Iridescent
Aleiodeth©|2329 kata|
❄----------❄
*Perhatian, bacaan ini mengandung banyak kalimat sarkasme, makian, dan adegan berbahaya. Dimohon pembaca bijak dalam membaca.*
❄----------❄
‘Virion 16 siaga! ... Target terlihat di sekitar, laksanakan penembakan!’
“Perintah diterima, target terlihat!”
Kutarik kokang senapanku dengan jarak antara aku dan target terhitung dua puluh lima meter dan laser menembak tepat di kepala target terakhirku hari ini.Aku hanya menyasar pada bagian-bagian vital yang memungkinkan target mati dalam sekali tembakan yang menurutku lebih efisien, tanpa berlama-lama menyiksa musuhku.
Apa sekarang aku terdengar kejam? Maaf saja, tapi jika ingin beradaptasi disini setidaknya kau harus berpura-pura kejam agar bisa lolos dari mata elang Sang Pengatur.
“Virion 16, done!” Aku melepas helm yang melindungi kepalaku dan ruangan berteknologi VR ini kembali seperti semula yang keseluruhannya berwarna putih polos, pertanda latihan telah usai.
“Bagus, perkembanganmu lumayan walau ada beberapa target yang masih meleset.” Baron mendekat ke arahku dengan tampang garangnya yang kini menyunggingkan segaris senyum tanda bangga dan aku tersanjung akan itu.
Seminggu lalu aku tiba di sini dan langsung di sambut dengan detensi, banyak diantara Devourer yang menunjukkan ketidaksukaannya padaku dan Ana karena itu. Ah- sebenarnya Devourer itu hampir tidak menyukai kami semua -Virion- tanpa alasan yang jelas. Bahkan mereka seringkali memberikan detensi yang berlebihan walau kami hanya melakukan kesalahan-kesalan kecil.
“Ray!” Seorang pria melambaikan tangannya di pintu keluar. Aku selalu salah fokus pada seragam devisinya yang terlihat lebih keren dari milikku, pakaian hitam dengan garis merah yang membujur mulai dari bahu hingga kaki itu sukses membangkitkan sang iri hati dalam diriku.
“Kau datang?” Aku mengambil sebotol air mineral dari genggamannya tanpa permisi membuat sang pemilik melongo keheranan.
“Apa-apaan wajah masammu itu? Bukankah tadi Baron memujimu?”
“Sudahlah, aku lelah dan lapar. Tolong jangan beri aku pertanyaan yang membuatku berpikir. Ayo kita ke kafetaria.” Aku mengembalikan senapan jenis LaWS itu ketempatnya semula dan menyeret Garda menuju kafetaria di lantai tiga.
Laser Weapon System, yang katanya menjadi primadona di generasiku dan devisi Inertia berhasil mengembangkannya hingga mendekati kata sempurna. Senjata itu tergolong ringan untuk ukuran laras panjang dan tentu saja hemat energi. Kudengar, mereka berencana memasarkan LaWS melalui perusahaan senjata asal Rusia. Ah masa bodoh, untuk apa aku repot-repot memikirkannya.
“Kau tak ingin menemui Ana dulu?” Tanya Garda malas sambil bersandar di dinding elevator yang bergerak turun.
“Tidak, dia pasti sedang asik berkencan dengan senapannya.” Ngomong-ngomong soal Ana, dia benar-benar wanita yang berbahaya.
Sejauh yang kutahu, peluru maupun lasernya tak pernah meleset sekalipun dari sasaran saat latihan menembak dan itu membuatnya terlepas dari tatapan ketidaksukaan para Devourer dan membuat mereka semakin terperagah ketika berhasil menembak sasaran yang melaju kurang lebih dua ribu dua ratus meter per sekon.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT : The Halcyon
Science FictionPerang, deskriminasi, dan krisis. Tiga hal yang tak pernah lepas dari Bumi. Dunia yang damai di mana semua orang mendapat perlakuan yang sama, dunia seperti itu hanya ilusi. Siapa yang tidak takut mati? Menghabiskan hari-hari ku tempat ini serasa...