Sunday Morning

74 2 5
                                    

Langit biru berkilauan, kicauan merdu suara burung, dan sinar matahari menyinari jendela kamar Audy yang membuatnya terbangun. Ia meregangkan semua otot - otot nya sembari membuka tirai jendela yang berwarna abu - abu miliknya.

Sinar matahari menerobos masuk ke dalam kamar Audy, seolah olah hendak menyapanya di pagi hari.

Ia pun membuka pintu kamarnya dan berjalan menuruni anak tangga untuk mencuci muka dan menyikat giginya. Terlihat dari wajahnya yang tak pernah ada lengkungan manis di bibirnya.

Sudah lama ia tak tersenyum lebar kecuali dengan senyum tipisnya yang diperuntukan pada keluarga dan sahabatnya saja.

Hari Minggu yang cerah dan damai menantinya untuk melakukan aktivitas sehari - hari nya yaitu lari di pagi hari.

Setelah selesai dari kamar mandinya, ia mengganti bajunya dengan kaos berwarna abu - abu, celana olahraga berwarna hitam serta sepatu olahraga berwarna putih menghiasi kakinya yang membuatnya terlihat cantik dengan tampilan sederhana. Tak lupa ia memakaikan topi berwarna hitam yang bertuliskan dengan nama Audy.

Topi itu adalah pemberian seseorang dari masa lalunya yang sampai sekarang masih belum bisa ia lupakan.

Audy hanya bisa memandangi foto dan barang - barang pemberian seseorang di masa lalunya itu tanpa melihat orang yang memberinya. Audy berdiri di depan kaca setinggi badannya dan melamun seraya melihat topi yang ia kenakan.

Rupanya topi itu lah yang membuatnya tidak bisa melupakan seseorang di masa lalunya.

"Audy... Ayo sarapan dulu yuk! Katanya mau lari - lari." Ucap Caca yang tiba - tiba membuyarkan lamunan Audy.

Tak salah lagi, Caca adalah ibu dari Audy dengan paras cantiknya yang rupanya menurun sampai ke Audy.

Mendengar suara Caca, Audy pun langsung berjalan ke meja makan yang disambut oleh roti selai blueberry dan susu cokelat kesukaannya.

"Eh anak mama udah bangun ternyata, tuh Abang sama ayah kamu masi tidur udah jam segini tapi masih molor aja. Emang anak sama ayah sama aja, sama sama ngeselin! Masak mama ngga disisain martabak manis tadi malem. Habis gitu langsung ditinggal tidur aja, eh taunya bangunnya masi molor! Udah ngga disisain martabak, ditinggal tidur, bangunnya molor! Pokok nyebelin deh kesel mama!" Oceh Caca sambil membersihkan dapur yang tidak jauh dari meja makan tersebut.

Mendengar ocehan Caca, Audy pun tersenyum tipis dan langsung memeluknya. Ia memeluknya dari belakang dan mengucapkan

"Makasih ya ma Udah bikin Audy senyum." Ucap Audy seraya melepaskan pelukannya

"Buat anak mama apa sih yang nggak." Ucap caca dengan mencubit hidung Audy.

Saat percakapan ibu dan anak berlangsung, tiba - tiba mereka dikejutkan oleh Gavin dari belakang yang menepuk pundak Caca dan Audy secara spontan.

Mereka berdua terpelonjat kaget karena Gavin pelakunya.

"Isuk - isuk kok wes tangi ae seh." Ucap Gavin seraya mengucek ngucek mata kanannya tanpa dosa.

"Gavinn..... Bikin mama jantungan aja baru bangun lagi. Nih liat adek kamu udah rapi begini mau keluar ga kayak kamu kerjaannya molor terus." Ucap Caca sambil menarik telinga kanan Gavin.

"Eh.... Iya ampun.... Ngga jahil lagi, emang mau kemana lu jam segini udah mau keluar? Sama sapa? Ngapain? Dimana?" Ucap Gavin seraya meringis kesakitan.

"Lari." Ucap Audy dengan jawaban singkatnya.

"Yaudah sama abang aja larinya, ga baek pagi - pagi gini pergi sendirian. Bentar Abang ganti baju dulu." Ucap gavin seraya berjalan menuju kamar mandi.

Melt the Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang