3

17 4 2
                                    

Semilir angin menyapu kulit gadis berkaos pendek dengan rambut yang ter-urai. Sekali dua kali ia menggosokkan telapak tangannya ke lengan untuk menghalau dingin.

Lura sedang duduk di depan minimarket ditemani dengan satu botol larutan rasa buah dan dua bungkus roti isi.

Awalnya, ia tidak berniat untuk tinggal sebentar di sini. Namun, setelah sekelebat bayangan pangerannya tertangkap matanya ia jadi mengurungkan diri untuk pulang dan berakhir menunggu di sini hanya untuk memastikan pangerannya datang bersama siapa.

Gadis itu menegang saat matanya menangkap sosok perempuan manis dengan dress pink yang membalut tubuhnya berjalan ringan di samping Aga. Terlihat perempuan itu berbicara riang dengan mata berbinar menatap Aga dan hanya dibalas singkat oleh cowok tersebut.

Tiba-tiba ada gelenyar aneh di dadanya. Lura membasahi bibirnya lalu meneguk larutan untuk membasahi kerongkongannya yang kering.

Matanya tetap menatap awas ke dua orang yang saat ini mulai memasuki mobil dan meninggalkan plataran parkir.

"Anjir. Kok nyesek?"

Guman gadis itu sambil memegangi dadanya. Ia tidak menyangka bahwa gadis yang bersama pangerannya tadi adalah orang yang sama yang selama ini membuatnya iri atau lebih tepatnya cemburu.

Kesha.

Bagaimana bisa Aga bersama Kesha tadi? Apakah mereka memang sedang berjalan bersama? Atau hanya kebetulan saat Kesha dipinggir jalan dan Aga memberikannya tumpangan?

Lura menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau ambil pusing. Sebisa mungkin ia tidak berpikir apa-apa dulu.

"Ngapain lo geleng-geleng? Dangdutan?" Ucap cowok ber-headband sembari duduk di kursi kosong samping kiri Lura.

Lalu terdengar suara tawa di belakangnya. "Kesurupan tuh!"

Gadis itu hanya memutar bola matanya malas. Ia tidak tahu mengapa empat cowok tengil itu bisa berada di sini. Yang ia tahu rumah mereka tidak ada yang dekat dengan minimarket ini.

Oh! Ia baru ingat kalau rumah nenek Alan berada tidak jauh dari sini. Mungkin mereka memang dari sana.

Lalu, mereka berlima duduk melingkar dengan posisi Alan di samping kanannya, Farhan di samping kirinya, Kevin di depannya, dan Reon di samping kanan Kevin. Cukup risih bagi orang yang belum terbiasa duduk sendiri di depan para cowok seperti ini. Namun, beda dengan Lura. Gadis itu sudah terbiasa. Hanya saja ia masih risih jika orang lain menatapnya dengan sorot merendahkan.

"Kalian ngapain?" Tanya Lura sambil membenarkan rambutnya yang terkena angin.

"Kepo lu! Kek dora." Jawab Reon sambil mencomot roti yang masih utuh di meja. Lura hanya mendengus malas melihat kelakuan Reon.

"Lo sendiri ngapain di sini, Ra?" Tanya Alan dengan pandangan ke arah ponsel yang sedang ia mainkan.

Gadis itu hanya mengedikkan dagu menunjuk larutan dan bungkus plastik yang ada di atas meja.

Lalu ia memainkan ponselnya. Membuka instagram untuk melihat instastory Kesha. Ia ingin memastikan apakah Kesha membuat instastory dengan Aga malam ini atau tidak. Biasanya cewek itu selalu merekam semua kegiatannya setiap hari. Sampai titik-titik story menjadi seperti satu garis lurus jika dilihat secara sekilas.

Helaan nafas berat terdengar dari mulutnya. Matanya menatap kesal ke arah vidio yang menampakkan sebelah wajah Kesha lalu diganti dengan wajah Aga yang terlihat fokus menyetir. Terlihat tangan Kesha menepuk pelan lengan Aga, lalu pandangan Aga mengarah ke Kesha sambil menaikkan alis tak lama kemudia ia melirik ke arah kamera lalu tersenyum kecil, tak lama ia memalingkan muka ke depan sambil geleng-geleng dengan senyum tipis yang masih terpasang di bibirnya. Terakhir, hanya terdengar kekehan singkat Kesha dan mati. Lura memencet tombol off.

Ini apa?

Lura hanya menarik nafas panjang lalu menghembuskannya pelan. Ia menaruh ponselnya di atas meja lalu menyenderkan punggungnya ke kursi.

Farhan yang mengerti tingkahnya langsung bertanya kenapa.

"Gak tau males."

"Kenapa?"

Gadis itu menyelipkan sejumput rambut ke telinganya. Dengan sedikit gemetar karena dingin ia berkata sambil menatap Farhan.

"Kayaknya mereka udah jadian,"

Reon menyahut, "pangeran, lo?"

"Hmm. Siapa lagi kalau bukan dia."

Gadis itu menautkan tangannya karena merasa perpaduan perasaan tak enak dan angin malam yang semakin dingin membuat badannya sedikit bergetar.

"Tapi, gue nggak bakal nyerah dulu," ia melihat Reon menaikkan alisnya. "Ya kan belum bener juga mereka pacaran apa nggak. Soalnya, mereka emang udah akrab dari dulu. Cuma ya temenan doang,"

Farhan dan Reon mengangguk-angguk.

Lura yang sudah tidak tahan dengan dingin yang menyerang berniat untuk pamit.

"Duluan ya, Bang. Dingin banget," ia menatap ke-lima laki-laki tersebut dengan senyum lebar dan mengangkat kedua tangannya yang terkepal tetapi bergetar.

Alan yang melihat itu langsung menangkup kedua tangan Lura dan mulai menggosoknya. "Pake jaket gue ya? Terus gue anter pulang."

Perkataan Lura tertahan saat wajahnya tertutup hoodie wangi yang tiba-tiba dilempar dari arah depan.

"Pulang bareng gue."

Lura mengerjab menatap Kevin sambil memegang hoodie hitam milik laki-laki tersebut.

***

180420

Vote, Komen!
Baca terus, ya!

My Gopu GopuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang