Bintang sudah siap-siap untuk pergi kerumah Luna. Ia membawa beberapa makanan juga yang di masak oleh mama nya. Ia menggenakan jaket berwarna army. Dan celana jeans. Dan kaos berwarna hitam. Ia menyalakan motor nya. Setelah itu ia jalan menuju rumah Luna.
Jarak perumahan rumah Bintang dan Luna tidak jauh, jadi tidak banyak buang waktu. Ketika sampai Bintang mengelakson beberapa kali agar salah satu dirumah itu mendengar. Dan belum ada jawaban juga. Jadi Bintang turun dan membuka gerbang nya. Ia mengetuk pintu rumah Luna. Dan mengintip di jendela yang terbuka sedikit. Rumah nya tampak kosong. Bintang setia menunggu sampai Luna atau Vanya keluar.
Kemudian pintu itu terbuka. Dan Bintang langsung membalikan badan nya. Dan terlihat itu Vanya, masih memakai piyama nya. Rambut nya juga sedikit acak-acakan.
"Oh ternyata kamu yang ngetuk pintu nya, ganggu aku tidur aja" Bintang merapihkan rambut Vanya. Ia menyelipkan rambut Vanya ke belakang kuping nya.
"Aku bawain ini buat kamu, permintaan mama, maaf semalem aku pulang nya ke maleman. Jadi bikin kamu ngantuk berat" ucap Bintang.
Vanya menghela nafas nya, "yaudah ayo masuk, Luna sama Leon belum bangun. Makasih buat makanan nya".
Mereka berdua masuk. Dan Vanya menaruh makanan itu di meja makan. Ia sudah menyuruh bi Ina untuk menyiapkan sarapan yang di berikan oleh Bintang. Vanya izin sebentar untuk membangunkan Luna. Bintang melihat sekeliling rumah Luna, rumah nya nampak seperti baru. Pasalnya, belum banyak barang yang terisi dirumah ini. Dan yang Bintang heran dengan satu bingkai foto anak kecil bertiga. Yang sudah pasti kalau yang cewek itu Luna dan yang kecil itu Leon. Tapi cowok yang satu itu siapa? Entahlah Bintang tidak ingin memikirkan nya.
Vanya dan Luna pun turun ke bawah. Sekarang rambut Vanya sedikit rapih. Luna dan Vanya pun duduk. "Semalem dateng, pagi dateng. Enggak bisa jauh-jauh ya dari Vanya. Nikah aja kalo gitu" kata-kata yang di lontarkan oleh Luna membuat mata Vanya menajam.
"Kalo gue nikah sama Vanya, lo harus dateng sama Ronald gimana?," Luna menabok punggung Bintang.
"Kalo ngomong yang beneran dikit kenapa. Gue enggak ada.apa-apa.sama. Ronald" ucap Luna penuh penekanan.
"Lo baca enggak surat dari Ronald semalem. Jangan sampe enggak baca, ntar lo nyesel" ujar Bintang.
"Udah-udah kalian ini pagi-pagi udah ribut aja. Enggak di sekolah dirumah pun juga. Mending sekarang kita sarapan bareng" ujar Vanya.
"Tunggu, emang bi Ina udah selesai masak?," heran Luna.
"Gue yang masak, lo tinggal makan aja susah banget" kata Bintang.
"Bisa masak juga lo, gue kira lo cuma jago nyakitin hati orang!" Ketus Luna. Kemudian ia bangkit tidak ingin mendengar ucapan Bintang.
Luna pergi ke kamar Leon. Ia membangunkan adik nya untuk ikut sarapan bareng. Setelah itu mereka berdua menghampiri Vanya dan Bintang yang sudah berada di meja makan. Mereka berempat sarapan bersama. Hening, sampai Leon yang membuka bicara duluan.
"Kak Bintang, pacaran sama kak Vanya kok bisa?," Luna menatap adik nya heran, pertanyaan macam apa itu, bodoh.
Bintang terkekeh, "nama nya cinta enggak ada yang tau kan". Simpel setiap ada yang menanyakan soal perasaan Bintang ke Vanya selalu di jawab seperti itu sampai Vanya saja bosan.
"Kak Luna kalo di sekolah, suka deket sama siapa selain kak Vanya?,"
"Lo ngomong apasih Le, udah sarapan enggak usah bahas yang enggak-enggak" omel Luna.
"Gue cuma pengen tau kak. Kenapa jadi marah".
Bintang dan Vanya tersenyum melihat kedua adik kakak ini. Terlihat sangat asik untuk bercerita seperti nya. Hanya saja mereka saling sibuk. Setelah selesai sarapan Bintang mengajak Vanya untuk keluar rumah. Ber olah raga kecil, seperti lari mengelilingi komplek. Luna dan Leon tentunya juga ikut. Mereka berdua emang sering ber olah raga berdua setiap hari libur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kamu
Teen Fiction"Aku sakit hati aja kamu enggak tau, aku cemburu aja kamu enggak tau, aku enggak marah kamu buat aku sakit hati terus, tapi kenapa waktu aku buat masalah sepele dan kamu marah besar sama aku?," Jadi gimana kalau posisi kalian seperti Vanya, yang te...