'Terkadang aku iri dengan mereka yang dengan leluasa menyapamu sedangkan aku tak mampu melakukan hal itu'
Oliv__**
Gadis dengan kerudung panjang itu tengah menatap indahnya bintang di tengah pekatnya malam. Jari jarinya terus menari di atas kertas menghasilkan untaian kata-kata indah. Pikirannya tertuju pada sosok lelaki yang tiga tahun kebelakang ini selalu menjadi pusat pemikirannya.
Senyumnya tiba tiba merekah ketika mengingat kejadian tadi siang dimana laki laki itu mendribble bola dengan hebatnya membuat para wanita menjerit histeris. Laki-laki itu sungguh tampan. Terlebih lagi ia sangat ta'at terhadap agama, dan mungkin itulah salah satu alasan ia mengaguminya.
"Eh dek, ngelamun aja" seseorang menepuk pelan pundaknya membuat dirinya terlonjak kaget.
"kak Abram,dari kapan disini?" Oliv menghela nafas lega saat melihat Abram sedang cengengesan karena sukses membuat adiknya itu terkaget-kaget.
"dari jaman Fir'aun jualan tomat! ya dari tadi lah. makannya jangan ngelamun terus" Abram pura-pura memasang wajah kesalnya lalu duduk disamping Oliv. Oliv hanya terkekeh pelan menanggapi kakak sepupunya itu.
"iya maaf" ucap Oliv masih disertai kekehan nya.
"lagian ngelamunin apa sih?" Oliv menggigit bibir bawahnya ragu. Tak mungkin ia menceritakan semuanya pada Abram kali ini. Yang ada nanti Abram akan menertawakannya habis-habisan. Dan tentu saja Oliv tak ingin semua itu terjadi.
"kak Abram sama siapa, tante Rara ikut gak?" Abram menghela nafas pelan, ia kesal dengan Oliv yang malah mengalihkan pembicaraan.
"gak usah ngalihin pembicaraan!" Abram memasang tampang datarnya dan sukses membuat Oliv mati kutu kali itu juga.
"enggak kok, aku gak mikirin apapun" Oliv berbohong.
"oh, jadi cantik gak lagi mikirin apapun" Dengan sigap Oliv langsung memukul lengan Abram membuat sang empu meringis kesakitan.
"udah berapa kali aku bilang jangan panggil aku cantik!" Oliv menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"emangnya kenapa sih, kan kamu cantik" Satu misteri yang tak pernah Abram ketahui sejak kecil. Oliv selalu marah ketika Abram memanggilnya dengan sebutan itu. Memang Oliv dulu pernah berkata bahwa panggilan itu hanya untuk pangerannya nanti. entahlah apa kebenarannya, namun Abram tak percaya perihal itu.
"kak Abram!!" Oliv memutar bola matanya kesal dengan Abram yang terus saja memanggilnya dengan sebutan itu.
"apa cantik?" Goda Abram semakin menjadi membuat kekesalan Oliv meningkat berkali-kali lipat.
"sekali lagi bilang gitu Oliv bilang ke abi!"
"bilang aja" Abram malah tidak takut sama sekali dengan ancaman dari adiknya itu. Yang terpenting baginya sekarang, ia suka membuat Oliv kesal.
"abii, kak Abram ngeselin!" Abram tertawa dengan sikaf Oliv seperti ini."Abram,kamu pulang!" Raja langsung muncul dari pintu kamar Oliv lalu menampakkan wajah datarnya.
"yaah om, ponakan gantengnya kok diusir sih" ucap Abram memelas.
"pulang udah malem!" ucap Raja sekali lagi
"oke" pasrah Abram jika sudah meliahat tampang datar seorang Raja. Nyalinya seakan ciut ditatap sedemikian rupa oleh Raja. Walaupun Raja terkesan sangat baik, namun akan berubah 360 derajat saat ia sedang marah. Sikaf baik dan ramahnya seakan sirna entah kemana.
"dah cantik" Abram melambaikan tangannya pada Oliv.
"kak Abram!!" Oliv mengerucutkan bibirnya kesal dengan Abram yang selalu memanggilnya dengan sebutan itu. walaupun Cantik diambil dari nama depannya yaitu Cantika, namun tetap saja ia tidak suka.Setelah Abram benar-benar pergi, Raja menghampiri putrinya itu lalu mengecup singkat pucuk kepala Oliv.
"tidur sayang, udah malem" seru Raja sambil mengacak pelan rambut Oliv.
"ia abi selamat malam" Oliv tersenyum lebar ke arah Raja.
"juga sayang" Setelah mengucapkan hal itu, Raja pergi meninggalkan kamar Oliv.
KAMU SEDANG MEMBACA
Labuhan Rasa❣️❣️ (SUDAH TERBIT!)
Teen FictionTernyata mencintaimu dalam diamku lebih menyakitkan dari apa yang selama ini aku bayangkan, dan perasaan ini, sepertinya akan tetap menjadi rahasia yang akan ku jaga selamanya. Cantika Olivia Pratami_*