Bali, 9 Januari 2020
Wanita itu memberikan sentuhan terkahir pada hiasan di wajahnya. Tak ingin kelihatan begitu merona ia berikan sedikit bedak padat untuk menutupinya. Setelah itu di kenakannya anting silver berbentuk bunga dengan bertahtakan berlian kecil sekilas ia tersenyum getir namun tetap di kenakan benda cantik itu. Ini hanyalah sebuah benda yang seharusnya tak berhak menyakitiku lagi. Batin nya menguatkan saat kilasan masa lalu itu menghampiri nya untuk kesekian kali nya.
"Xella ..." panggil suara itu lembut yang tak perlu ia palingkan wajahnya sekalipun ia tak akan salah untuk menebak siapa pemiliknya.
"Yes baby" jawabnya manja seraya memutar tubuhnya menghadap pada sosok pemilik suara itu. Lagi dan lagi sosok itu tidak pernah gagal untuk meluluh lantahkan perasaannya setiap kali muncul di hadapannya. Tubuhnya yang tinggi tegap dadanya yang bidang iris mata kelabunya yang begitu menenggelamkan. Oh Tuhan, kau bahkan memahat hidung mancungnya dengan sempurna lengkap dengan bibirnya yang begitu seksi. Sering aku membayangkan jika Tuhan begitu konsentrasi saat menciptkan mahkluk ini.
Aku tertarik dalam khayalanku saat sentuhan bibir ranumnya menyentuh bibirku dengan lembut dan penuh perasaan.
"Aku harap tatapan itu tak akan pernah berubah meski rambut kita telah memutih"bisiknya menggodaku setelah bibirnya di tarik pasti terpisah oleh bibirku. Sontak pipi ku memanas aku yakin kali ini warnya seperti kepiting rebus. Tuhan bagaimana ini aku malu, batin ku dalam hati seraya menepuk majan dada bidangnya dan memunggunginya.
"Kapan kau kembali? Mengapa tak memberitahuku? Apakah kau sudah muak dengan ku?" Rutukku pura-pura marah karena ia tak mengabarinya jika sudah tiba di Jakarta.
"Hehe aku kembali lebih awal sayang sebab aku tak tahan berpisah jauh dari mu lebih lama lagi" gumamnya di telingaku. Kini Pria itu memelukku dari belakang.
"Dasar tukang gombal, kau hanya pergi 1 minggu bukan satu tahun"sanggahku sambil tetap sibuk memotong daun bunga yang sudah mengering.
"Proyekku berhasil dan aku harus tinggal disana lebih lama lagi"
"Benarkah? Selamat ya sayang aku tahu kau memang tidak akan mengecewakan"kini aku berbalik dan kembali menatap dua iris abu abunya yang begitu memika. Kuliahat wajahnya tersenyum dan perlahan hidung bangirnya menempel pada hidungku.
"Menikahlah dengan ku dan ikutlah denganku pindah ke London"Pintanya dengan sungguh-sungguh. Seketika jantungku berdegup semakin kencang. Apakah aku tidak salah dengar? pria berusia 26 tahun ini melamarku di usiaku yang masih 21 tahun? Aku bahkan belum menyelesaikan studi kedokteranku. Ku berikan jarak wajahku agar aku bisa menatap kedua matanya dengan jelas mencari sebuah kebohongan atau hanya sekedar candaan.
"Aku sedang tidak bercanda Axella" suaranya kini mematahkan asumsiku seolah pria ini mampu menerobos masuk dalam pikiranku. Ia merogoh sesuatu dari saku jasnya dan sebuah kotak beludru berwarna navy muncul di bukanya kotak itu dan menampilkan sepasang anting bulat bertahta kan berlian dan cincin putih yang seolah tercipta satu pasang dengan anting itu.
"Aku jatuh cinta dengan kedua benda ini saat pertama kali aku melihatnya sama seperti saat pertama kali aku melihatmu cinta pertamaku"
Aku masih terdiam namun butiran bening itu terasa menetes dari sudut mataku."Axella Malka ... menikahlah denganku jadilah Nyonya Benjamin dan ibu dari anak-anakku , nenek dari cucu-cucuku. Mari kita menua bersama menghabiskan sisa waktu kita berdua menyaksikan generasi kita tumbuh dengan bahagia"
Aku tak sanggup berkata-kata hingga menjawabnya dengan anggukan tak berdaya. Saat Lucas menyematkan cincin itu di jari manis ku terdengar sayup-sayup suara memanggilku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Cage
Любовные романыAxella Malka perempuan cantik berusia 23 tahun yang terpaksa harus menjadi ibu muda di usianya yang masih sangat belia. Perjalanannya ke Jepang dua tahun lalu, tidak hanya meninggalkan ingatan yang tak akan pernah ia lupakan tetapi juga ia membawa s...