Chapter 7

2K 228 15
                                    

"Keluar."

"Bangun!"

"Persetan denganmu, Dei."

"Haruskah kita melewati ini setiap pagi?"

"Kau membangunkanku setiap hari di saat matahari belum muncul. Jadi ya." Sasuke tidak bahagia. Ia belum melihat cahaya matahari dan Deidara sudah mengetuk-ngetukkan sepatu bodohnya, mencoba menarik selimut nyaman dan hangat yang menutupi tubuh telanjangnya dari penglihatan orang.

"Ini sudah jam sebelas," Deidara menghela napas. "Ya Tuhan, kau sudah menghabiskan terlalu banyak waktu di teater."

"Diam," Sasuke bergumam di bantalnya. Tempat tidurnya sangat hangat, dan persetan dengan Deidara. "Apa yang kau inginkan?"

"Ini sudah jam sebelas," Deidara mengulangi, seolah itu adalah alasan yang tepat untuk bangun. "Kau harus melakukan sesuatu selain tidur."

"Ada ide?"

"Mandi? Bercukur? Membuat dirimu layak dilihat oleh manusia?"

"Nanti saja," jawab Sasuke malas. Ia memejamkan matanya lagi dan ia hampir tertidur ketika selimutnya ditarik kembali dan rasa dingin menerpa pantat telanjangnya, terbuka cuma-cuma untuk dilihat publicistnya yang seorang gay. "Hei!"

"Ini bukan tur. Kau menolaknya, ingat? Itu mengejutkan. Dan ngomong-ngomong aku benar-benar memiliki firasat untuk menghormatimu sekarang," ucap Deidara. Sasuke memutar matanya, mengambil napas dalam-dalam agar ia tidak kehilangan kendali dan memukul si pirang itu. "Oke, kau bisa bangun dari tempat tidur sebelum jam 1 siang dan benar-benar harus melakukan sesuatu yang produktif."

"Sakura menyuruhku untuk menikmati hari liburku," ucap Sasuke. Ia menyadari bahwa ia sedang merengut sekarang, "Jadi inilah yang aku ingin lakukan."

Deidara menyeringai, "Oh. Jadi, karena Sakura 'menyuruhmu'," seringainya melebar, tapi Sasuke tidak mau melihatnya.

Deidara berjalan pergi dan Sasuke merasa tidak bisa tidur lagi, karena sekarang ia mencoba mencari tahu mengapa ia melontarkan nama gadis itu seolah-olah itu adalah satu-satunya alasan.

***

Sakura sedang berbelanja untuk persiapan acara teaternya, seperti yang selalu ia lakukan sebelum opening produksi baru. Ini adalah tradisi konyol dan rekening banknya membenci itu, tapi ia tetap saja pergi ke semua butik terbaik, melihat-lihat dress terbaru dan membeli satu. Ia mengenakan Burberry yang cantik untuk acara tahun lalu, dan tahun sebelumnya, ketika ia masih bukan siapa-siapa selain mendapat undangan untuk peran kecil dalam pertunjukan besar, ia mengenakan BCBG yang masih ia sukai sampai sekarang.

Sakura baru saja keluar dari Dior ketika ia hampir menabrak seseorang dan membuat seseorang itu merengut sebelum menyadari bahwa itu Sakura dan memeluknya.

"Sakura-chan! Apa yang kau lakukan? Kau seharusnya beristirahat!" Deidara, orang yang hampir ditabrak Sakura berseru. "Kau tahu, itu yang costar-mu lakukan."

Sakura tertawa kecil. Ini sudah hampir tengah hari dan ia memiliki bayangan —tidak sepenuhnya mengerikan—tentang Sasuke di penthousenya memakai jeans dan dengan gitar di pangkuannya atau semacam itu. Entah ia salah atau tidak itu benar-benar tidak penting.

"Apa dia baik baik saja?" tanya Sakura tiba-tiba. Bukannya menjawab pertanyaan Sakura, Deidara menatap gadis itu dengan aneh. "Kemarin ketika kami berbicara, dia seperti... aku tidak tahu."

"Mungkin karena tur. Dan dia gelisah, meskipun dia berusaha bersikap seolah-olah tidak," ucap Deidara, mengangkat bahu.

"Tunggu. Tur apa?"

Not Who You Expected✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang