Meet up

4 0 0
                                    

I was a quick wet boy, diving too deep for coins
All of your street light eyes wide on my plastic toys
Then when the cops closed the fair, I cut my long baby hair
Stole me a dog-eared map and called for you everywhere

Have I found you
Flightless bird, jealous, weeping or lost you, american mouth
Big pill looming

Now I'm a fat house cat
Nursing my sore blunt tongue
Watching the warm poison rats curl through the wide fence cracks
Pissing on magazine photos
Those fishing lures thrown in the cold
And clean blood of Christ mountain stream

Have I found you
Flightless bird, grounded, bleeding or lost you, american mouth
Big pill stuck going down

Sekilas saat mendengarkan lagu flightless bird, aku pun memberanikan diri untuk menelpon alena. Aku bingung mau ngomong apa nantinya tetapi aku tetap memutuskan untuk menelponnya.

"Halo... bisa bicara dengan alena?"

"Iya ini dengan alena. Siapa ya?"

"Aku sanly temennya nana. Kata nana kamu mau kenalan. Salam kenal ya alena."

"Iya salam kenal juga."

"Kamu sekarang lagi ada di mana? Kayaknya lagi ada di luar ya?"

"Aku lagi jalan pulang nih. Bentar lagi juga sampe di rumah."

"Ohh hati hati di jalan ya soalnya uda malem banget kan. Besok mau ketemuan?"

"Iya boleh. Jam berapa? Emangnya mau jalan ke mana?"

"Besok mau gereja bareng? Jam 12 siang gimana?"

"Iya boleh."

"Okay! Sampe ketemu besok ya, len. Good nite."

"Iya. Good nite."

Owalahhhhhhh...
So akward!!!
Entah kenapa muncul rasa khawatir dikarenakan jam 11 malam, dia masih di luar.
Kenapa aku jadi gelisah ya?
Apa aku coba telpon buat menanyakan dia sudah sampai di rumah apa belum?
Haish, pasti terlihat aneh tiba tiba care.
Tapi sungguh sangat canggung sekali.
Besok gimana pun caranya harus mencoba bersikap biasa aja.

***

Aku bersiap siap untuk menjemput alena tetapi ada perasaan bimbang dan canggung berhadapan dengan orang yang baru dikenal.
Apa ajak nana sekalian aja ya?
Biar aku ga bingung mau ngobrol apaan.
Pasti akward banget jadinya kalau sama sama diam aja.

"Na... naaaa..."

"Hay, san. Yuk masuk aja. Nana lagi pergi."

"Hay, len. Owh gpp. Kita langsung jalan aja gimana?"

"Iya boleh."

"Btw, kamu tau jalan kan? Soalnya aku ga gitu tau jalan nih."

"Hfm... apalagi aku. Aku kan anak bandung, san."

"Ohh iya yaa... kayaknya sih lewat sini kali ya bisa."

"Kamu beneran gatau jalan? Mau nanya orang aja? Nanti nyasar lagi."

"Gpp lah kalau nyasarnya bareng kamu." Sahutku sambil tersenyum kecil.

"Gombal bener."

"Yahh... maaf ya! Kayaknya kita telat deh gerejanya."

"Iya gpp kog."

"Itu nana bukan ya?" Sambil menunjuk ke arah nana berjalan.

"Iya kayaknya sih nana ya."

"Nanaaaa!"

"Kalian kog ada di sini?"

"Iya tadi mau gereja bareng tapi telat."

"Yuk nongkrong di sana aja kita."

Untung saja ada nana, jadi suasana ga berasa canggung dan aku berusaha mengenal alena lebih dekat lagi.

Entah kenapa waktu berboncengan di motor dengan alena, seakan jarak diantara kami terlalu dekat hingga menimbulkan aura panas yang terasa ganjil jadinya.

Hanya saja aku masih tetap merindukan lena. Selalu melewati jalan di mana kita selalu jalan bersama dan ngobrol banyak hal.
Aku pendiam di depan banyak orang tetapi hanya bersama lena, aku merasakan kenyamanan yang berbeda hingga aku bisa meluapkan semua perasaanku padanya.

Alangkah lebih baik aku belajar membuka hatiku untuk orang lain.
Aku ga bisa terus menerus memikirkan lena seperti ini.
Dia uda bahagia sama orang lain, jadi aku harus relakan semua kenangan kita berdua.

Aku mengantarkan alena dan nana pulang bonceng 3 dalam 1 motor.
Ditambah nana sengaja sekali mendorong alena hingga jarak alena dengan punggungku semakin dekat dan aku takut alena merasakan degupan jantungku yang semakin kencang saat itu. Wajahku jadi memerah padam sekali diterpa angin malam yang berhembus dikarenakan alena.

Yah namanya alena timothy anak bandung sepupu dari nana yang mulai memasuki kehidupan aku.
Aku kembali merasakan perasaan bahagia saat bersama alena dihantui dengan bayang lena.
Aku pun tiba tiba melamun dalam lamunanku.

Takkan ada jawaban untuk hati yang tidak pernah puas.
Takkan ada pintu terbuka untuk hati yang tertutup.
Takkan ada kepastian untuk hati yang mendua.
Takkan ada masa depan cerah untuk hati yang kelam.

Takkan ada kekuatan untuk hati yang melemah.
Takkan ada kehangatan untuk hati yang menjauh.
Takkan ada kasih untuk hati yang kering.
Takkan ada kebenaran untuk hati yang selalu merasa paling benar.

Yang terlihat seringkali palsu.
Yang tidak terlihat menyembunyikan kebenaran.
Dengan maksud baik, maupun jahat.
Apa yang terlihat baik belum tentu baik, begitu pula sebaliknya

Mata suka menipu
Pikiran suka tertipu

***

Pulang dari kantor, aku mengajak alena makan bareng.
Kemudian keliling daerah kelapa gading hingga danau sunter.
Karena aku ingin mendenger suaranya dengan jelas saat dia sedang cerita, aku berhentikan motorku deket danau sunter.

Kami asyik ngobrol dan tertawa bareng.
Kemudian satpol pp mendekati kami dan mengusir kami karena berhenti di pinggir jalan yang sepi dan remang-remang.
Saking asyiknya berduaan sama alena seakan dunia milik kita berdua, aku baru menyadari kalau kita berhenti di tempat yang berbahaya sekali.
Takutnya rawan begal ataupun jambret.

Agak malu sih saat itu tapi jadi momen lucu kita berdua sih.
Hingga mencairkan suasana yang awkward pada awal pertemuan jadi feel confort with alena.

"Satpol pp nya tadi ngomong apa?"
Tanyaku kepada alena.

"Aku juga gatau karena ga jelas kedengeran. Yang pasti kita diusir sih."
Jawabnya sambil tertawa kecil.

"Terus sekarang masih ada di belakang kita gak?"

"Kayaknya sih uda gak ada deh."

"Kamu sih keliatan mesum!"

"Dihh enak aja! Kamu kali yang keliatan mesum!"

Hahahahaha...

Senyuman dan tawanya tiba tiba mencerahkan hariku yang selama ini redup merindukan Lena.

My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang