Begins

2.2K 134 9
                                    

“Charlie, Charlie are you real?”

Kedua pria berkemeja putih itu saling memandang satu sama lain. Lalu kembali menatap sebuah kertas yang tergeletak begitu saja di atas meja beserta dua buah pensil yang saling tumpang tindih di atas kertas dengan posisi menyilang melintasi pada setiap sumbu bagian tengah, sedangkan bagian sisi kertas terdapat tulisan 'Ya' dan 'Tidak'.

"Sudah aku katakan itu hanya mitos!"

Seorang remaja pria bertubuh mungil dan berkulit putih memukul kepala teman nya, ketika melihat pensil itu tak bergerak sedikitpun, sedangkan si teman hanya bisa mendengus kesal tak ingin ribut dengan remaja mungil tadi di tempat sunyi seperti ini.

"Kita coba sekali lagi."

"Tidak! Kau saja sana, aku ingin pulang dan tidur."

"Ayolah, sekali lagi setelah itu kita kembali ke rumah."

Pria mungil itu tampak berpikir, mencibir teman nya yang sedang menunjukkan wajah memelas. Hingga akhir nya membuat pria mungil itu tidak tega dan berakhir mengikuti keinginan teman nya untuk bermain sekali lagi.

"Charlie, Charlie are you there?"

Tepat disaat teman si pria mungil selesai mengucapkan kata kunci permainan, di detik itu lah pensil yang mereka letakkan secara menyilang bergerak ke area kata “Ya” pada kertas dibawahnya ditambah dengan lampu ruangan yang tadi menyala kini padam secara tiba-tiba. Membuat tubuh dua remaja itu gemetar ketakutan.

Sreekk

"Shit!" Pekik si pria mungil tatkala melihat tirai jendela yang tadi nya tertutup kini terbuka dengan sendirinya, ditambah angin kencang mulai menyerbu keduanya. Tak sampai disana, bahkan kursi yang tersusun rapi di sekitar mereka mendadak bergeser kesana kemari, sontak kedua remaja pria itu lari kalang kabut untuk menyelamatkan diri. Ketika pria mungil itu memutar kenop pintu, pintu itu tak bisa dibuka, seolah ada yang mengunci mereka dari luar. Kedua remaja itu kompak berteriak meminta pertolongan, namun percuma tidak ada siapapun di tempat itu.

Tubuh kedua nya berkeringat dingin. Pria mungil itu tak henti-hentinya memutar kenop, mencoba untuk membuka pintu hingga selang beberapa menit kemudian pintu yang tadi terkunci tiba-tiba saja terbuka dengan sendirinya padahal tidak ada orang di balik pintu. Secepat kilat pria mungil dan teman nya itu pun berlari ke arah parkiran dan melaju kan motor mereka ke rumah masing-masing.

 Secepat kilat pria mungil dan teman nya itu pun berlari ke arah parkiran dan melaju kan motor mereka ke rumah masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seorang pria berperawakan mungil melangkahkan kaki dengan was-was di lorong gedung sekolah menengah atas. Keringat dingin membasahi dahi nya. Semenjak seminggu yang lalu, lebih tepat nya disaat pria mungil itu melakukan permainan pemanggil hantu di sekolah, sejak itulah Gun -nama si pria mungil tadi- merasa ada yang mengawasi nya dari kejauhan. Entah hanya perasaan Gun saja yang mulai paranoid atau memang ada yang memperhatikan nya. Gun tak tahu.

Satu hal yang Gun tahu bahwa dia mengutuk kebodohan Singto, sahabatnya. Jika bukan karena pria itu memaksa nya mana mungkin Gun mau pergi ke sekolah ini pada tengah malam dan melakukan permainan itu.

☑️ Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang