"Berhenti!" stop Raya tiba-tiba saat mobil dalam keadaan menuju area perumahan
Rafa menurutinya lalu memberhentikan mobilnya dipinggir jalan "ada apa? Emang kita udah sampe rumah lo?" tanyanya
"Gue turun disini aja sebelumnya makasih" ujar Raya kemudian melepas seatbell yang melekat ditubuhnya lalu keluar dari mobil seraya menenteng tasnya
Tak mau tinggal diam Rafa ikutan keluar dari mobil, sebelumnya ia mengambil payung yang tersimpan di dasboard.
Jika ada kata 'payung' sudah pasti keadaan diluar sedang hujan, memang sejak tadi hujan belum juga reda.
Rafa berlari menghampiri Raya dirasa sudah mulai mendekat ia memperlambat jalannya dan mensejajarkan tubuhnya disamping Raya sembari memayunginya.
"Ini masih hujan nanti lo sakit kita balik ke mobil ya" tutur Rafa dengan penuh kelembutan
"Gue udah mau nyampe lebih baik lo balik ke mobil" suruh Raya yang masih berjalan tanpa memperdulikan Rafa disisinya
"Rumah lo dimana biar gue anter kalo perlu gue anterin lo sampe depan pintu?"
"Gue bisa sendiri"
"Gue tau lo bisa pulang sendiri tapi ini masih hujan ntar kalo lo sakit gimana? Masa ga sayang ama diri sendiri?"
Raya memberhentikan langkahnya lalu menghadap ke arah Rafa dengan senyum palsunya.
"Gue... bisa... pulang... sendiri! Paham?! Makasih karna lo ada niatan buat anterin gue" ujarnya penuh penekanan lalu Raya melanjutkan jalannya
Rafa lelaki itu tak bisa memaksanya ia membiarkan Raya pulang sendirian dalam keadaan hujan.
Kian lama punggung sempit milik Raya mulai hilang ia kembali ke mobilnya.
Raya.. ia bukannya tidak mau diantarkan pulang oleh Rafa hanya saja mereka belum kenal walaupun teman-temannya mengenali sosok Rafa tetap saja Raya harus waspada pada orang baru.
Raya menyusuri jalan dengan tubuh yang kian lama mulai basah, disertai gertakan giginya pertanda ia menggigil karena kedinginan.
Rumah mewah bak istana yang didominasi cat berwarna putih tulang dan mempunyai 2 lantai itu mulai dimasuki oleh Raya.
"Assalamualaikum" seraya tangan yang pucat itu membuka pintu
Kinan yang tadi mencemaskan Raya akhirnya bernafas lega karena Raya sudah pulang, lalu ia menghampirinya.
"Waalaikumsallam, Ya Allah ray kamu kenapa hujan-hujanan kan bisa nunggu reda dulu baru pulang" ujar Kinan sembari menarik lengan Raya untuk duduk disofa. Saat ini keduanya sedang berada diruang keluarga.
"Raya takut mama khawatir" ujar Raya dengan pelan
"Mama ga akan marah kalo kamu bakal pulang lama asal kasih kabar ke mama tadi aja mama telepon kamu kenapa ga diangkat?"
"Hp aku dislient mah"
Kinan menghembuskan nafasnya dengan kasar "ya sudah gpp" ujarnya "bi Tuti... tolong buatkan teh manis hangat ya buat Raya" suruh Kinan
"Siap nyonya" ujar Bi Tuti lalu melenggang pergi untuk menyiapkan apa yang disuruh oleh Kinan-majikannya
"Aku ke kamar dulu ya mah mau ganti baju" tutur Raya
"Ya sudah tapi kamu mandi pake air hangat ya jangan air dingin nanti sakit lagi" suruh Kinan dan dibalas anggukan oleh Raya
Ia berjalan menaiki tangga dimana kamarnya berada dilantai 2. Kamar yang didominasi oleh warna hitam dan putih itu adalah tempat ternyaman bagi Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYANA (On Going)
Teen FictionDihari dimana kata 'pisah' itu terdengar olehnya disaat itulah jiwa dan raganya lemah seakan tak berdaya. Berpisah dengan orang yang disayangi memang sangat sulit tapi mau bagaimanapun itu adalah langkah terbaik menurutnya. Keputusan yang ia ambil u...