Apakah Tepat untuk Kembali?

387 21 0
                                    

"Kang Yeosang!" Wooyoung menahan lengan yeosang yang bersiap melangkah pergi dari kamarnya.
"apa lagi?" yeosang berusaha melepaskan cengkraman wooyoung di lengannya,
"jadi kau benar-benar akan meninggalkan ku sendiri? aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu. O-okay aku salah, tapi aku benar-benar lupa, a-"
"wooyoung-ah. keumanhae! gwaenchana, lanjutkan saja acaramu dengan teman-teman barumu. Kali ini aku akan merayakan ulang tahun dengan keluargaku saja. Jangan khawatir, aku akan kembali," yeosang menatap wooyoung dengan sendu "atau mungkin.... tidak."
"tidak! tidak! tolong jangan pergi dalam kondisi seperti ini," wooyoung berusaha menarik yeosang ke dalam pelukan tapi yeosang lebih cepat mendorong tubuh wooyoung untuk menjauh.
"aku butuh waktu, maaf" yeosang lalu meninggalkan wooyoung sendiri. Ia pergi dari rumah kost (hasukjib) itu setelah memberikan kunci kepada pemilik kost.
Yeosang memutuskan untuk menenangkan diri ke rumah orang tuanya setelah merasa kecewa dengan wooyoung yang berencana pergi dengan teman-teman barunya di hari ulang tahun yeosang, padahal yeosang dan wooyoung sudah merencanakan akan merayakan ulang tahun bersama seperti tahun-tahun sebelumnya.

                                 ----------------

Sudah dua bulan berlalu setelah peristiwa itu terjadi. Yeosang jauh merasa lebih baik, ia pun sempat beberapa kali bertanya kabar dengan wooyoung. Hari itu yeosang merasa ingin kembali ke kost-an itu, selain karena merindukan sahabatnya, yeosang juga harus kembali melanjutkan aktifitasnya di kampus.
Yeosang mengambil ponselnya, lalu mencari nama wooyoung kemudian tanpa ragu ia pun memencet tombol panggilan. Ia menempelkan ponsel ke telinganya sambil menunggu panggilannya dijawab oleh wooyoung. Tidak butuh menunggu lama, wooyoung pun segera menjawab,
"wooyoung-ah, ini aku..." kata yeosang dengan sedikit canggung
"eo, waeyo? merindukanku?" wooyoung terkekeh di ujung sana.
"BABO!!!" sontak yeosang mengatai wooyoung yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat amat tinggi,
"benarkan? kalo bukan, lalu kenapa menghubungi?"
"ya sudah ya sudah, baiklah. aku kangen, puas?" kata yeosang dengan terpaksa,
"kau terpaksa," wooyoung tertawa lagi, "kenapa?" kali ini tanyanya serius
"hm... bagaimana ya..." yeosang terdiam sejenak, "aku harus kembali kuliah, tapi tidak nyaman jika harus mencari tempat tinggal baru, apakah kamarku dulu masih kosong?"
"ah itu...." wooyoung tertegun sebelum melanjutkan "kosong kok. ke sini saja, aku akan bilang pada imo(bibi) pemilik kost. kapan kau mau ke sini?"
"hari ini? bagai mana?"
"baiklah, aku akan bilang ke imo setelah ini,"
"aku akan berangkat setelah makan siang," kata yeosang
"arraseo! sampai ketemu nanti,"

                                   --------------

Yeosang memencet tombol bel beberapa kali sebelum wooyoung akhirnya membukakan pintu. Nampak wooyoung sangat senang melihat sahabatnya kembali. Wooyoung segera menyuruh yeosang masuk. Yeosang mengikuti wooyoung dari belakang sembari melihat kesekeliling, menurutnya tidak ada perubahan sama sekali setelah dua bulan ditinggal.
"mau minum apa? duduk dulu, kau pasti lelah" wooyoung mempersilahkan yeosang duduk di sofa yang berada di ruang tengah,
"soda?" yeosang tertawa, "seperti orang asing saja. ngomong-ngomong kapan imo ke sini?"
"ah, itu . . . mungkin nanti sore atau malam,"
"terus kamar ku ap-"

Yeosang belum selesai melanjutkan kalimatnya, ketika ia terkejut mendegar suara pintu terbuka dari arah kamar yang ditempatinya dulu. Seketika pandangannya teralihkan ke arah kamar tersebut. Ia sangat terkejut melihat seorang pria keluar dari kamar tersebut.

"wooyoung-ah apa kau meliha-" pria itu terkejut melihat yeosang yang sedang mematung, "ah, annyeonghaseyo," ia membungkukan badannya.
"ne, a-an-nyeonghaseyo..." yeosang berdiri kaku dan balas membungkuk.
"rupanya wooyoung sedang ada tamu. Kalau begitu lanjutkan saja," pria itu masuk kembali ke dalam kamar.

Wooyoung langsung mendekati yeosang yang masih terdiam. Yeosang menatap wooyoung dengan penuh tanya. Nampak wooyoung sangat gugup menghadapi situasi ini.

"aku bisa jelaskan," kata wooyoung takut
"jelaskan apa? apa ini? aku tidak mengerti,"
"ikut aku, kita bicara di kamar" wooyoung langsung menggandeng yeosang yang pasrah saja mengikutinya dari belakang. ia menutup pintu rapat-rapat, dan mengajak yeosang duduk berhadapan di kasur.

"begini . . ." wooyoung setengah berbisik,
"apa!??" yeosang sedikit meninggikan suaranya,
"tunggu. jangan berisik," wooyoung  berusaha menahan amarah sahabatnya itu, "jadi satu bulan setelah kau pergi, imo membawa san ke sini, ia menyuruh san menempati kamarmu, karena imo pikir kau tidak akan kembali, dan-"
"tapi kenapa kau tidak memberi tahu ku tadi di telepon!??" yeosang tidak bisa menahan amarah
"tunggu yeosang-ah," wooyoung menatap yeosang dalam-dalam, "pertama, aku tidak akan membiarkan kau pergi lagi. kedua, aku tidak bisa menolak kau untuk tinggal di sini lagi,"
"AISHHH!!! BABO-YA!!!" yeosang seketika berdiri sambil mengaitkan ransel di lengannya,
"tunggu tunggu," wooyoung merebut ransel yeosang dengan paksa dan menyuruh yeosang duduk lagi "dengar, lagi pula kamar ku adalah kamar yang paling besar. kita bisa menempati kamar ini berdua, eo?" wooyoung berusaha meyakinkan yeosang.
"barang-barangku yang dulu?"
"itu," wooyoung menunjuk ke sudut ruangan, "aku bilang sama imo, aku akan menyimpannya untukmu. tadinya ia ingin mengirimkannya ke rumahmu saat itu, tapi aku menahannya karena takut kau mau kembali. dan ya, sekarang kau kembali," wooyoung tersenyum
"ah molla!!!" yeosang nampak berpikir,
"ayo lah," wooyoung memasang muka melas sambil memegangi tangan sahabatnya itu, "kita bisa tidur berdua di sini. jebal yeosang-ah~" rengek wooyoung.
"ah terserahlah," yeosang melipat kedua tangan di depan dadanya, "tapi aku tidak bertanggung jawab kalau imo sampai marah dengan ide bodohmu ini,"
"tidak! aku akan merayu imo! aku janji! aku yang bertanggung jawab," wooyoung bersemangat "jadi? di sini kan?"
"iya." jawab yeosang jutek. Wooyoung langsung menarik yeosang kedalam pelukannya dengan erat. Ia benar-benar merindukan sahabatnya, dan tidak akan pernah melepaskannya lagi.

"sudah sudah!" yeosang melepaskan pelukan wooyoung, "aku mau cuci muka dulu,".
Yeosang keluar dan menuju kamar mandi, tepat sebelum ia menyentuh gagang pintu, tiba-tiba pintu kamar mandinya terbuka. Dan lagi, sosok yang keluar ialah pria yang tadi keluar dari kamarnya dahulu.

"eo, annyeonghaseyo," sapa pria itu lagi sambil senyum,
"ne, annyeonghaseyo," jawab yeosang canggung
"mau pakai kamar mandi? ah silahkan," ia memeprsilahkan yeosang,
"kamsahamnida," kata yeosang singkat
"ah ngomong-ngomong," langkah yeosang terhenti, "kau temannya wooyoung? atau saudaranya?" tanya pria tersebut,
"iya?" yeosang merasa bingung dengan pria tersebut,
"perkenalkan, aku choi san. panggil saja san," pria tersebut menjulurkan tangannya, mengajak berjabat tangan
"kang yeosang," yeosang menyambut jabat tangan san, "aku masuk dulu, permisi" yeosang buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.

Yeosang terdiam di depan cermin, ia menatap cermin lama sekali sambil memikirkan banyak hal. Ia merasa apakah ini waktu yang salah untuk ia kembali. Ditambah, ia merasa aneh dengan penghuni kamar lamanya. Entah perasaan apa yang muncul, seperti cemburu tapi ia merasa sangat tidak masuk akal jika cemburu hanya karena kamar lamanya di tempati orang baru. Yeosang benar-benar tidak mengerti dengan perasaannya yang campur aduk.
Ia menyalakan keran, dan membasuh wajahnya dengan air. Beberapa kali yeosang nampak mengatur napas, agar pikirannya jernih kembali. Tapi percuma, ia dikuasai pikirannya yang aneh. Lalu ia kembali ke kamar, dan melihat wooyoung yang sedang merapihkan tempat tidur seperti tidak menyadari kedatangan yeosang.

"babo," lirih yeosang pelan sambil memandangi punggung sahabatnya. Ia tersenyum tanpa sadar. sebelum akhirnya buyar karena pintu kamar yang tiba-tiba saja terbuka dan san masuk sambil memanggil wooyoung dengan manja.

"wooyoung-ah~~~ . . . ."

Seketika san terdiam, melihat yeosang yang ada di dalam kamar. Wooyoung pun terkejut saat membalikan badan ternyata ia mendapati yeosang yang juga ada di kamar ini. Mereka bertiga pun saling berpandangan.

bersambung . . .

Storm Under The UmbrellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang