"Di paruh kedua jam latihan nanti, akan ada beberapa orang mahasiswa yang akan menonton—mereka akan melihat kita berlatih hari ini, anggap saja mereka penonton konser kita. Kalian harus ingat, konser dilaksanakan seminggu lagi!" seru Luhan dengan oboe bertengger di genggamannya.
Jongin tersenyum dengan mata berbinar. Sekali lagi dia tidak bisa mengelak dan berhenti mengagumi wajah cantik Luhan yang setiap hari semakin terpancar. Pengaruh dari jatuh cinta? Mungkin. Sehun sudah melakukan hal yang baik. Bisa dibilang, Jongin yang duduk di balik grand piano itu tersenyum dengan bodoh. Wajahnya seperti seorang fans yang mengagumi idolanya dari depan layar kaca. Namun senyuman Jongin berubah menjadi sebuah tawa ketika melihat Kyungsoo dengan wajah meringsut menatapnya. Sebuah cebikan bibir terpasang di muka lelaki berkacamata itu. Jongin tahu, sangat amat tahu mengapa Kyungsoo melakukan itu. Ketika Jongin mengangkat alisnya—memberikan tanggapan atas tatapan kesal itu—Kyungsoo hanya bisa tertunduk dan tersipu.
Kyungsoo sudah berani mengekspresikan perasaannya. Dia sudah mulai terbuka dengan Jongin. Bahkan tidak jarang dia sudah mulai mendebat pendapat Jongin yang menurutnya tidak benar—sama seperti apa yang ia lakukan saat masih bermusuhan dulu. Meskipun saat ini Jongin lebih sering menurutinya, atau mendengarkan racauan Kyungsoo dengan senyum bodoh dan tatapan lembut begitu. Namun Jongin masih tetap sama. Karena dia berbuat seperti itu hanya pada Kyungsoo. Perlu digaris bawahi, hanya pada Kyungsoo.
Istirahat latihan hari Minggu itu dimulai. Jongin segera mengambil botol air minumnya dari dalam tas dan berjalan ke arah Kyungsoo—yang sudah ada di luar aula—yang sibuk dengan kotak makannya. Hari itu Kyungsoo sudah berjanji pada Jongin untuk membawakannya makanan. Mereka sudah terbiasa untuk membuat janji satu sama lain, meskipun lingkungan mereka belum terbiasa melihat Jongin berdekatan dengan Kyungsoo. Masih banyak yang mempertanyakan hubungan mereka. Bahkan sahabat-sahabat Jongin sendiri juga mendapatkan pertanyaan serupa; yang setiap mendapatkan pertanyaan itu selalu berkata bertanya pada Jongin atau Kyungsoo saja.
"Woah." gumam Jongin ketika melihat apa yang baru saja Kyungsoo sodorkan.
Kyungsoo tersenyum, "Kau bisa makan ini."
"Aku tidak tahu kau bisa memasak begini."
"Kau tahu sekarang."
Jongin terkekeh, "Mari makan."
Ia mulai melahap makanannya. Sesekali ia menggumam karena apa yang ia santap saat itu. Dia tidak pernah berekspektasi lebih, namun apa yang ia rasakan melebihi apa yang ia pikirkan sebelumnya. Ketika ia mendongakkan kepala, ia mendapati Kyungsoo menatapnya dengan ekspresi cukup khawatir. Mungkin berharap agar Jongin mengucapkan sesuatu. Bahkan setelah Jongin menyendokkan makanannya untuk yang keempat kalinya, Kyungsoo masih belum memulai miliknya.
Dengan mulut yang penuh, Jongin mengemukakan tanyanya, "Ada apa?"
Kyungsoo menggeleng, "Tidak, aku hanya—kau menyukainya?" tanyanya ragu.
Jongin tersenyum kecil dan mengangguk, "Makan milikmu."
Jongin merasa puas setelah memberikan jawabannya. Ia bisa melihat Kyungsoo tersenyum dengan lebar dan mata yang melengkung di balik kacamata tebalnya. Pemandangan itu adalah pemandangan yang jarang Jongin lihat—apalagi orang lain. Kyungsoo yang seperti itu bukanlah Kyungsoo yang sering muncul ke permukaan, karena biasanya dia memilih untuk tenggelam dalam ekspresinya yang dingin dan tertutup.
Terkadang Jongin merasa beruntung karena tahu sisi lain dari Kyungsoo. Dia bisa mengetahui Kyungsoo yang ceroboh, yang sedikit pelupa, dan pemarah karena keadaan yang tidak mendukung keinginannya. Jika bersama orang lain Kyungsoo akan menjadi seseorang yang irit bicara, tidak bisa membela dirinya dari tekanan sekitar, cenderung diam dan tidak membalas ucapan orang yang terkadang—Jongin tahu—sangat menyinggungnya. Jongin pernah bertanya mengapa, namun Kyungsoo hanya bisa tertawa. Tawanya bukan sebuah tawa karena bahagia, tetapi dia berkata karena dia sudah terbiasa. Baik di rumah, maupun di lingkungan sekitarnya. Iya, Kyungsoo sudah terbiasa dengan hal-hal buruk itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/221159011-288-k111895.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET AND SOUR
Fiksi PenggemarJongin membenci musik klasik. Dia lebih suka musik cadas yang selama ini dia geluti. Dia bersumpah untuk tidak akan pernah menyukainya. Apalagi setelah musik yang dia sukai dihina oleh seorang violist bernama Kyungsoo. Mulai saat itu, Jongin berteka...