Five new facts i heard about your ex

144 11 1
                                    

Horor ya hari ini. Habis ketemu Bu Amel, ketemu Aksa yang nggak jauh beda sifatnya. Devil in a good cover. Aku akan sangat 'berterima kasih' ke Alwi yang membuatku ada di posisi sekarang.

"Aku tinggal beneran ya, Nyai?" Teriak Alwi yang sudah setengah jalan menuju motornya di parkiran.

Aku hanya bisa menatapnya pergi dengan motor Jupiternya.

"Temen prodi?"

Tanya seseorang di belakangku.

Aku berbalik. Kutatap Aksa yang berdiri tanpa dosa setelah 'mengusir' Alwi dengan lihainya. Flashback beberapa menit yang lalu, dia langsung menghampiri mejaku dan meminta ngomong denganku berdua aja. Kayak di film-film remaja ala-ala. Padahal memang itu kebiasaannya Aksa kalau udah nekat, dia tak memperhatikan orang di sekitarnya. Termasuk Alwi. Emangnya Alwi itu Casper yang nggak keliatan wujudnya?

Baru sekarang dia bertanya saat Alwi sudah pergi.

Aku menahan diri agar tidak memukul otaknya yang pintar tapi naif itu.

"Iya. Dan kamu ngusir dia. Where's your manner?"

Aksa terlihat menyesal. Diliat dari gestur tangannya yang mengusap hidung. Nggak, jangan pasang muka melas gitu.

Aku menarik nafas panjang sebelum berkata, "Mau ngomong apa? Cepetan keburu kamu kelas."

"Aku udah nggak ada kelas."

Aku menunjuk jas putih yang dipakainya. Kali ini aku melihatnya dengan sedikit berbeda. Entah karena kemeja flanel biru muda yang dipakainya, kontras dengan rambutnya yang berantakan menutupi dahi, atau jas dokter yang membuatnya nampak seperti dokter betulan. "Terus mau kemana, pak dokter?"

"Habis asistensi adik tingkat," jawabnya, kali ini dengan senyum tertahan.

Tuh kan aneh banget dia. "Kok senyum-senyum sih?"

"Pak dokter ya?"

Aku rasanya pengen menjedotkan kepala ke tiang listrik. Yaampun dibilang pak dokter gitu aja seneng banget.

"Udah jangan ngalihin topik. Buru, mau ngomong apa?"

Aksa memberi kode agar kami tak ngobrol di jalan antara parkiran dengan kantin. Dia mengajakku keluar gedung menuju sebuah bangku pendek di samping tong sampah.

"Kamu uninstall Instagram?"

Aku mengangkat bahu, "Engga, tuh."

"Nggak pernah muncul notif DM?"

"Muncul."

"Pesanku masuk?"

"Masuk. Udah kayak notif promo pulsa."

Aksa menghembuskan nafas di sebelahku. Aku masih menatap datar ke depan. Rasanya makanan nikmat yang baru kumakan sudah sampai ke usus besar sampai-sampai aku udah nggak merasakannya lagi.

"Mau kayak gini terus?"

Mataku melirik ke arahnya, "Emang harusnya kayak gini kan."

"Kalo kata quotes Twitter, mantan nggak harus musuhan."

Ucapan Aksa membuatku tertawa ironi, "Kita nggak musuhan, Sa. Cuma mengkondisikan keadaan aja."

"Maksudnya?"

Kali ini aku memisahkan jarak lebih banyak dari dia sebelum menghadapnya dengan konsentrasi penuh.

"Kamu salah kalo bilang pengen kita bareng lagi," aku menatapnya lekat, "Kamu cuma excited aja ketemu aku setelah tiga tahun nggak kontakan. In fact, we changed. A lot."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Simple Past MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang