One day i meet you

121 11 0
                                    

Semenjak sudah tak lagi mengikuti perkuliahan di kelas, aku jarang ke kampus. Bahkan tinggal di kos saja bisa dihitung hari dari banyaknya hari selama satu Minggu. Lagian, punya rumah yang jaraknya hanya 30 KM dari kampus membuatku lebih nyaman dengan fasilitas rumah yang serba-ada macam toko kelontong. Yah walaupun dengan Ibu yang temperamental, tapi masakannya itu juara. Juara kalau untuk sekedar setiap pagi siang sore selalu dihidangkan di meja makan. Pokoknya, hidup makmur di rumah membuat skripsi lebih lancar jaya.

Maka ketika aku kembali ke kos pada hari Senin pagi, Bunga menyambutku di pintu kamar kos. Anak farmasi semester 5 itu tak berkata apa-apa namun matanya dengan lekat menontonku merapikan baju di lemari.

"Kenapa Bung?" Tanyaku tanpa melihatnya. Tanganku sibuk memindahkan baju dari rumah yang sudah dicuci. Gratis. Daripada harus laundry di luar,  makanya aku sering membawa pakaian kotor untuk dicuci di rumah.

Oiya soal Bunga, kalau dia diam begitu, sudah pasti ada yang ingin dia ceritakan tapi harus aku tanya duluan.

Adik kosku yang kamarnya tepat di depanku itu melipat lengannya di dada sambil menatapku lekat.

"Mbak kenal sama Mas Aksa?"

Tanganku berhenti melipat baju. Kali ini aku menoleh ke arah Bunga.

"Aksa siapa?"

Dari sekian banyak nama orang yang kukenal, nama Aska hanya satu. Dan nama yang cukup lama tidak kusebut namun terkadang mampir di pikiran.

Well, aku hanya memastikan. Si Bunga ini orangnya up to date banget. Barangkali dia menyebut nama selebgram atau tiktoker yang sama sekali tak kukenal.

"Ih, masa kamu ngga kenal sih, Mbak?"

Aku tergelak, "Yaelah, Bung. Nama Aksa banyak kali. Di wattpad tuh banyak banget lead male namanya Aksa."

Bunga merasa tersindir ketika aku menyebut aplikasi bacaan gratis itu. Faktanya dia kalau nongkrong di kamarku, paling-paling jempolnya sibuk menggulir layar wattpad dan bahkan sampai pagi pun matanya tetap terjaga sambil tertawa atau nangis sendirian.

"Ya udah deh, kenalannya mbak Anya ada yang namanya Aksa ngga?" tanyanya dengan menuntut.

Setelah menumpuk lapisan baju terakhir di loker lemari paling atas, aku berjalan ke tempat tidur miniku dan merebahkan badan. Helaan nafas kukeluarkan atas hasil rasa lelahku berdesak desakan di bus dari rumahku menuju kos.

"Mbaak." Bunga ikutan naik ke kasur dan menggoyangkan badanku, "Tuh kan, aku yakin Mbak kenal. Mbak kenal Mas Aksa dimanaa?"

"Aksa siapa sih ngga kenal."

"Ga percaya!"

Aku melirik Bunga, "Coba sebutin yang bener deh Aksa siapa. Aku ada temen namanya Aksa tapi kayaknya bukan si Aksa yang kamu maksud."

Bunga menatapku antusias, "Iya, Aksa yang itu."

Ini bocah kadang membuatku sebal kalau lagi dalam mode mengganggu seperti ini.

"Ngga tau ah, Bung. Sana balik kamar, aku mau tidur siang."

Aku memejamkan mataku, mencoba meuruti rasa kantuk. Masa bodoh dengan tingkah Bunga yang tidak jelas.

"Aksara Denta Rahagi."

Nama lengkap itu diucapkan dengan ringan oleh Bunga.

Tanpa ada aba-aba, jantungku berdenyut dengan cepat. Seakan penyebutan nama itu menyalakan pompa jantung buatan di dadaku.

***

"Tinggi, manis, mukanya bersih kayak ngga pernah jerawatan. Trus yang paling bikin aku deg-deg an tuh mbak, dia bilang makasih sambil senyum cakep banget. Aku mau bilang kalau aku di fakultas sebelahnya, eh malah udah pergi deh mas Aksa nya."

Simple Past MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang