Jealous

3 0 0
                                    

Saat di kantor, banyak yang melihat wajahku begitu ceria sekali seperti orang yang baru jatuh cinta.
Aku hanya tersenyum dan fokus pada pekerjaanku yang menumpuk sebagai staff purchasing di daerah jakarta utara yang tidak begitu jauh dari rumahku.

Aku pun pulang kantor tenggo dan langsung melesat menuju rumah alena.
Rumahnya saat itu sedang sepi dan orang rumah yang biasanya ramai bahkan riuh dengan suara teriakan melisa pun tidak ada.

Alena pun baru selesai mandi masih mengenakan handuk ketika aku sedang tiduran di kamarnya.
Seketika itu juga aku terhanyut dalam tatapannya yang menggodaku hingga menghujani bibir hingga lehernya dengan ciuman.

Lekuk tubuh dalam balutan handuk berwarna putih yang mempesonaku itu pun terjatuh dan alena pun reflek seketika itu juga kembali mengambil handuk putih tersebut bahkan tersipu malu menyembunyikan lekuk tubuhnya yang sangat ingin kulihat.

"Yahhh sayang sekali aku belum sempat liat ya." Sindirku dengan senyuman kecilku yang menggodanya.

"Aku malu!" Sahutnya sambil menghindari tatapan mataku.

Aku bingung harus berbuat apa karena aku memang tidak seharusnya melewati batas tersebut.
Aku pun hanya memeluk punggung belakangnya dan mulai terdiam dalam lamunanku.

"Kamu kenapa san?"

"Aku gpp kog sayang."

"Kamu pasti kepikiran mantan kan?" Tanya alena dengan nada jengkel.

"Bukan begitu! Aku hanya gamau melewati batas. Aku takut kamu salah paham nantinya. Jujur! Aku masih dihantui bayang bayang lena tetapi aku benar benar sudah jatuh cinta sama kamu alena."

"Kamu ga bohong kan? Aku pun juga cinta sama kamu, san. Aku milik kamu seutuhnya."

Dengan mata sayu alena yang menatap lembut kian mempesona seakan terjerat dalam bola matanya itu pun langsung menghujani bibirku dengan ciuman hangat dan mesra hingga aku terbawa suasana saat itu.

Semua terjadi begitu saja secara natural.
Senyumannya saat itu membuat aku melted sekali.
Kami pun bersiap siap untuk pergi kencan keluar.

"Kita mau kencan ke mana?"

"Yukkk ke bubble bude."

"Kamu masih mau minum yang sweet? Kamu uda sweet gini juga." Sindirku sambil memandang wajahnya yang tersipu sipu malu.

"Preetttt!!! Ngaco aja!"

"Kamu mau pesen apa?"

"Aku mau pesen taro milk tea donk. Tanpa pake taro and milk ya."

"Lalu kamu mau apa?"

"Aku cuman mau kamu."

"Preeettttt!!!" Sahut alena dengan nada jengkel mendengarkan gombalanku.

"Aku ga begitu suka manis soalnya aku uda punya kamu yang paling manis dalam hidup aku lho. Kasian nanti aku diabetes lama lama. Aku cobain minum kamu aja ya sayang." Godaku sambil memegang tangannya.

"Dasar celamitan!" Sahutnya sambil tertawa.

Kami pun menikmati kebersamaan saat itu ditemani bubble yang hits di tengah keramaian 'bubble bude'.
Berbagai macam orang yang sibuk dengan teman temannya sambil tertawa terbahak bahak tidak menggangguku yang mengagumi alena saat menyeruput bubble kesukaannya itu.

Waktu pun semakin malam tetapi rasa lelah seakan malu untuk muncul mengganggu suasana hati kami yang kian lama kian lekat bagaikan perangko.

***

Malam berikutnya aku sedang menikmati makan malam yang telah disiapkan oleh alena.

Aku tersentuh karena masakannya saat itu memang jauh dari sempurna tetapi lamunanku seakan membuat dunia yang hanya dihuni aku dan alena saja.
Aku menunggu di meja makan sambil memandangnya yang sedang mempersiapkan masakannya dan menata rapi semuanya di meja makan untuk segera aku nikmati.

My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang