Torch

76 16 11
                                    

Liliana keluar dari kafe yang dikunjunginya dengan Galih satu jam yang lalu. Ia meninggalkan Galih di dalam kafe dengan alasan ingin mencari oleh-oleh lainnya. Ia meneliti daerah sekitarnya sebentar sebelum berjalan kearah pedagang yang berjejer dipinggiran jalan.

Tanpa sengaja ia melihat segerombolan anak laki-laki yang juga melihat-lihat pedagang souvenir tersebut. Melihat mereka tertawa bersama dengan temannya yang lain membuat Liliana ikut tersenyum. Seandainya ia bisa tersenyum seperti itu ketika bersama temannya. Sayangnya, Liliana adalah tipe introvert yang lebih mementingkan buku ditangannya daripada teman disampingnya.

Ia mengalihkan pandangannya, lalu mendekati salah satu penjual aksesoris. Ia melihat-lihat dan tertarik dengan sebuah jepit rambut dengan mutiara-mutiara diatasnya.

"Jepit rambut korea, Mbak? Murah kok lima ribu aja."

Liliana mendongak menatap si penjual sambil mengangguk.

"Tiga ya, Bu."

"Iya. Limabelas ribu mbak."

Liliana tersenyum sambil memberikan uangnya, "Makasih bu."

Ia memasukkan jepit rambut tersebut dan kembali berjalan menuju penjual lainnya. Setelah tak ada barang yang menarik perhatiannya, ia memutuskan untuk kembali ke Kafe dimana ia meninggalkan Galih tadi.

Sesampainya di Kafe, ia melihat tempat duduk yang tadi didudukinya dan Galih. Disana ia melihat Galih dengan seorang wanita yang membelakanginya. Ia berjalan mendekat dan akhirnya ia bisa melihat wanita itu.

"Loh Kanza? Kok baru nyusul?"

"Haha iya Kak. Baru bisa, kemarin masih ngejar deadline."

"Kan kita mau pulang nanti sore," kata Liliana

Kanza menatap tajam Galih, "Kamu bilang masih disini dua hari lagi?"

"Ah iya maksudnya kita berdua aja. Biarin mereka pulang duluan."

"Yahh gak seru dong kalo cuma berdua."

"Seruan berdua kali Yang, gaada yang ganggu."

"Dih."

Liliana memutar bola matanya kesal. Sekarang ia merasa jadi obat nyamuk. Mereka berdua bercanda seperti dunia milik mereka. Liliana kadang tak habis pikir dengan adiknya dan kekasihnya itu, sehari putus besoknya nyambung. Sudah tiga kali ia menyaksikan itu. Orang jatuh cinta mah bebas.

"Kak An? Disini aja ya? Temenin kita dua hari aja. Aku belum ikut muter-muter."

"Enggak ah. Besok lusa udah masuk kerja."

"Yahh kalo gitu kita pulang aja deh Yang. Gak seru kalo cuma berdua."

Liliana hanya menggelengkan kepalanya mendengar Galih yang menggerutu saat Kanza mengatakan itu.

"Eh udah jam setengah lima nih, yuk ngumpul sama yang lain."

"Astaga delapan jam perjalananku percuma dong. Disini cuma dua jam."

Liliana menahan tawa mendengar teriakan Kanza. Malang sekali nasib gadis itu.

"Ya lagian aku ajakin berdua aja disini dulu kamu gak mau."

"Ya kan gak seru kalo cuma berdua, Galih. Lagian kamu sih pake bohong segala."

"Kan aku emang pengen liburan berdua sama kamu. Eh kamunya gak mau."

"Tau ah. Cowok mana pernah ngerti."

"Oke stop. Ayo berdiri kita balik ke mobil."

"Yaudah deh. Ayuk."

RemembrancesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang