Tata menyiapkan kue yang ada di meja makannya. Ia akan mengantarkan kue-kue itu ke toko untuk ia titipkan sebelum ia berangkat ke sekolah. Hitung-hitung sebagai uang tambahan untuknya.
Dalam hal memasak, sudah dibilang jika Tata jagonya. Ia juga bekerja sebagai koki di sebuah restoran makanan dan kue, Ananda Caffe & Bakery.
Tempat yang cukup terkenal di daerahnya. Karena pekerjaan itulah yang bisa membuatnya bertahan hidup dan memenuhi kebutuhannya sampai sekarang ini.
Ya walaupun terkadang ia sering merasakan pahitnya tidak memiliki uang ketika ia harus membayar segala tagihan di rumah kontrakannya ini.
Belum lagi biaya sekolahnya. Tapi untungnya ia masih memiliki beasiswa sehingga mengurangi sedikit bebannya.
Jika ditanya kenapa ia tidak meminta kepada orang tuanya saja?
Itu adalah hal konyol bagi Tata untuk ia lakukan. Jangankan untuk meminta, berbicara saja itu syukur-syukur jika Mamanya mau menganggap Tata anaknya.
Tata masih mempunyai seorang Ibu. Tapi Ayahnya sudah meninggal sejak ia berumur 13 tahun. Ia masih sangat ingat atas apa yang terjadi.
Di saat dirinya tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya. Bahkan ia sama sekali tidak dianggap oleh keluarga mereka.
"Kamu itu nggak seharusnya lahir dari rahim saya Atthala!"
"Kamu itu pembawa sial bagi saya. Gara-gara kamu, saya harus menikah dengan seorang yang tidak saya cinta!"
"Kamu tau kenapa kamu saya beri nama Edelweis? Karena bunga itu saksi Ayah sialan kamu itu merenggut harga diri saya!"
Tata segera menggelengkan kepalanya. Memejamkan matanya perlahan untuk menetralisir segala pikiran buruk yang selalu menyelimuti otaknya.
Rasanya jika mengingat itu Tata selalu merasa dirinya manusia paling menyedihkan. Tidak ada harganya dan selalu dicampakkan.
Tapi cepat-cepat ia tepis pikiran negatifnya itu.
Karena jika kita terus melihat ke atas, kita tidak akan sampai pada kata bersyukur. Tapi jika kita melihat ke bawah, pasti cukup banyak rasa syukur yang harusnya kita nikmati.
***
Tata keluar rumah. Hari ini cuaca cukup bagus. Tidak terlalu panas.
Ia menghirup napas dalam-dalam lalu dihembuskan secara perlahan. Untung saja kemarin malam ia sudah membayar biaya kontrakannya dari hasil kerjanya di restoran.
Ia mengunci pintu rumahnya. Tak lupa juga mematikan lampu-lampu. Karena sehabis pulang dari sekolah, ia akan langsung pergi ke tempat kerjanya yaitu sebagai guru privat.
Ia memang melakukan pekerjaan paruh waktu seusai ia sekolah. Dan di malam harinya ia akan mengajar les ke rumah anak didikannya.
Itulah alasan ia bisa bertahan sampai saat ini.
Ketika hendak melangkah, ia tak lupa menyapa tanaman-tanaman bunga di depan rumahnya.
Ia memang sangat suka sekali dengan bunga. Maka dari itu, ia sengaja menanam bunga yang banyak dipekarangan rumahnya.
Satu dari sekian banyak bunga yang ia tanam, ia sangat suka dengan bunga Marigold. Warnanya cerah. Tetapi dibalik itu, bunga tersebut memiliki arti yang sangat mendalam yaitu cinta yang sedih dan kekejaman.
"Hai, Marigold," sapa Tata tersenyum dan berjongkok menyeimbangi tinggi tanaman bunga tersebut.
"Tetap tumbuh menjadi bunga yang cerah ya, meskipun orang lain tidak tahu arti dari kamu sebenarnya," ucap Tata lalu melenggang pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marigold - New Version [Republish]
Teen Fiction"Mungkin kamu aib bagi mereka, tapi tidak bagi semesta." Atthala Edelweis. Gadis malang yang hidupnya menyendiri dan selalu tertutup. Hidup sebatang kara karena dianggap aib bagi keluarganya. Tidak ada masa putih-abu. Hidupnya terlalu monoton untuk...