Epilog

819 31 0
                                    

Hari ini, tepat peringatan 6 tahun kematian Jung Eunha, semua orang sudah berkumpul dirumah duka, termasuk Wendy, Jimin dan anak mereka. Ya, sahabat Eunha itu sudah memiliki satu anak dari Park Jimin. Hebat bukan.

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka berkumpul tepat didepan sebuah foto besar yang menampilkan senyum lembut, khas seorang Jung Eunha. Semua orang merindukan wanita itu. Terlebih lagi Jeon Jungkook.

Setelah upacara doa telah selesai dilakukan, mereka akan berkumpul, berbincang santai dan makan bersama. Membawa keluarga masing-masing dan bercerita mengenai hal yang random.

Lain halnya dengan Jeon Jungkook, setiap tahun peringatan kematian istri pertama nya, ia akan duduk disudut ruangan dengan sebuket bunga lilly putih. Memandang dalam sebingkai foto besar yang menimbulkan buncahan rindu yang teramat dalam, meski ia telah memiliki istri dan seorang putri kecil, entah mengapa rasa cinta nya lebih besar terhadap Jung Eunha.

Raga nya telah mati, tapi, jiwa nya hidup didalam diri Jeon Jungkook.

Katakan jika Jungkook egois, bagaimana bisa ia belum bisa sepenuhnya meletakkan hati nya kepada Park Mina, oh, ralat. Jeon Mina

Istrinya.

Nyata nya, seorang Jung Eunha telah membawa seluruh cinta nya dan meninggalkan penyesalan untuk Jungkook.

Wendy berjalan mendekati suami dari sahabatnya itu sambil menuntun putra kecil nya yang berumur 5 tahun, lalu duduk disamping Jungkook.

Jungkook tersenyum melihat putra nya Wendy dan mengelus surai pirang anak itu. Park Jaemin.

"Sudah enam tahun, apa kau masih belum bisa melupakan sahabatku itu, Jeon?" Atensi Wendy memandang foto Eunha.

"Aku tidak memiliki niatan untuk melupakannya," Dengus Jungkook.

"Tapi, kau mempunyai istri, bahkan sudah punya anak juga," Seru Wendy tertahan.

"Mereka punya tempat tersendiri dihatiku, tenang saja, aku juga tidak akan menyia-nyiakan mereka."

Son Wendy hanya diam dan mengehala nafas sebentar, mengalihkan pandangannya mencari sosok Jimin.

"Paman, apakah Jeon Aerya tidak kesini?" tanya Park Jaemin membuyarkan lamunan Jungkook.

"Ada kok, dia lagi sama neneknya. Mau paman panggilkan, Jae?" tawar Jungkook.

Park Jaemin mengangguk antusias, entah kenapa anak lelaki itu suka berteman dengan anaknya Jeon Jungkook.

"Sebentar ya," Jungkok bangkit untuk memanggil putri kecilnya.

Saat Jungkook berjalan menjauh dari kerumunan, Jeon Mina datang menghampiri Wendy dan putranya.

"Lama tidak bertemu, Wen," sapa Mina ramah, Wendy tersenyum hangat.

"Iya, terakhir kita ketemu sekitar 6 bulan yang lalu. Apa kabar?" Wendy mendekati dan memeluk Jeon Mina erat, ia sudah menganggap wanita itu sahabatnya.

"Baik kok, hanya saja akhir-akhir ini aku sering merasa tidak enak badan," Mina meringis pelan, kentara sekali wanita itu terlihat kelelahan.

"Apa kau sudah memeriksakan nya ke Dokter, Na? Apa Jungkook juga merepotkanmu?" tanya Wendy khawatir.

Mina terkekeh pelan, "Tenang saja, tidak parah kok, lagian Jungkook juga jagain aku terus, yang ada, aku terus merepotkannya."

"Jangan menyerah ya Na, seiring berjalannya waktu, Jungkook pasti bisa kembali seperti dulu," Wendy meneduhkan tatapannya, ia merasa sedih setiap kali melihat istri Jeon Jungkook itu berusaha agar terlihat tetap tegar.

Jeon Mina tersenyum manis melihat sahabat nya itu, ia merasa beruntung memiliki orang-orang sekitar yang selalu perduli padanya.

"Aku ngga akan nyerah, Wen. Dia dan anakku adalah duniaku sekarang, bagaimana bisa aku nyerah gitu aja."

"Tentu saja, ngga boleh nyerah," Wendy terkekeh geli, "Nanti kita juga besanan Na, kalo anak-anak udah pada gede, kita jodohin aja mereka," Wendy tergelak sendiri mendengar perkataannya.

Perjodohan?

Park Jaemin memandang bunda nya cepat, anak usia 5 tahun mengerti apa soal perjodohan.

"Hei, aku tidak bisa menentukan dengan siapa nanti anakku akan menikah. So, biarin mereka memilih sendiri, lagian kita nggak akan tau seperti apa di masa mendatang," Mina tertawa pelan melihat Wendy cemberut setelah mendengar perkataannya.

"Bunda, nanti kalo Jae udah gede, Jae mau kok nikah sama Aerya," sela Park Jaemin dengan polosnya.

Wendy terkejut mendengar ucapan putra semata wayangnya itu.

Dari kejauhan terlihat Jungkook yang menggendong Aerya kecil, sontak membuat Jaemin tersenyum lebar.

Aerya turun dari gendongan sang ayah dan berlari kecil kearah Jaemin.

"Kak, ayo kita main. Nenek membelikanku banyak kinder joy tadi," seru Aerya bersemangat.

"Ayo."

Kedua nya berlari kearah kamar neneknya dan menghilang dibalik pintu.

Para orang dewasa itu saling terdiam, Jimin merangkul istri nya, "Ayo, kita makan. Daritadi kalian terus saja mengobrol, apa tidak lapar?" kata Jimin.

Park Mina dan Jeon Jungkook saling pandang lalu tersenyum, "Mari," sambung Jungkook.

***


Bagi Park Mina, ia tidak terlalu memikirkan masa depan, bukan mengacuhkan. Hanya saja apa yang terjadi masa sekarang, itu yang terpenting. Ia percaya masa depan nya sudah ditentukan oleh Tuhan, jadi ada saat-saat tertentu yang memang mengharuskan ia untuk memikirkan masa depan dan membuat planning.

Dari seorang Jung Eunha, Park Mina bisa belajar tentang definisi cinta yang sesungguhnya, sejatinya cinta dan sebuah ketulusan hati.

Itu menjadi salah satu alasan terbesarnya hingga ia bisa bertahan dipernikahan nya dengan Jeon Jungkook.

Sampai bertemu di Epilog selanjutnya👋

Pssttt...
Jangan lupa Vote, komen dan follow ya, kalo mau difeed back, dm aja🦄










Thanks, buat kakak birin ku💕teman sharing sampai shubuh, magic words nya membuatku melted awowkkw, pendapatnya selalu absolut, be humble kakak🌹btw, dia salah satu sosok yang paling menginspirasi karya tulisku, padahal cuman pernah ketemu beberapa kali😭 anaknya fleksible banget, yakin deh temennya ada dimana-mana👀

Big luv MuhammadSabirin95






a Husband's RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang