Namaku Mira, 20 tahun, mahasiswi jurusan sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya.
Sial. Hari ini adalah kuliah dari dosen favoritku, Bu Linda. Tapi aku tak bisa menikmatinya seperti biasanya. Semua ini gara-gara hari minggu kemarin. Ada dua kejadian tak terduga dan tak menyenangkan.
Aku suka menulis. Entah dari kapan aku lupa. Semua orang disekitarku suka membaca tulisanku, terutama Yogi dan Annisa. Mereka adalah teman baikku sejak OSPEK, lalu sekelas denganku terus dari semester satu sampai sekarang. Kami selalu memilih mata kuliah dan keminatan yang sama, sehingga kami selalu sekelas.
Kembali ke topik, karena itulah Annisa diam-diam mengirim naskah ceritaku ke penerbit tanpa sepengetahuanku, tapi dengan atas namaku. Kalau tidak salah penerbit novel teenlit yang biasa menerbitkan novel cinta, langganan Annisa sendiri. Gila! Padahal novel yang ku tulis selalu ber-genre misteri. Yah, tentang pemecahan kasus seperti itu. Aku suka sekali cerita yang menarik rasa pengetahuan dan mengajakku berpikir, seperti Sherlock Holmes atau cerita detektif lain. Agak berbeda dengan ciri khas penerbit tersebut. Walaupun begitu, novelku diterima oleh penerbit dan aku diminta bertemu dengan editor di food court kemarin.
Tetapi dengan catatan : masukkan kisah cinta dalam naskah novelnya.
"Mira, kamu kenapa?" tanya seseorang di dekatku.
Aku menoleh ke sumber suara. Bu Linda ternyata mendekati bangkuku. "Kamu kenapa? Tumben tidak konsen kuliah," tanya beliau dengan perhatian.
Aku baru sadar, Bu Linda memperhatikanku sejak tadi. Kepalaku hanya menggeleng lalu berdiri. "Maaf, saya tidak apa-apa. Saya agak tidak enak badan sekarang," kataku sambil tersenyum. "Saya minta maaf karena tidak memperhatikan kuliah ibu dengan baik."
"Ya Tuhan, sudah ke dokter? Kamu sakit apa?"
"Hehe. Cuma kecapekan, Bu. Saya suka begadang soalnya."
"Ya ampun, jaga kesehatan ya. Ibu gak tahan ngelihat kamu sakit. Soalnya gak ada yang merhatiin kuliah ibu selain kamu, hehe."
"Iya bu," balasku dengan tersenyum sangat manis yang dibuat-buat.
"Kalau begitu istirahatlah yang cukup ya, agar ibu ga bosan di kelas lagi."
Aku mengangguk lemas dan hanya tersenyum lagi. Tiba-tiba ponselku bergetar. Tanganku membukanya. Oh, chat dari Yogi. Dia sudah di kantin dengan Annisa. Pasti mereka tidak berani mengajakku langsung karena ada Bu Linda.
***
"Yog! Nis!" panggilku pada sepasang muda-mudi yang duduk saling berhadapan.
Mereka menoleh. Annisa melambaikan tangannya, sementara Yogi mengangkat gelasnya untuk memberi tanda padaku. Aku menghampiri mereka dan duduk disamping Annisa.
"Sialan! Kalian main ninggalin orang aja!" keluhku pada mereka berdua, lalu memesan makanan pada mbak kantin.
"Eh, gimana penerbit kemarin? Jadi lanjut?" tanya Yogi.
"Hah? Ogah lah!" jawabku singkat dan padat sambil kembali ke tempat duduk samping Annisa.
Brak! Annisa menggebrak meja sampai minuman yang ada di atasnya bergetar. "Loh, Mir! Sayang banget! Kamu mau nolak setelah sekian aku perjuangin ini buat kamu!" kata Annisa sok ngedrama. Tapi dramanya teralihkan dengan datangnya minuman pesananku.
"Bukannya aku tidak menghargaimu atau gimana, tapi aku bener-bener gak bisa apa-apa jika menyangkut tema itu," terangku lalu ku seruput es teh lemon yang telah hadir di depanku. "Kamu juga sih! Udah tahu genre novelku selalu misteri, tapi malah kamu masukkin ke penerbit itu. Aku udah tahu dari awal kalau penerbit itu suka nerbitin novel cinta, makanya aku ga pernah nyoba."
![](https://img.wattpad.com/cover/221089183-288-k69402.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Philophobia
RomanceMira, seorang mahasiswi yang suka menulis novel misteri, namun dia seorang Philophobia (seseorang yang takut jika berhadapan dengan segala sesuatu tentang cinta). Suatu hari novelnya lolos di penerbit, namun dia ditantang oleh editornya untuk membua...