Sebelum lebih jauh lagi, siapkan hati untuk membaca sebagian kisah ini yang menyedihkan.
Tentang bagaimana caranya menghindar dari kisahmu sendiri, tentang rasa yang belum kunjung reda, dan tentang rindu yang belum juga berakhir temu.
"Hati yang patah menjadi bukti bahwa cinta tak selamanya indah. Lantas luka pun selalu bersembunyi dibalik tawa yang tengah merekah."
⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
Ellora berjalan gontai memasuki kamar Rita. Pagi ini ibunya dikuburkan di salah satu TPU terdekat. Nafas Ellora begitu tercekat, baru sampai di ambang pintu pun Ellora sudah tak kuat menahan tangis. Mata sembab dan bengkaknya begitu nyata, Ellora menemui satu-satunya kelemahan yang ia punya.
Otak Ellora seakan membeku, ia berkali kali menampar dirinya sendiri harap dirinya segera bangun dari mimpi paling buruk semua orang. Wangi kamar ini masih wangi Ibunya, hening kamar ini biasanya terisi oleh cerita cerita Ellora dan sang Ibu meski berkali kali Ellora juga kerap sakit hati oleh perkataan ibunya yang menurutnya kasar. Namun Rita tetaplah ibunya, Rita adalah segalanya.
Ellora kembali runtuh, ia membaringkan diri di kasur biasa ibunya tidur. Membayangkan jika saja nilainya membaik, jika saja hidup mereka masih seperti dulu, atau jika saja Ellora pulang lebih cepat malam itu. Setelah ini Ellora sama siapa bu... Ellora masih butuh Ibu..
Kenangan sang Ibu masih membekas di kepalanya bak kaset rusak yang terus berputar. Tawa dan hangatnya masih terasa, belum hilang dari kamar ini. "Di antara pilihan lain, kenapa Ibu memilih untuk pergi dengan cara ini? Ellora yang harusnya mati, bukan Ibu..."
Ellora sanggup membayar apapun bahkan dengan menukar nyawanya jika saja itu mampu menghidupkan ibunya kembali. Ellora rindu, bu.
Suara ketukan tak membuat Ellora bergeming, Mireille berhambur memeluk Ellora sedangkan Gailan hanya disisi perempuan itu dengan sesekali mengelus surainya. Berkali kali mereka menguatkan teman yang baru saja kehilangan. Kehilangan manusia yang paling dibutuhkan seumur hidupnya.
Ellora makin melarung, nafasnya begitu tercekat. Ellora belum menerima, Ellora yakin dirinya tak akan pernah menerima hari ini. "Gue nggak punya siapa siapa lagi," bahkan tanpa perlu menjadi Ellora, Gailan tau seberapa banyak rasa sakit yang dipendam perempuan itu, kemudian hari ini Gailan tau Ellora sudah meledak. Nada penuh putus asa itu begitu mencekik, Gailan tau Ellora dan semua usaha yang ia bangun sendirian.
"Tuhan jahat banget ya? Kenapa Tuhan bikin gue harus kehilangan lagi? Kenapa gue dan gue lagi yang harus ngerasain sakitnya? Kenapa—"
"Lo masih punya kita, El. Kita janji bakal selalu nemenin lo. Lo jangan merasa sendirian ya, ada gue dan Gailan..." ujar Mireille.
Deheman di ujung pintu membuat ketiganya menoleh, menyadari pria tua dengan wajah yang mirip Ellora, Mireille dan Gailan langsung tau itu siapa. Keduanya memilih untuk pergi keluar setelah berpelukan. "Gue janji bakal jagain lo sampai gue mati, El." Gailan menatap manik itu dalam-dalam. Menangkap kekacauan yang dipendam perempuan itu sendirian. Gailan mungkin belum tau apa saja rasa sakit yang dimilikinya, namun jelas Gailan khawatir dan peduli. Entah Ellora akan percaya dengan janjinya atau tidak, Gailan akan berusaha.
Ellora paling menghindari tatapan kasihan orang-orang. Baik teman atau pun orang tuanya sendiri, Ellora tak pernah mau menunjukkan tangisnya. Maka ketika Gailan dan Mireille pergi keluar dan dirinya harus berhadapan dengan ayah Kandung ya sendiri, Ellora memilih menghapus air matanya dan bergelut dengan perasaannya, sebisa mungkin isakannya tertanam. "Ellora," panggilan itu sebenarnya semakin membuat Ellora ingin marah. Marah kenapa ayahnya harus berselingkuh dengan perempuan lain, marah kenapa ayahnya membiarkan dirinya dan sang Ibu pergi dari rumah, marah kenapa sang ayah tak pernah membujuk ibunya untuk berbaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
Teen FictionHidup Ellora memang sudah lama berantakan. Jauh dari ketenangan dan yang gadis itu harapkan hanya agar segera di jemput Tuhan. Dan lagi, kesialan itu bertambah besar mulai dari hari ini. "Argaksa Bhataramana itu mantan lo?" --- Papan hitam putih itu...