Bunyi alarm jam 4:37 membuatnya terbangun dari tidur panjang. Suara adzan yang menggema ditelinganya kini telah terdengar.
Ia mematikan alarm tersebut dan langsung bangkit dari tempat tidurnya kemudian berjalan menuju kamar mandi yang berada didalam kamarnya guna mandi sekaligus wudhu.
Tak butuh waktu lama ia keluar, dan langsung ke walk in closet miliknya untuk memakai baju setelah itu ia lantas sholat subuh.
Selesai sholat dengan cepat ia mengganti pakaiannya dengan seragam sekolahnya. Menyiapkan segala keperluan sekolah dan tidak lupa benda pipih miliknya ia kantongi dibajunya. Siap.
Satu persatu tangga mulai ia turuni. Terlihat jelas dimatanya di sebuah meja makan sudah ada kedua orangtuanya yang tengah menunggunya untuk sarapan.
Ia menarik kursi makan "pagi mah pah" sapanya dengan senyuman
"Pagi sayang" jawab Kinan-mamanya
"Berangkat sekolah bareng papa ya" ujar Irza
"Gausah pa aku bisa naik angkot sendiri" tolaknya dengan lembut
Kinan mengambil sebuah piring dan mengisinya dengan nasi dan lauk pauk yang sudah tersedia di meja makan.
Disodorkannya piring itu ke anaknya "sarapan dulu ya"
Saat Kinan meraih piring milik Irza dengan cepat ia mengambil piringnya.
"Aku bisa sendiri" ujarnya dengan penuh penekanan
Dengan pasrah ia tidak jadi mengambilkan sarapan untuk suaminya. Dengan cepat ia harus membendung cairan dimatanya agar tidak keluar.
Seakan bodo amat dengan kejadian tadi Kinan memulai sarapannya.
'Mama nangis? Tapi kenapa? Apa karena tadi sikap papa?' Batinnya bertanya
Sunyi itulah yang kerap terjadi dimeja makan itu hanya ada suara dentingan dari sendok dan piring yang menggema ditelinga mereka.
Piring yang tadinya tersaji makanan kini sudah ludes dimakannya. Waktu menunjukkan pukul 6.35 saatnya berangkat ke sekolah.
Tidak lupa ia memakai sepatu converse berwarna hitam miliknya.
"Aku berangkat ya ma pa. Assalamualaikum" pamitnya menyalimi kedua orangtuanya
"Waalaikumsallam" jawab Kinan dan Irza berbarengan
Lagi. Setelah kepergiannya suasana rumah kembali sunyi
"Lain kali biarkan dia berangkat sekolah denganku saja" ujar Irza membuka suara
"Suruh ajalah sendiri apa susahnya" ujar ketus Kinan
"Lo itu ibunya harusnya lo didik tu anak biar sopan sama orang tua" ujar kasar Irza
Kinan yang tak terima dengan intonasi pembicaraan Irza akhirnya melawannya balik
"Kamu juga ayahnya mas" ujar keras Kinan
"Lo tau kan gue sibuk di kantor jadi gue ga sempet perhatiin dia"
"Sibuk apa kamu mas?"
"Gue sibuk dikantor pulang larut malem karna cari duit buat nafkahi kalian" ujar Irza menahan emosinya
"Ohya? Bukan karna kamu sibuk dengan sekretaris baru mu itu?" tuduh Kinan
Irza melototkan matanya "tau apa kamu tentang pekerjaan aku? Tentang kesibukan aku?"
"Aku bahkan tau semuanya mas" perlahan cairan bening itu mulai membasahi pipinya yang mulus tanpa polesan make up sedikitpun
"Aku tau kenapa kamu sering pulang larut malam atau mungkin sampai pagi itu karena kamu sibuk sama sekretaris kamu itu mas" ujarnya lirih namun masih dapat didengar oleh Irza
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYANA (On Going)
Teen FictionDihari dimana kata 'pisah' itu terdengar olehnya disaat itulah jiwa dan raganya lemah seakan tak berdaya. Berpisah dengan orang yang disayangi memang sangat sulit tapi mau bagaimanapun itu adalah langkah terbaik menurutnya. Keputusan yang ia ambil u...