Obviousness

716 102 2
                                    

Dari kejauhan tampak sesosok pria berkulit tan mendudukkan diri di kursi dalam sebuah ruangan. Hari sudah menunjukkan pukul tiga pagi, namun tidak ada ketakutan secuil pun yang pria itu rasakan dalam keheningan dan kegelapan pada malam itu. Hawa dingin yang menusuk ke tulang tidak di hiraukan, seolah hal tersebut tidak berpengaruh sedikitpun pada tubuh nya. Singto, pria Tan tadi menatap lurus dengan pandangan tajam. Menatap sosok arwah berparas manis yang tengah meringis kesakitan di depannya.

Singto menghembuskan nafas panjang nan berat, mengapa tiba-tiba saja ia berubah pikiran dan membiarkan arwah itu tetap bergentayangan. Tadinya, Singto ingin melenyapkan roh Krist dengan memanggil seorang cenayang. Namun entah kenapa ketika ia melihat Krist kesakitan, ada perasaan aneh yang menyerang hati Singto. Ia tidak bisa membiarkan Krist pergi dengan cara paksa, ia ingin Krist pergi dengan damai. Terlebih, ada sesuatu yang menghujam dada Singto seakan ia juga merasa sakit kala melihat Krist menderita.

"Jelaskan padaku apa maksud perkataan mu tadi?" Tanya Singto pada akhirnya, setelah dua jam tidak ada satupun dari mereka yang bersedia membuka suara untuk memecah keheningan. Singto berdecak melihat Krist mengerutkan kedua alisnya, "Apa kau tidak tahu Off sekarat karena ulah mu?"

"Aku tahu." Jawab Krist singkat, sebelum ia kembali melanjutkan. "Aku sengaja membuat nya hampir mati. Bukan membuat nya benar-benar mati."

Kali ini Singto lah orang yang mengerutkan keningnya bingung akan ucapan Krist. Melihat ekspresi pria di depan nya, Krist terkekeh pelan membuat aura arwah itu sedikit lebih menggemaskan bagi Singto.

"Apa maksudmu?"

"Waktu itu, kau mengatakan padaku bahwa kau bisa melihat masa lalu ku hanya dengan menggenggam tangan ku bukan? Lantas apa yang kau lihat?" Tanya Krist setelah rasa ngilu di tubuhnya berkurang.

"Ck." Singto berdecih tatkala pertanyaan yang ia ajukan justru di balas dengan pertanyaan pula. Singto menatap Krist datar, ia mulai menceritakan apa yang bisa ia lihat pada arwah pria manis tersebut. Singto terdiam sesaat, mencoba merangkai kata agar cerita nya lebih padat, singkat dan jelas.

"Kau dan Off bersahabat sejak kecil, tapi kau diam-diam mencintai Off. Namun saat kalian berdua mulai masuk ke sekolah ini. Off justru memiliki seorang kekasih bernama Mild. Meskipun begitu, kau tetap menyukai Off tanpa sepengetahuan pria itu." Singto menjeda ucapan nya. Ia melirik Krist sejenak, mencoba membaca mimik wajah arwah tersebut yang tampak tak ada emosi apapun. "Suatu hari, Off marah besar padamu. Entah darimana, ia tahu jika kau menyukainya. Sejak hari itu Off menjaga jarak denganmu. Lalu, tiga hari kemudian. Kau mendapatkan pesan dari Off, ia memintamu untuk menunggu di perpustakaan ini. Tapi... " Singto menghembuskan nafas berat. "Tapi bukan Off yang menemuimu melainkan Mild. Dia mengatakan jika Off lah yang menyuruhnya untuk menemuimu. Saat itu Mild mengatakan jika Off tidak ingin lagi melihat mu. Mild juga mengatakan jika kau pria menjijikkan serta hinaan-hinaan lainnya. Kau tidak terima dan kalian mulai bertengkar hebat, sampai pada akhirnya Mild menusukkan pisau yang sudah ia siapkan ke dadamu berkali-kali setelah itu ia menyeret dan membuang tubuh mu dari atas rooftop. Apa aku benar?" Tanya Singto di bagian akhirnya. Krist mengangguk membenarkan.

"Sebab itulah arwah ku tidak tenang, aku membenci Mild karena dia membunuhku. Tapi aku lebih membenci Off karena dia yang menyuruh Mild menghampiriku. Andai saja dia datang sendiri, mungkin aku tidak akan berakhir seperti ini." Ucap Krist dengan nada sendu, sudut bibir nya terangkat. Membentuk sebuah senyuman pahit, "Apa kau tahu? Aku berhasil membunuh Mild tahun lalu, tapi saat aku mencoba untuk membunuh Off waktu itu, untuk sepersekian detik setelah dia menangis dan meminta maaf. Aku tidak bisa membunuhnya, apa yang kau katakan dulu memang benar. Off tidak sepenuhnya salah. Tetapi aku juga harus tetap melampiaskan dendam ku bukan? Sebab itulah aku menusukkan pisau itu tidak begitu dalam dan aku melakukannya tepat saat kau berjalan menuju ruang kesehatan. Apa kau tahu alasannya? Aku tau kau akan menyelamatkan nya dan dia tidak akan mati." Lanjut Krist panjang lebar.

☑️ Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang