05

50 10 2
                                    

Istirahat telah tiba, semua murid berlarian pergi ke kantin. Begitu pun dengan Vanya dan Luna. Mereka jalan menuju kantin. Ketika sampai di kantin, Vanya mencoba mencari sosok Bintang. Dan ternyata Bintang sedang makan bareng dengan Ronald Doni dan tentunya ada Febbi.

Vanya dan Luna duduk di salah satu bangku dekat taman belakang. Mereka lebih memilih duduk di situ agar lebih sunyi saja sebenarnya. Seperti biasa mereka berdua memesan bakso dan es teh manis. Sesekali mata Vanya melihat ke arah Bintang. Tapi Bintang tidak melihat keberadaan Vanya di kantin.

"Nya, lo tau enggak?," ucap Luna sambil memasukan bakso ke dalam mulut nya.

"enggak tau lah, kan lo belum ngasih tau gue apaan" sahut Vanya.

"em... lo tau kan gue di kasih cokelat sama Ronald waktu itu?,"

"iya tau kenapa?,"

Luna melihat ke arah kanan-kiri agar tidak ada yang menguping pembicaraan mereka berdua, "Ronald ngasih gue cokelat sama surat itu di dalem nya dia bilang 'dia suka sama gue' gue harus apa Nya?,"

Vanya terkejut, "lo serius? Gue rasa lo harus buka hati buat Ronald" ujar Vanya.

"lo enak ngomong kaya gitu, tapi gue takut, gue tau dia suka sama lo dulu, takut nya Ronald masih nyimpen rasa buat lo" kata-kata itu membuat Vanya jadi tidak enak hati.

"gue minta maaf ya Lun, tapi gue janji, gue enggak akan ganggu hubungan lo sama Ronald, gue enggak akan buat Ronald suka lagi sama gue" janji Vanya.

"ya ngga-papa juga sih Nya. Tapi gue enggak suka sama Ronald, gue mau temenan aja deh sama dia" ucap Luna.

"yaudah seterah lo aja".

Kemudian mereka melanjutkan makan nya lagi. Di sisi lain, Bintang sedang memikirkan Vanya, apakah kekasih nya itu pergi ke kantin atau tidak. Setiap mata Bintang mencoba mencari Vanya, Febbi selalu menegur Bintang. Kemudian Bintang berpura-pura ingin ke kamar mandi. Sebenarnya sih ia ingin ketemu Vanya bukan ke kamar mandi.

"Bre gue ke toilet dulu bentaran kebelet soal nya" ucap Bintang. Dan di jawab anggukan oleh mereka bertiga.

Kemudian Bintang jalan mencari Vanya, dan ternyata Vanya ada di dekat taman belakang. Kemudian ia menghampiri Vanya yang sedang asik ngobrol dengan Luna.

"hai Van, udah makan belum?," tanya Bintang tiba-tiba.

"udah kok, kamu udah makan Tang?," Bintang mengangguk. Sebenarnya Vanya masih kesal dengan Bintang atas kejadian kemarin, tapi ia tidak bisa marah lama-lama dengan Bintang, ia takut nanti malah hubungan nya dengan Bintang bisa kacau.

"udah tadi, kamu masih marah ya sama aku atas kejadian kemarin?," Bintang ragu-ragu bicara seperti ini. Ia takut Vanya menjawab yang tidak enak di dengar.

"aku enggak marah kok, cuma ya kesel aja, udah kamu enggak usah bahas soal yang kemarin" ujar Vanya.

Dari pada Luna menjadi nyamuk, mending Luna pergi ke kelas. Luna pun bangun tanpa aba-aba. Luna bilang nya, mau ambil ponsel. Dan di balas anggukan oleh Vanya.

"Van, kamu beneran mau ke tabrak waktu itu? Ada yang luka nggak?," tanya Bintang khawatir.

"aku ngga-papa, kamu seharus nya terima kasih sama Doni, dia kan yang nolongin aku. Makanya, kamu kalo mau jalan sama Febbi kabarin aku, jadi aku engga usah repot-repot kerumah kamu, terus malah denger dari orang lain kalo kamu jalan sama Febbi, tapi kamu sendiri bilang nya ada urusan penting" Bintang diam. Ia tidak tau mau menjawab apa.

Kemudian Vanya berdiri, "aku mau ke kelas, kamu balik aja sana sama temen-temen kamu, dan bilangin ke Ronald, surat nya udah di baca sama Luna".

Bintang masih diam, ia melihat kalau wajah Vanya berubah menjadi kesal ketika ia menanyakan soal itu. Apa Bintang salah menanyakan seperti itu? Ntahlah seperti nya Vanya butuh waktu sendiri. Kemudian Bintang bangkit ia jalan menghampiri teman-teman nya.

Tentang KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang