Boundaries

108 16 2
                                    

"Kak."

"Hm."

"Kak!"

"Hemm!"

"Kak Anna!"

"Apaan sih Gal? Ganggu aja tau gak!"

"Ada apaan Kakak sama Diaz sampe Elia ngamuk kayak gitu?"

Liliana menatap Galih dengan tatapan lelah. Ia sebenarnya tak mau membahas hal tersebut lagi. Tadi setelah pukul sepuluh semua sudah pulang ke rumah masing-masing, kecuali Kanza. Galih menahan gadis itu agar tidak pulang dulu. Entah ada apa antara mereka.

Sekarang Galih sedang mendekati Kakaknya dan berusaha untuk membuat Kakaknya bicara tentang apa yang sebenarnya terjadi. Tidak mungkin jika tidak ada apa-apa membuat Elia semarah itu. Karena setahunya, Elia bukanlah gadis yang sering marah tanpa alasan yang jelas.

"Besok senin gue balik ke Jakarta."

"Yahh kak. Seriusan? Katanya mau menetap disini lagi temenin gue."

"Masih ada kerjaan Galih. Gue juga udah janji sama Elia dia gak bakal ketemu aku lagi."

"Gue gak peduli sama Elia. Kakak yang Gue butuhin, bukan Elia. Peduli setan sama dia."

"Gue peduli. Gue gak mau kalo gue disini buat mereka bertengkar terus. Lagian Ello juga di Jakarta."

"Ello mulu yang lo pikirin adek lo gue apa Ello sih?"

"Lo lah. Tapi kan Ello pacar gue."

"Halah! "

Liliana menghela napas kasar dan memutar duduknya menghadap Galih. Ia menatap adiknya itu dengan tatapan memohon.

"Gue mohon, gue tau apa yang baik dan buruk buat gue. Dan gue gak peduli kalo dimata lo dia jahat atau gak pantes buat gue, yang penting gue ngerasa nyaman sama dia. Ya.. Meski kita jarang keluar bareng, tapi gue tau dia peduli sama gue," jelas Liliana.

"Gue cuma gak mau lo salah milih orang. Kemarin sebelum kita ke Jogja, lo keluar sama dia dan lo pulang sendiri. Banting pintu kamar. Lo kira gue gak tau kalo ada yang salah diantara lo sama dia?"

"Waktu itu cuma salah paham," ucap Liliana.

"Jangan terlalu jatuh ke dia Kak, gue mohon."

Liliana mulai kesal dengan adiknya.

"Lo harus tau batas Galih. Gue tau mungkin lo gak suka sama dia atau mungkin lo mikir dia itu orang jahat, tapi dia bukan villain di cerita gue. So please, kasih gue space buat diri gue sendiri. Lo gak perlu mikirin gue, toh gue juga gak pernah ngelarang lo pacaran sama siapa aja."

Galih jadi kesal dengan kakaknya. Ia memutuskan pergi dari sana dan menuju kamarnya. Disana ia melihat Kanza yang duduk sambil memegang buku album foto miliknya.

"Aku sebel sama Kak Anna."

"Kenapa?"

"Dia aku bilangin gak bisa. Kamu tau Ello kan?"

"Iya."

"Dia tuh gak beneran sayang sama Kak Anna. Kamu tau mereka bahkan gak pernah gak bertengkar kalo jalan bareng. Aku capek lihat dia kayak gitu terus."

"Itu bukan urusan kamu kali, Gal."

Galih menatap Kanza dengan kesal, "Kamu belain Kak Anna?"

"Apa sih? Kamu gak usah nyebelin deh. Aku mau pulang."

"Yahh baru juga berduaan, Kan."

"Alah lebay," ucap Kanza sambil memukul pelan lengan Galih.

Galih menggerutu sambil berjalan ke arah lemari dan mengambil jaket. Lalu ia mengambil buku album yang masih di pegang Kanza dan menarik wanita itu keluar. Diluar mereka melihat Liliana yang masih duduk dan termenung menatap TV.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RemembrancesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang