Bab 4. Perjanjian Sah

404 34 7
                                    

Jangan lupa pencet bintangnya dan komen pada bagian yg kamu suka ya :)
Oh iya jangan lupa puter track Pendekar Cahaya by Isyana biar dapat feelsnya.

Hari ini adalah hari yang hampir seluruh orang jomblo di dunia akan mendambakan, yaitu pernikahan. Abian terlihat tersenyum lebar saat melihat adiknya tampil cantik dengan gaun pernikahannya. Sedangkan Adam mendekati adiknya untuk menghapus air matanya.

"Jangan nangis dek, kayak nikah paksa aja," canda Adam.

"Memang.." jawab Azkia dengan diikuti senyumnya.

"Udah ikhlas belum sama keputusan keluarga?" tanya Adam memeluk adiknya, yang diikuti jawaban anggukan dari Azkia yang berada di dada bidangnya. "Tenang, Aziel akan menjagamu dengan baik. Jika tidak, serahkan pada 2 bodyguardmu ini." kata Adam dengan menunjuk dirinya dan Abian.

Azkia tertawa mendengarnya, namun juga air matanya mulai terjatuh lagi. "Kia tetep boleh manja sama kakak, kan?" tanyanya dengan melepas pelukannya pada kakaknya untuk melihat jawaban kakaknya, Adam.

"Ahaha.. manjanya ke suami aja dek," jawab Abian sambil menertawakan pertanyaan konyol adiknya.

Azkia mengerucutkan bibir merahnya. Baginya sebentar lagi dia merasa terpisahkan dengan keluarga kecilnya. Dia akan menjadi bagian keluarga Aziel, oranglain yang tiba-tiba masuk dalam hidupnya.

"Sudah mau mulai, kakak turun dulu. Kamu disini sama bunda," kata Adam mengelus rambut Azkia lembut, tanpa berusaha merusak tatanan rambutnya.

"Kenapa aku nggak ikut keluar?" tanya Azkia.

"Kan belum sah, sabar ya.." goda Adam.

"Bukan gitu maksudnya, kak!" kata Azkia yang diikuti cekikikan dari Abian.

"Loh emang gitu alasannya. Doain Aziel biar lancar ijab kabulnya," balas Adam sambil melambaikan tangan pergi yang diikuti Abian.

Dari kamar, Azkia sedang menunggu Aziel selesai menyatakan janji sakralnya bersama dengan kakaknya, Adam. Mamanya masih menggenggam tangannya erat untuk menenangkannya. Azkia menjatuhkan kepalanya pada pundak mamanya sayang.

"Mama, nanti Kia mesti gimana? Masa harus satu rumah sama Kak Aziel?" tanyanya.

"Kalau nggak satu rumah, masak harus kepisah?"

"Bukan begitu, kan canggung nanti.." jelas Azkia khawatir.

"Awalnya aja, nanti terbiasa," jawab mamanya menenangkan. "Lagian Kia kan mau kuliah, untung dong kalo ada suami yang nemenin tinggal di sana." jelas mamanya.

Azkia diam lagi, dengan pikiran kesana-kemari. Dia sebenarnya nggak mau ada yang tahu dia nikah pas pengenalan maba, pasti nanti pada heboh. Dan Azkia sangat tidak suka dirinya menjadi pusat perhatian. Mungkin dia harus segera berdiskusi dengan Kak Aziel tentang masalah ini.

Disaat Azkia termenung sedang asyik dengan pikirannya, Abian masuk ke kamar lagi dan berteriak, "SAH, DEK! ayo keluar!"

Seperti harapannya, keluarga senang dengan pernikahan ini. Azkia mengikuti kakaknya keluar dari kamarnya yang dibantu dengan bunda. Yah, walaupun pernikahannya dengan Aziel sangat sederhana yang diikuti oleh kerabat dekat saja, namun gaun yang dipakai Azkia sangat mewah. Aziel memilihkannya, katanya meski dadakan, dia ingin foto pernikahannya harus sempurna.

Disaat Azkia, mama, dan Abian masuk keruangan utama tempat perjanjian diikrarkan, Aziel melihat Azkia penuh dengan senyuman.

"Dek, bang Aziel senyumin kamu," kata Abian berbisik pelan.

Azkia yang sebelumnya menunduk, berusaha menatap Aziel langsung. Ya, yang dilihatnya adalah senyuman dari orang yang kini menjadi suami sahnya. Azkia salah tingkah karenanya, dia merasa aneh dengan tatapan Aziel dan semua orang yang ada di ruangan. Dadanya terasa sesak dan berdegup kencang.

Mahasiswa Baru SahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang