Hari ini cuaca begitu panas hingga membuat gadis berambut pendek itu harus mengganti seragam putih birunya. Agak malas sebenarnya, tapi ia tidak ingin seragam SMP yang baru ia dapat dua bulan yang lalu itu terlihat kusam oleh keringat dan kotor karena banyaknya aktivitasnya sepulang sekolah. Seragam itu harus dipake lagi besok.
Namanya Fara, gadis berumur tiga belas tahun dengan begitu banyak kesibukan setiap harinya. Agak berbeda dengan beberapa anak di umurnya yang lebih senang menghabiskan waktu untuk bermain, Fara justru lebih suka menyibukkan diri di beberapa tempat les dan juga tempat latihan beladiri.
Seperti sore ini, Fara tengah menunggu sopirnya menjemput sebelum satu jam lagi ia akan ke tempat latihan beladirinya. Mungkin ia akan singgah ke toko es krim dulu nantinya untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering sedari tadi.
"Makasih, ya, Darren, udah antar aku. Nanti jangan lupa jemput lagi, ya."
"Iya, Sarah cantik. Tungguin aku, ya."
"Oke Darren ganteng."
Fara rasanya sedikit mual melihat interaksi kedua orang disampingnya ini. Lebih mual lagi ketika anak lelaki yang bernama Darren tadi sempat memberikan kedipan mata padanya. Fara jadi penasaran, apa lelaki itu masih bisa merayu orang jika ia tertimpa motor besar yang belum sepenuhnya dijangkau oleh kakinya?
Fara idak menyumpahi, tadi hanya pertanyaan asal saja yang terlintas di kepalanya. Itu jelas bukan kutukan yang akan membuat Darren celaka. Buktinya Fara bisa melihat Darren baik-baik saja saat ini. Entah bagaimana hingga ia bertemu lagi dengan Darren di toko es krim. Darren yang kini tengah beradu mulut dengan seorang gadis tepat di tengah pintu hingga menghalangi Fara untuk masuk.
"Katanya kamu sayang sama aku, tapi kok buat aku nunggu lama kaya gini, sih?!"
"Kan aku udah bilang, guru lesnya minta tolong beliin bakso dulu, sayang."
"Ya, tapi enggak selama itu juga, kali! Tadi nelpon katanya gak bakalan lama! Belakangan ini kamu tuh jadi keliatan nggak tulus tau gak sama aku."
"Bukan kaya gitu Sarah sayang, Aku---"
"Nama aku tuh Sasa! Kamu tuh kenapa, sih? Tadi manggilnya Liana, sekarang Sarah. Apa jangan-jangan tadi kamu habis jalan ama cewek lain, bukan belajar di tempat les? Iya?!"
Lelaki itu menggeleng," aku beneran dari tempat les, kok."
Gadis bernama Sasa itu mengangkat bahu lalu mengalihkan pandangannya, menjelaskan ia tak benar-benar percaya.
"Aku nggak bohong." Darren lalu beralih menatap Fara. "Nih, tanya dia, tadi aku ketemu dia di tempat les."
Kini keduanya sepenuhnya menatap Fara meminta jawaban. "Kamu liat, kan, tadi aku ke tempat les? Yang pake motor merah tadi."
Fara mengerutkan kening, ia malas untuk ikut campur....
"Oh, yang itu. Iya." Darren menghela nafas lega atas jawaban Fara. "Yang tadi bonceng Sarah, kan, ya?"
....tapi sepertinya seru juga.
"Kamu, kok, jahat sih?"
Fara yang akhirnya bisa masuk setelah Sasa pergi dengan linangan airmata mengerutkan kening mendengar pertanyaan Darren. "Aku... atau...kamu yang jahat?"
"Kamu udah buat Sarah---eh Sasa nangis!"
Fara hanya mengedikkan bahu, malas menanggapi. Padahal sudah jelas siapa yang salah di sini.
"Lihat aja, aku pasti akan balas dendam."
"Oh, ya?" Fara terlihat bersemangat. Ia lalu mengkretekkan jari-jarinya. "Mau tanding dimana?" Uh, sepertinya Fara ingin menyombongkan sabuk ke dua yang baru ia dapatkan.
"Bukan pertandingan fisik. Aku bakal balas kamu dengan kekuatan cinta. Cinta bisa membuat bahagia, tapi cinta juga bisa menjadi senjata paling menyakitkan."
Fara segera menggigit bibir bawahnya, menahan tawa geli atas kalimat terkonyol yang pernah ia dengar.
"Kenapa diam?" Darren membusungkan dada, lalu memamerkan senyum remeh. "Baru dengar kata mutiara sekeren itu?"
Fara dengan cepat menggeleng lalu menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan tawa yang tak bisa ia tahan.
"Lalu kenapa? Hem, atau kamu terpana karena baru sadar kalau aku ganteng dan keren?"
"Iya keren. Kaya monyet."
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER SAME 'DAFARA'
Random[END/REPOST] Sudah menjadi hal umum ketika seorang playboy tertarik dengan gadis cantik. Seperti yang terjadi pada Darren ketika melihat Fara untuk pertama kalinya. Namun Darren tak yakin jika ia hanya sebatas tertarik saja. Fara itu unik, jutek, su...