisa sama ibu aku."
Diarty tak berucap, ia menatap mata Beno yang memancarkan keseriusan. Diarty masih tak percaya kalo pria yang sudah ia anggap hilang empat tahun lalu bakal balik lagi dan tiba-tiba nglamar kek gini.
Beno tersenyum ketika melihat ekspresi Diarty kali ini. Tangan kanannya mengusap pipi Diarty dengan lembut.
"Kenapa? Kayaknya kamu gak percaya sama aku," ucap Beno di sela-sela senyum di wajahnya.
"Mas, aku kayaknya gak bisa. Aku gak bisa sama ibu kamu. Kamu tau 'kan gimana reaksi ibu kamu kalo liat aku, dia kayaknya benci banget sama aku. Dan aku nggak bisa bertahan kalo terus-terusan kek gini. Sebaiknya kamu pikirin lagi deh niat kamu buat ..."
Cup.
Tiba-tiba aja Beno main cium. Pria itu mengecup pipi Diarty dengan spontan, membuat Diarty langsung kehilangan kata-kata. Beno tersenyum ketika menikmati ekspresi langka Diarty waktu itu. Ya, Diarty emang gadis yang polos.
"Kamu pasti bisa kok. Aku yakin, beneran yakin. Kita lalui bareng-bareng, ya." Beno berkata dengan begitu entengnya.
Diarty yang terpaku akibat ciuman singkat itu lantas tersadar. Ketika mendapati kesadarannya kembali, wajah Diarty bagai tomat rebus. Merah matang dan panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILAMAR MAS MANTAN
RomanceCERITA INI SUDAH TERSEDIA DALAM BENTUK E-BOOK DAN FISIK. Apa jadinya kalo sudah lama putus tapi masih dikejar-kejar sama Mas Mantan? Dikejar-kejar buat dinikahin lagi?! Seperti itulah yang dirasakan oleh Diarty saat ini. Bisakah Diarty menepis peso...