Iridescent
Aleiodeth©|2686 kata|
❄----------❄
❄
KAMI terjebak dalam keheningan yang sangat lama.
Setelah mendengar kata 'perang' dari mulut Garda, aku sempat berinisiatif untuk melompat dari mobil karena jelas sekali aku pasti tidak diperbolehkan turun dengan suka rela. Lagipula, siapa manusia normal yang dengan mudahnya mau diantar untuk menjemput kematiannya? Ah itu aku.
Tapi kuurungkan niatku dengan kembali berfikir bahwa bukankah jika aku mati karena melompat dengan arogan dari mobil maka kematian sia-siaku akan lebih tidak bermakna. Setidaknya nenek moyangku yang dulu mati karena berperang melawan penjajah akan lega mengetahui bangsanya kini telah merdeka dan apa yang mereka perjuangkan tak berujung dengan kesia-siaan. Walau banyak pula diantara mereka mati tanpa nama.
Kenapa aku merasa nasionalis sekali? Entahlah aku bahkan sempat terharu beberapa saat mengingat film documenter yang pernah diputar saat pelajaran sejarah dua hari lalu.Sementara itu mobil melaju menuju pinggiran kota yang berbataskan pantai, sebuah Mercusuar menjulang tinggi dan sepertinya itu adalah bagunan yang kami tuju mengingat Pak Sopir mengambil lajur kanan dan siap berbelok ke arahnya.
"Bagaimana kau sudah tenang sekarang?" Garda kembali membuka pembicaraan walau tatapannya masih fokus pada jam tangan aneh yang menyembulkan layar hologram. Dari tadi dia sedang asik dengan benda di lengannya sementara hanya aku yang merasa canggung disini, bagus sekali. Sebagai tambahan informasi, kami benar-benar memutuskan untuk menggunakan bahasa informal sekarang karena usia kami hanya terpaut dua tahun dengan dia yang lebih tua dariku.
"Lumayan." Jawabku singkat sambil memerhatikan sekitar, ada tiga sedan di belakang kami yang sepertinya juga menuju arah yang sama.
Mobil berhenti tepat di depan gapura beton yang berada di area Mercusuar. Aku dan Garda keluar dari mobil diikuti beberapa orang yang sepertinya adalah pasangan Felthorn dan Virion seperti kami. Seluruhnya ada lima orang laki-laki dan tiga perempuan termasuk kami-tanpa sopir- dan empat laki-laki diantaranya berpakaian seperti Garda.
Kami melangkah masuk secara berurutan dimulai dari seorang Felthorn dan gadis Virionnya. Ada bunyi mendengung yang lumayan keras setelah dua orang itu memasuki Mercusuar lalu tiba-tiba menghilang beberapa saat setelahnya, dan selanjutnya adalah giliranku dan Garda.
Keterkejutanku bermula ketika Garda membuka pintu kayu Mercusuar dan aku tak mendapati pasangan Felthorn dan Virion yang masuk sebelumku. Aku melangkahkan kakiku dengan gentar dan berbagai pertanyaan mulai memenuhi pikiranku.
"Pegang tanganku." Pinta Garda yang berhasil menaikkan keterkejutanku menjadi dua kali lipat. Di tempat gelap dan pengap yang hanya ada kami berdua, dua orang berbeda gender yang sama sekali tidak mengenal dan dia memintaku memegang tangannya. Apa dia sudah gila?!
"Ap-apa maksudmu? Kau pikir aku mau?" Aku menyembunyikan tanganku ke saku dan menghujaninya dengan tatapan curiga.
"Ini adalah portal teleportasi." Matanya menerawang ke sekeliling dan aku semakin curiga. "Tenang saja, aku sama sekali tidak berminat pada gadis SMA sepertimu dan tolong cepat pegang tanganku karena dibelakang kita masih banyak orang yang mengantre untuk teleportasi."

KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT : The Halcyon
Ficção CientíficaPerang, deskriminasi, dan krisis. Tiga hal yang tak pernah lepas dari Bumi. Dunia yang damai di mana semua orang mendapat perlakuan yang sama, dunia seperti itu hanya ilusi. Siapa yang tidak takut mati? Menghabiskan hari-hari ku tempat ini serasa...