Keraguan

0 0 0
                                    

Hari sabtu siang menjelang malam minggu, lampu kamar alena dalam keadaan mati dan ada nana bersama vela juga alena.

Nana sekilas melihat tangan vela dan alena bergandengan.
Kemudia Nana pun menceritakan hal itu kepadaku.

Muncullah perasaan panas, jengkel dan amarah yang seakan tidak terbendung.
Teganya alena menyakiti perasaan aku.
Alena tau aku terluka karena diselingkuhin sama mantan yang sekaligus menjadi cinta pertama aku.

Tetapi dia malah tega berbuat seperti itu kepadaku dengan nama mereka yang hampir sama pula dan rasa sakit yang sama juga.

"Kamu ada hati sama vela?"

"Maksudnya?"

"Kamu pasti tau apa maksud aku."

"Aku gak paham maksud kamu apa?"

"Kamu pegangan tangan di kamar sama vela kan?"

"Gak ada! Jari kami cuman bersentuhan setelah itu aku pergi dari kamar kog."

"Aku minta kamu jujur lho."

"Terserah! Mau percaya atau engga!!"

Alena pun pergi keluar begitu saja dan aku hanya diam mencoba mencerna semua kejadian yang barusan dia ceritakan.

Alena menceritakan kalau dia ga ada pegangan tangan dan tangan mereka hanya bersentuhan saja jarinya.
Hatiku mengalami keraguan saat itu.
Aku mencoba untuk percaya dengan kata katanya tetapi hati aku tau kalau dia berbohong.

Sesaat itu juga rasa khawatirku pun timbul karena sudah malem banget dan dia masih belum pulang juga.
Aku pun mencarinya dan menelponnya tetapi tidak diangkat dan tidak ada respon sama sekali dari alena.
Aku frustasi dan takut sekali terjadi sesuatu sama dia.

Yak ampun aku berdoa agar Tuhan menjaga dia dan tidak terjadi apa apa sama dia. Biar aku aja yang celaka asal jangan dia.
Lebih baik cabut aja nyawaku jangan nyawa dia.
Air mataku pun tak terbendung dan sangat memohon kepada Tuhan keselamatan alena.

Aku berulang kali mengelilingi tempat biasanya aku sama alena pergi dengan sangat frustasi.
Kemudian alena mengangkat telponku di saat handphonenya penuh dengan panggilan tak terjawab dariku.

"Kenapa?"

"Masih mau marah-marah lagi? Kalau iya aku tutup telponnya."

"Kamu ada di mana?"

"Masih peduli?"

"Iya aku peduli dan khawatir banget sama kamu! Kamu di mana?"

"Aku di warnet deket bubble bude."

"Oke! Aku jemput kamu sekarang."

Saat aku uda menjemputnya, aku tetap hanya bisa diam seribu bahas.
Seakan nyangkut tulang di leher hingga berat buat mengeluarkan suara.

"Kamu masih marah? Kalau iya aku turun aja sekarang!" Tanya alena sambil berteriak.

Responku hanya menggelengkan kepalaku saja.

"Jawab! Kenapa diam aja?"

"Maafin aku! Aku mohon jangan keluar seperti ini lagi ya. Aku khawatir banget!" Pintaku sambil bersyukur atas kebaikan Tuhan.

"Aku gamau pulang! Aku masih kesel sama kamu."

"Lalu kamu mau ke mana? Aku ga bawa helm lho."

"Uda malem gak akan ada polisi!"

"Terus kalau ada polisi gimana?"

"Gampang kog! Tinggal telpon aja om-nya temen aku dan bilang aja ada kenalan kolonel jenderal bintang 3 nih pak mau ngomog. Langsung takut dan gajadi nilang." Jawab Alena dengan penuh percaya diri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang