Chapter.1

690 26 2
                                    

Assalamualaikum guys, oke author mau update lagi cerita yang sempet bikin author nangis kejer karena semua kehapus, jadi jangan lupa voment oke!

Happy reading ❣️❣️

Cantika Olivia Pratami. Nama dari seorang gadis yang kerap kali dipanggil dengan sebutan Oliv itu. Ia sedang memperhatikan seseorang yang sedari tadi memusatkan perhatiannya. Tangannya terarah mengambil kamera DSLR nya dan mengarahkannya pada sosok laki laki berparas tampan yang telah sukses membuatnya terkagum kagum selama 3 tahun kebelakang.

Olive tersenyum melihat hasil jepretan kameranya yang terlihat bagus. matanya kembali melihat lelaki yang sedari tadi mengikat pesona di hadapan para penoton. ia terus mendribble bola untuk masuk ke dalam ring. bahkan keringat yang mengucur deras dikeningnya pun tak sama sekali mengurangi kadar ketampanan laki laki bernama Samudra itu.

"liv, ngelamun aja, biasa kali liatinnya" Nadhifa Anindia Aqila. wanita yang menyandang status sebagai sahabatnya itu membuatnya menjadi kesal saat ini.

"apaan sih Dhif ngeselin" Oliv bangkit dari tempatnya meninggalkan Dhifa.

"Yah ni anak maen tinggal aja, Oliv tungu!!" teriakn Dhifa sambil mengejar Oliv.
"marah liv?" Dhifa mensejajarkan langkahnya dengan Oliv kali ini. Memastikan apakah sahabatnya ini benar-benar marah atau tidak.
"siapa yang marah" ucap Oliv sedikit ketus sambil terus melangkahkan kakinya membuat Dhifa sedikit kewalahan untuk mengejar Oliv kembali.
"kamu gak marah ya, yaudah kantin yuk!" Oliv memutar bola matanya malas lalu mengangguk singkat.

"liv, kenapa kamu gak perjuangin dia aja?" Dhifa dan Oliv sudah duduk anteng di bangku kantin. sambil menunggu pesanan datang, mereka berbincang.
"aku perjuangin kok"
"berjuang apaan, orang kamu liat dia dari jauh aja" Dhifa tak habis pikir dengan sahabatnya itu. Berjuang? kapan ia berjuang? setahu Dhifa Oliv hanya sibuk memendam rasa nya.
"berjuang, lewat do'a!"
skakmat! Dhifa tak dapat berkata lagi. Memang jika sudah menyangkut dengan hal ini, Oliv lah jagonya. Ia tak bisa menimpali lagi.

Oliv tak habis fikir dengan sahabat nya ini, padahal Dhifa juga tak jauh berbeda dengan dirinya, memilih mencintai dalam diam tanpa mengungkapkan, dan menjadi rahasia antara mereka berdua. tapi satu hal yang masih menjadi misteri baginya, Dhifa masih saja suka meledeknya.

Drrtt...Drrttt...Drrtt....
Ponsel Dhifa berdering. Dengan segera ia mengangkat telponnya.
"Assalamualaikum, iya bunda?"
"..."
"Yaudah Dhifa pulang sekarang"
"..."
"Iya bunda, assalamu'alaikum"
"..."
Dhifa menutup sambungan teleponnya.
"liv aku pulang duluan gak papa ya? soalnya bunda minta beliin bahan kue" Dhifa meminta ijin terlebih dahulu pada sahabatnya itu.
"oh iya gak papa kok, aku juga mau pulang sekarang. abi kayaknya udah jemput" Setelah membayar,mereka bergegas menuju parkiran kampus. Oliv melebarkan senyumnya melihat mobil Raja sudah anteng di parkiran. Dengan segera ia langsung menghampiri Raja.

Oliv memyalami tangan Raja kemudian memasuki mobil.
"gimana kuliah kamu?" Raja memalingkan wajahnya ke arah Oliv.
"baik abi" Ucap Oliv sambil tersenyum ke arah Raja. Kemudian Raja melajukan mobilnya menuju rumah.

" Assalamualaikum,umii Olive pulang!" Oliv memasuki rumahnya dan disambut hangat oleh Syakir.
"wah..gimana kuliah kamu?"
"baik umi" ucap Oliv sambil menyalami tangan Syakir.
"aku gak ditanya nih?" Oliv dan Syakir terkekeh pelan melihat Raja yang tengah memasang wajah kesalnya.
"udah ah Oliv ke atas ada yang jeles" lalu ia beranjak ke kamarnya.

Syakir mengambil alih tas Raja lalu bergegas pergi untuk menyimpannya ke dalam kamar. Namun hasilnya nihil, Raja mencekal pergelangan tangan Syakir membuat langkahnya seketika terhenti.
"anak kami tuh" Raja masih menggunakan wajah kesalnya. Syakir hanya terkekeh melihat tingkah suaminya itu.
"anak kamu juga kak"
"Eh tapi dia udah besar aja ya?"
"Kan tumbuh"
"Dia cantik, kaya kamu" pipi Syakir seketika merona karena ucapan Raja barusan. Jujur saja, walaupun pernikahan mereka sudah terbilang cukup lama, Syakir masih merasa malu jika Raja menggombalinya seperti sekarang.
"Eh tunggu! tuh kan blushing" Syakir segera memalingkan wajahnya ke arah lain berharap Raja berhenti menggodanya.
"Apaansih, siapa yang blushing?!" Syakir mencubit pelan perut Raja membuat sang empu meringis kesakitan.
"Sakit" pekik Raja disertai kekehan kecil Syakir.
"Rasain! makannya jangan suka gombal!" Syakir berlari kecil meninggalkan Raja sambil terus tertawa.

Labuhan Rasa❣️❣️ (SUDAH TERBIT!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang