04

125 16 2
                                    


04

"Arsya!! Di panggil Bu Ismi tuh didepan," ucap Anggun yang duduk kembali di kursinya.

Arsya yang sedang makan pun akhirnya menyudahinya dan segera keluar kelas pergi menemui Bu Ismi.

"Ada apa ya Bu memanggil saya?" tanya Arsya sopan.

"Begini setelah nanti bel pulang kamu jangan dulu pulang ya. Kamu ke kantor Ibu dulu," ucap Bu Ismi.

Arsya tersenyum mengangguk, "baik Bu, kalau boleh tau kenapa ya Bu?"

"Enggak papa, ada yang ingin Ibu sampaikan sama kamu," balas Bu Ismi, "baik Bu, nanti saya ke kantor," balas Arsya.

Bu Ismi pun segera pergi menuju kantor kembali. Arsya berjalan masuk kedalam kelas.

"Baru aja gue mau ngerjain tugas, tapi ada aja kendalanya," ucap Arsya lesu.

Ayla memundurkan kacamatanya, "kendala apaan?"

"Disuruh Bu Ismi ke kantornya nanti pas pulang," balas Arsya dengan nada rendah.

"Biasanya sih bakalan ada yang berbeda sama hidup lo setelah ketemu Bu Ismi," ucap Ayla membuat Arsya duduk menghadap nya.

"Berbeda apanya?"

"Liat aja nanti, lo pasti engga nyangka!"

***

Pelajaran Bu Jamilah, semua anak kelas XII-IPA 4 belajar di taman. Baru baru kali ini pelajaran matematika di suruh di luar ruangan.

"Enggak jelas sumpah, belajar di taman!" decak Aurel dengan kesal.

"He harusnya lo itu bersyukur, noh liat anak kelas sepuluhan olahraga. Siapa tau kan ada yang ituan," ucap Rena menaikan sebelah alisnya.

Aurel menelusuri lapangan sebelah taman. Mereka anak kelas X Mipa 3.

"Oh iya, tau aja lo Ren masalah ginian," ucap Aurel dengan tawa kecilnya.

"Kebiasaan liat adik kelas yang wow aja langsung tuh mata kaya kupu kupu terbang," ucap Ayla.

"Hust! Gue lagi memandangi calon masa depan gue. Noh lo liat yang lagi minum, ganteng banget weh. Baru tau gue ada anak kelas X se- perfect itu," jelas Aurel.

"Iya tau ganteng, buat gue bisa lah ya," ucap Arsya. Detik kemudian lengan nya di pukul oleh Aurel.

"Punya gue itu,"

"Namanya siapa ya? Gebet ah," ucap Arsya.

"Lo kira gampang? Main gebet aja, lewatin dulu rintangannya," balas Rena membuat Arsya tertawa.

Gerombolan Arda, Raka dan Kevin berjalan keluar dari perpustakaan. Dari taman bisa terlihat jelas keduanya sedang membawa buku paket di masing masing tangan mereka.

"Ren! Lo enggak mau liat masa depan lo?" tanya Aurel membuat Rena menatap matanya, "itu di depan perpustakaan ada siapa?" tanya Aurel.

Rena pun mengarahkan pandangannya menuju depan perpustakaan. Disana mereka bertiga sedang memakai sepatu.

"Ah, lo mah!" ucap Rena tersenyum malu.

"Idih! Ren - Ren lo bisa gitu ya? Salting? Apa malu?" tanya Arsya, Rena pun menepuk pundak Arsya dan memperhatikan Kevin.

"Tau enggak? Kemarin si Nazla main kerumah Arda," ucap Ayla membuat ketiganya mengubah cara duduk mereka jadi menghadap sepenuhnya ke Ayla.

"Ngapain?" tanya Rena.

"Kaya enggak tau aja, iya bahas lomba lah," balas Ayla.

"Oh iya satu lomba sih ya, gue enggak nyangka sepupu lo itu pinter," sahut Rena.

"Iya pinter pinter nyebelin minta ampun!" balas Aurel mencengkram tangannya.

"Arda ikut lomba apa?" tanya Arsya yang tidak tau.

"Lomba Olimpiade Matematika," balas Ayla membuat Arsya terkejut.

"Serius?" Ayla mengangguk.

"Gini ya menurut pandangan gue, Arda itu ganteng, pinter, jago basket, tapi dan tapi pengin gue hihh! Nyebelin banget!" ucap Aurel begitu kesal.

"Kenapa orang yang nyebelin itu ganteng rata rata?" tanya Rena.

***

Sepulang sekolah semua murid keluar kelas nya. Ada yang menuju toilet untung ganti baju untuk kegiatan ekstrakurikuler, ada juga yang langsung pulang dan ada juga yang pergi ke ruangan TU guna membayar biaya sekolah.

Seperti Arsya Navila, gadis itu sekarang sedang duduk di kursi kantor. Di depan nya ada Bu Ismi yang membuka lembaran kertas berwarna putih setumpuk.

"Begini Arsya, saya sudah merekap nilai yang di dapatkan dari sekolah lama kamu. Kamu juga kata guru Matematika yang mengajar di kelas kamu, kamu anak yang cukup aktif menjawab pertanyaan meski kamu itu anak baru di sekolah ini," jelas Bu Ismi.

"Saya juga liat prestasi kamu mengikuti lomba Matematika saat di sekolah lama," imbuh Bu Ismi, "jadi maksud saya memanggil kamu kesini itu adalah saya ingin kamu membimbing anak anak yang ikut Olimpiade Matematika,"

Penjelasan panjang lebar dari Bu Ismi membuat Arsya diam di tempat duduknya.

"Tenang Arsya, kamu membimbing nya tidak sendiri nanti kamu akan di temani oleh Nazla XII Bahasa dan juga Arda XII IPA 1,"

Arsya menggaruk tenguknya, "hehe, gimana ya Bu. Bukan nya saya menolak tapi, saya belum terbiasa mengajar, saya takut yang di ajarkan saya nanti anak anak kurang memahami," balas Arsya memainkan jarinya di atas rok.

"Bisa pasti kamu Sya, kamu kan nanti akan di bantu Nazla sama Arda. Sekalian kenalan sama yang beda kelas, belum kenal kan sama mereka atau sudah?"

"Belum Bu,"

"Nah itu sekalian jadi temen baru nya mereka. Mau ya?" ucap Bu Ismi.

"Ya sudah Bu Arsya mau," balas Arsya. Bu Ismi pun tersenyum dan segera menyerahkan buku panduan Matematika pada Arsya.

"Ini ada Buku panduan dan juga buku penilaian jadi kamu bisa nilai sampai mana kemampuan mereka dalam memahami materi," Arsya menerimanya kemudian melihat lihat isi buku tersebut.

"Baiklah Arsya akan berusaha membimbing mereka. Terimakasih Bu,"

"Nah gitu, sama sama. Yaudah hari ini cukup, kamu mau pulang ya silahkan hati hati ya," ucap Bu Ismi.

Arsya mengangguk, "siap Bu, Ibu juga hati hati,"

----

Bukan Untuk AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang