Chapter.5

183 16 10
                                    

Macet. Rutinitas ini tak pernah dapat dihindari setiap harinya. Gara-gara macet, Oliv membutuhkan waktu hingga satu jam kurang lebih untuk sampai di rumah Dhifa, padahal normalnya dua puluh menit sudah sampai.

Pandangannya mengarah ke pinggir jalan. Tampak beberapa sepeda motor yang tengah menyelip di tengah kemacetan. Andai aku bisa mengendarai motor, mungkin tidak akan terjebak macet seperti ini. Gumam Oliv dalam hati.

Sesampainya di depan rumah Dhifa, Oliv segera memarkirkan mobilnya. Ia melangkahkan kakinya menuju rumah Dhifa yang sudah disambut hangat oleh Dhifa di depan pintu.

"Tumben lama?" pertanyaan itu terlontar dari mulut Dhifa.
"Tadi kejebak macet" Jelas Oliv. Dhifa mengajak sahabatnya masuk ke dalam rumahnya.

Lima menit berlalu. Oliv dan Dhifa sudah berada di kamar Dhifa untuk merencanakan referensi baru di butik Syakir. Kebetulan, butik itu milik Olib juga, karena memang dirancang oleh mereka berdua. Dan Dhifa, ia juga ikut mengambil perannya sebagai asisten Oliv disana.

"Liv, aku rasa kalo masalahnya cuma macet kamu gak akan terlalu lama sampai disini" Dhifa melontarkan argumennya ketika sahabatnya telat sampai kerumahnya.
"Tadi tuh sebenernya aku nganterin dulu Syila ke rumahnya, abis itu kesini deh. Kebetulan juga jalanan macet" Jelas Oliv pada Dhifa.
"Syila siapa?" tanya Dhifa lagi. Pasalnya ia baru mendengar nama itu di kehidupan Oliv.
"Syila itu anak gadis cantik yang tadi aku temuin di minimarket. Kebetulan kakaknya gak bisa jemput, jadi aku anter pulang dulu deh" Dhifa mungut-mungut mendengar penjelasan Oliv.
"Jadi kalian baru kenal gitu?" kali ini Oliv hanya menjawab dengan anggukan.
"Yaudah, jadi gimana rencana buat butik?" Oliv berfikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Dhifa.

"Dhif, aku tuh ada rencana nih..ceritanya mau bikin referensi buat butik umi. nah nantinya ada ruang khusus VIV gitu, menurut kamu gimana?" Dhifa mungut mungut mendengarkan penjelasan Oliv.

"Gini ya Liv, bukannya apa-apa nih. Tapi kan dihadapan Allah semua manusia itu sama derajatnya. nah, kalo misalkan diadakan ruang VIV gitu nanti kesannya kita beda beda in pelanggan, jadi menurut aku gak usah deh" Oliv mencerna perkataan Dhifa. Menurutnya Dhifa ada benernya juga, Allah juga tidak pernah membedakan hamba-hamba nya.

"kamu ada bener nya juga sih"
"ya iyalah darimana sih saran Dhifa gak bener, secara Dhifa kan pemecah masalah nomer satu di dunia. jadi saran Dhifa bagus kan?" Ucap Dhifa membangga banggakan dirinya.
"biasa aja!" Oliv memutar bola matanya
"yaah.. Oliv kebiasaan deh"

Drrt...Drrt...Drrt...
Sebuah telpon baru saja masuk ke ponsel Oliv. Dengan segera ia mengangkat telponnya.
"Bentar Dhif, ada telpon" Dhifa mengangguk sebagai jawaban.

"Hallo, assalamualaikum umi"
"...."
"iya umi, Oliv udah mau pulang kok"
"...."
"udah kok, Oliv udah makan"
"...."
"oke Oliv pulang sekarang, Oliv tutup dulu ya umi wassalamu'alaikum"
"...."

"Dhif, kayaknya aku harus pulang sekarang deh. Kata umi ada yang mau diomongin" pamit Oliv pada Dhifa.
"oh yaudah, yuk aku anter sampe depan" Oliv dan Dhifa beranjak menuju depan rumah Dhifa.

"Oliv mau kemana?" Tanya Karin ibunya Dhifa.
"Oliv pulang dulu tante" pamut Oliv pada Karin, lalu menyalami tanganya.
"kok buru buru amat nih?"
"gak tahu tante, tadi umi suruh Oliv pulang sekarang"
"oh gitu ya, yaudah hati hati ya, salam sama umi"
"iya tante, Oliv pamit assalamualaikum"
"waalaikumsalam"

Oliv mengemdarai mobilnya menuju rumah. Tak biasanya Syakir memintanya untuk segera pulang seperti ini, apalagi ia sedang berada di rumah Dhifa. Mungkin hal yang akan disampaikan benar-benar penting.

"assalamualaikum umi,abi" Ucap Oliv sambil menyalami keduanya.
"waalaikumsalam" ucap mereka berdua bersamaan.
"umi ada apa suruh Oliv pulang cepat?" tanya Oliv pada Syakir.
"ini ada yang mau abi omongin sama kamu" Oliv beralih menatap Raja.
"ada apa abi?" tanya Oliv lagi.
"sini duduk samping abi" Oliv duduk disamping Raja.

"Oliv, bukannya abi terkesan menekan kamu, Abi hanya ingin menyampaikan kesepakatan abi dengan teman abi. Dulu kami sepakat untuk menjodohkan kamu dengan anak teman abi" Oliv mencerna baik-baik perkataan Raja. Ia juga masih tak percaya dengan apa yang Raja katakan barusan, perjodohan bukanlah hal yang mudah untuk ia terima atau iyakan. Namun, jika untuk kebahagiaan orang tuanya, sepertinya ia akan berfikir dua kali.

"Tapi abi, bukannya Oliv masih terlalu muda untuk hal seperti ini abi? lagian kuliah Oliv juga belum selesai abi"
"Abi tidak memaksa Oliv, itu sekiranya kamu mau.Hal itu menurut abi bukan masalah, lagian diluar sana banyak orang yang kuliah sambil berumahtangga" Mungkin perkataan Raja ada benarnya juga. Diluar sana banyak orang yang berkuliah sambil menkalankan rumah tangga. tapi pertanyaannya, apakah ia mampu menjalankan semua ini dengan baik?

"Oliv pikirkan dulu ya abi" Raja tersenyum lalu mengacak pelan kepala Oliv.
"tentu sayang. ingat, jangan dipaksakan!"
"iya abi" Oliv tersenyum lalu naik ke atas menuju kamarnya.

Ya Allah ini terlalu sulit bagiku, aku sudah mencintainya terlalu dalam.Tapi aku tidak boleh egois, ini kebahagiaan abi, aku juga belum membahagiakan abi sampai saat ini, tapi bagaimana jika di hatiku sudah tertulis nama lain? semua ini tidak akan mudah ya Allah, apalagi jika harus melupakannya yang sudah terlalu lama singgah di hati ini ya Allah. batinnya dalam hati.

'apakah hati ini harus benar-benar melepaskan untuk kebahagiaan mereka, atau harus tetap bertahan tetapi menuruti sebuah ego?'

****

Kali ini samudra dam keluarganya tengah berkumpul bersama di ruang keluarga sambil sesekali bercanda ria.

"Mama tau gak, tadi Syila ketemu kakak cantik, baik, solehah lagi. Terus Syila dianterin pulang deh" Galih menatap putri kecilnya itu sambil tersenyum.
"Kamu kenal siapa dia?"
"Namanya kak Oliv umi, dia orangnya baik banget, tadi dia anterin Syila gara-gara kak Sam gak bisa jemput" Samudra seketika menatap adiknya itu mendengar nama yang baru saja Syila katakan. Apakah orang yang Syila maksud adalah Oliv yang ia kenal? ah mungkin hanya kebetulan. ucapnya dalam hati.
"Kamu bilang makasih gak sama kakaknya?" kini giliran Kelvin yang bertanya.
"Iya dong pah, malah Syila punya kontak telpon kak Oliv, katanya nanti kapan-kapan kita mau main bareng" ucap Syila diakhiri dengan anggukan dari Kelvin.
"Kamu harusnya hati-hati dek, bisa aja kan dia orang jahat yang mau celakain kamu"
"Ya gak mungkin lah kak, orang dia baik banget kok" ucap Syila tak suka karena kakaknya menjelekkan Oliv.
"Malah Syila ada inisiatif buat jodohin kakak sama dia loh" Ucapan Syila langsung ditatap tajam oleh Samudra.
"Heh anak kecil! mana ada jodoh-jodohan, kakak itu udah ada yang punya, ya kan pah?" Kelvin hanya tersenyum kecil ke arah dua anaknya itu.
"Kalo ketemu Syila yakin kak Sam bakal langsung jatuh cinta!" ucap Syila penuh penekanan, lalu meninggalkan Samudra dan keluarganya masuk ke dalam kamar.

Samudra bingung dengan dirinya sendiri. entah mengapa bayangan gadis itu seketika selalu muncul di pikirannya akhir-akhir ini. Entah karena memang ia kagum, atau karena hal lain yang membuatnya seperti ini. Jujur, ia masih bingung dengan semuanya.

Samudra merebahkan dirinya di atas kasur Kin size nya, ia mencoba untuk memejamkan mata menjemput rasa kantuk. Tak butuh waktu lama, ia terlelap dalam tidurnya. Seorang wanita paruh baya menutup pelan pintu kamarnya, ada kebahagiaan tersendiri saat anaknya itu kembali tersenyum seperti itu lagi.

Mya
Rabu,22 April,2020

Labuhan Rasa❣️❣️ (SUDAH TERBIT!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang