Chapter 5

116 20 3
                                    

(Lena's POV)

"Bukankah perempuan ini terlihat seperti kamu?" Kakakku bertanya.

Foto-fotoku dan Niall saat sarapan kemarin.
Foto itu sangat jelas, tidak mungkin mereka tidak mengenaliku. Dan dengan mereka bertanya seperti itu semakin membuatku gugup karena mereka berpura-pura tidak tahu agar aku menjelaskan sendiri apa yang sebenarnya terjadi.
Aneh rasanya, walaupun sudah hidup jauh dengan mereka dan lama tidak berjumpa, aku masih mengenal mereka sangat baik sampai tahu apa yang sebenarnya mereka pikirkan.

"Wah ternyata aku punya saudara kembar!" Tidak ada yang tertawa. Nilai A buat usahamu Lena.
"Iyaaa iya, itu aku." Aku memutar mataku.

"Bagaimana bisa?" Mereka mulai penasaran.

"Ya bisaa.."
Menjelaskan melalui telefon memang tidak menyenangkan. Apa lagi mereka tidak mau bergantian berbicara.
"Lain kali saja ceritanya kalau kita bertemu." Aku sedang malas menjelaskan semuanya.

"Apakah kalian - " Akhirnya Mama bersuara setelah sekian lama kakak-kakakku mengoceh tak mau henti.

"Lenaa!" Niall berteriak dari dalam dan jalan menghampiriku. Memotong percakapan Mama yang belum selesai.

"Niall?" Kakakku memanggilnya. Yup. Ketahuan sudah semuanya.

"Halo!" Niall menyapa dengan riang. "Aku Niall."

"Ya Tuhan. Itu benar Niall." Kakak-kakakku syok melihat Niall. "Bagaimana kabarmu, Niall?"

"Aku baik-baik saja. Bagaimana kabar kalian?" Niall bertanya dengan ramah.

Mama tak bersuara lagi. Aku sangat ketakutan menunggu reaksinya yang melihatku dengan Niall.

"Kalian dimana?" Kakakku bertanya.

"Dirumahku." Kata Niall dengan tanpa dosa.
Kakak-kakakku melihat Mamaku yang sedang duduk diantara mereka.

"Apakah kalian paca -" Kakakku hendak bertanya namun terhenti oleh Mamaku.

"Kapan kamu pulang, Lena?" Pertanda buruk.

Aku berjalan menjauh dari Niall agar dapat berbicara dengan Mama.

"Aku ga tahu, Ma. Secepatnya aku akan pulang kalau ada waktu luang."

"Kamu harus menceritakan semuanya, Lena!"
Kakakku berakting memerintahku. Yup. Aku tahu kakak-kakakku mencoba menirukan mama. Aku bisa membayangkan Mamaku berkata seperti itu padaku.

"Jaga diri baik-baik. Ingat pesan Mama ya. Bye Lena."

"Bye Lenaaa!"
Dan mereka menutup videocallnya.

Seriously Mama? Karena hal seperti ini aku harus pulang untuk menjelaskan semuanya? Maksudku, aku memang melangkah terlalu jauh karena bertunangan dengan Niall. Tapi mereka hanya tahu sedikit tentang kita yaitu kita pacaran. Dan itu membuatku harus pulang?

"Mereka membenciku." Niall berkata saat aku duduk disebelahnya. Dia terlihat ketakutan. Well, Mamaku memang sangat tidak ramah tadi.

"Engga lah, Niall." Aku mencoba meyakinkannya walaupun aku juga tidak tahu.

"Mamamu ga mengatakan apapun padaku." Dia benar.

"Tapi kakak-kakakku ngobrol sama kamu."
Mereka terlihat fine-fine saja dengan Niall.

"Bersiaplah, Niall. Ini baru permulaan.."
Niall berbicara pada dirinya sendiri sambil masuk kedalam selimut.

"Terima kasih ya, Ni."
Aku mencium pipinya.

"Terima kasih kenapa?"

"Terima kasih sudah bersabar dan mau berjuang untuk kita."

"Itu saja?" Protesnya.

They Dont Know About Us IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang