Part.4

1.4K 31 2
                                    


"Seret bajingan itu dan lempar dia ke ruang bawah tanah, dan berikan dia kejutan yang tidak akan dilupakannya." Suara bariton Marco Reus memecah keheningan malam.

Lelaki itu diseret, lebih tepatnya ia sudah tidak sanggup berdiri lagi. Pelipisnya terus mengeluarkan darah, tangan kanannya nyaris tidak bisa digerakkan karena sebelumnya salah seorang anak buah Marco mematahkan pergelangannya. Belum lagi luka tusukan yang sangat parah dikakinya. Yah, Marco memiliki anak buah yang sangat ahli beladiri dan menggunakan senjata.

Ethan dilempar kedalam ruangan yang gelap, ia tidak bisa melihat apapun, tapi ini bukan hanya karena gelap, Ethan memang kesulitan membuka matanya.
Pukulan tanpa henti yg didapatkan tadi sudah membuat wajah dan tubuhnya tak berbentuk, bahkan untuk bernafas pun ia merasa sesak, karena darah masih mengalir dari hidung dan sudut bibirnya.

Dan tiba-tiba Ethan melihat sedikit cahaya dari penglihatannya yang samar. Lampu ruangan itu sudah dinyalakan, tapi tunggu..ia melihat ada tubuh terbaring dilantai yang sama dengannya, dan emosi Ethan segera meluap saat ia tahu siapa tubuh itu.

"Nadine, sayang apa yang terjadi padamu, kenapa kau ada disini. Bajingan kau Marco, apa yang kau lakukan pada istriku hah.."

Lelaki tambun itu, iblis dalam dunia judi dan pemilik kartel narkoba terbesar di negara ini. Dia Marco Reus, mengambil kursi yang ada disudut ruangan, dan menempatkannya persis didepan Ethan. "Tenang Ethan, istri cantikmu masih hidup, aku sengaja tidak langsung membunuhnya, karena jauh lebih menyenangkan melihatmu menangis menyaksikan proses kematiannya." Marco tertawa dengan keras menyaksikan pemandangan didepannya, sementara Ethan berusaha menyeret tubuhnya untuk memeluk Nadine.

"Kau pikir setelah membuatku kehilangan jutaan dolar, kau akan selamat begitu saja??! Bahkan jika saat ini semua organ tubuhmu dan istrimu aku jual dipasar gelap, uangnya tidak akan cukup untuk mengganti kerugianku."

"Tapi aku sudah berusaha Marco, kau sendiri yang melihatku bermain." Ethan berteriak, kepalanya terasa berat dan ingin pecah, ia nyaris kehilangan kesadaran jika saja tak mengingat ada Nadine dipelukannya.

"Tentu saja aku melihatnya brengsek, tapi yang aku lihat adalah kebodohanmu. Seharusnya kau bisa menang dari lawanmu, tapi tidak, dan kau tahu aku terpaksa harus menyerahkan salah satu wilayah peredaranku untuk menutup kekalahan ini." Marco berkata sambil berdiri dan mengambil sebilah kayu.

"Katakan padaku Ethan, bagian mana dari tubuhmu yang harus kupukuli, karena sudah tidak ada lagi bagian yang tersisa, atau bagaimana kalau tubuh istrimu saja yang menggantikannya."

"Jangan Marco, aku mohon. Bunuh saja aku, tapi lepaskan istriku, biarkan dia hidup, aku mohon padamu." Ethan berusaha untuk berlutut, ia menangis, karena sudah tidak ada lagi upaya untuk menyelamatkan diri, hingga ia mendengar suara desahan Nadine.

"Ahhhk..dimana ini?"

Ethan berusaha mengeratkan pelukannya. "Tenanglah sayang, ini aku, semuanya akan baik-baik saja."

"Ethan!! Apa yang terjadi padamu, kau terluka parah." Nadine histeris melihat keadaan suaminya. "Dan siapa mereka, kenapa mereka membawaku kesini? Aku takut Ethan, aku takut..."

Nadine terus meracau, dia tidak tahu harus berkata apa dengan keadaan disekitarnya. Yang dia lihat adalah suaminya dengan luka disekujur tubuh, beberapa orang dengan postur tinggi besar dan wajah yang menyeramkan, dan seorang laki-laki tambun yang saat ini melihatnya seperti singa lapar.

Marco berjalan mendekati Nadine, ia berjongkok dan menyeringai melihat bagaimana wanita itu memeluk erat suaminya.

"Pasangan yang sangat serasi, aku iri melihat kalian. Andai saja aku bisa mempunyai istri sepertimu Nadine Johnson, tapi tidak...para jalang diluar sana tidak pantas menjadi istriku, karena aku bisa menikmati mereka kapan saja dengan uangku." Marco bangkit dan tertawa terbahak-bahak, kemudian berkata kepada anak buahnya. "Wanita cantik ini milik kalian, nikmati tubuhnya sepuas kalian. Dan seret laki-laki itu kesamping ku, kami akan menyaksikan pertunjukan ini bersama-sama."

"Tidaaak, jangan coba-coba menyentuh istriku Marco, aku tidak akan mengampunimu." Ethan mencoba melawan saat dua orang anak buah Marco menyeretnya menjauhi Nadine. Sementara Nadine menangis histeris, berusaha melindungi dirinya dari beberapa orang yang semakin mendekat.

"Jangan, aku mohon jangan sentuh aku. Ethan... tolong aku, hentikan mereka." Nadine terus berteriak, berusaha melepaskan diri dari tangan-tangan yang saat ini menjamahnya.

Ethan berusaha mendekati Nadine, tapi ia sendiri tak berdaya untuk bangkit. "Aku mohon Marco, lepaskan istriku, aku rela menjadi budakmu selamanya, tapi biarkan dia bebas." Ethan terus memohon, sementara Marco terlihat sangat menikmati pemandangan didepannya.

"Diam kau brengsek, dan jangan mencoba menutup matamu, kau harus melihat semua ini." Marco menjambak rambut Ethan, dan menegakkan kepalanya.

Ethan berusaha meronta, ia tidak sanggup menyaksikan bagaimana anak buah Marco bersama-sama merobek dengan kasar pakaian istrinya, dan menyetubuhinya."

Hingga kemudian suasana menjadi hening, Ethan yang baru tersadar dari pingsannya berusaha untuk membuka mata, dan melihat sekeliling, sudah tidak ada siapa-siapa lagi.

"Nadine, dimana kau sayang, aku tidak bisa melihatmu." Ethan mencoba bangkit, dan melihat disudut ruangan tubuh istrinya tergeletak diam.

Dengan sisa tenaga yang ada ia berusaha menggapai sudut ruangan. "Buka matamu sayang, maafkan aku, ayo Nadine bangunlah." Tubuh Nadine tetap diam saat Ethan mengguncangnya, hingga Ethan sadar bahwa tubuh itu telah dingin, banyak luka memar, pukulan dan gigitan mulai dari wajah hingga seluruh tubuh istrinya, dan yang paling menyesakkan darah segar menggenang disekitaran kedua paha wanita yang dicintainya.
.
.
.
"Nadinnne..." Ethan terus meraung, marah dan ingin mati saat itu juga.

Unwanted Wedding [Suami Bayaran]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang