Bab 6. Menjadi Maba

412 31 0
                                    

Jangan lupa vote dan komentar jika anda menyukainya!

Azkia telah siap dengan setelan hitam putihnya. Tak lupa dia mengalungkan id card regu jurusannya yang berwarna hijau. Aziel begitu semangat disampingnya saat menyetir mobil menuju kampus Azkia. Hari ini merupakan ospek universitas, yang masih terbilang resmi dan tidak perlu memakai pakaian aneh-aneh.

"Apa gunanya Kia punya kost dekat jika Kak Ziel bersikeras mengantar Kia?" eluh Azkia yang ingin berjalan bersama mahasiswa baru lainnya.

"Coba aja kakak nggak mampir, pasti kamu nggak sarapan," balas Aziel sambil tersenyum.

Padahal tanpa Aziel repot, Azkia akan mendapatkan jatah sarapan dan makan siang dari ospek. Namun, Azkia tidak mau merusak niat baik suaminya. Bahkan seharusnya dia yang malah menyiapkan keperluan suaminya. Dia tahu dia sedikit egois untuk minta kost sendiri, tapi dia juga ingin merasakan masa remaja akhirnya dengan mencoba mencari teman.

"Dek, nanti pulangnya kakak jemput. Kita makan bareng di restoran," kata Aziel setelah mobilnya berhenti di gerbang utama kampus Azkia.

"Nanti Kia punya jatah makan dari kampus," jawab Azkia sebelum turun dari mobil.

"Gapapa, nanti kakak makan," jawab Aziel.

Azkia hanya mengangguk setuju. Lagipula setelah dia sibuk dengan urusan kampus, bisa jadi dia jarang bisa keluar bersama suaminya.

"Eh, tunggu!" kata Aziel berteriak saat Azkia sudah mulai berjalan menjauh.

Azkia memutar tubuhnya menghadap Aziel tanpa bersuara, namun dengan ekspresi bertanya.

"Salim dulu," kata Aziel kemudian.

Azkia menghembuskan nafas pelan dan kembali berjalan ke arah suaminya yang sedang bertengger di pintu mobil yang sedang tertutup.

Setelah menyalimi Aziel, Azkia sempat berkata pelan, "kakak jangan lupa, perjanjian kita!" Azkia mengingatkan Aziel untuk merahasiakan hubungan mereka yang sudah bersuami istri.

"Tenang, kakak ingat! Jaga diri ya, kakak mau pergi, semoga lancar ospeknya" Aziel mengusap rambut Azkia pelan sebelum akhirnya pergi.

Azkia bahkan sebelumnya mau pergi duluan, giliran dipanggil lagi malah suaminya yang mau pergi duluan. Aziel sempat membuka jendela mobilnya dan melambaikan tangan. Sedangkan Azkia hanya tersenyum tipis dan mengangguk karena sudah banyak maba lain di sekeliling mereka. Mungkin, oranglain juga tidak akan sadar bahwa mereka sudah suami-istri, karena perbdaan umur yang menjadikan Aziel lebih seperti kakaknya. Namun, jaga-jaga bagi Azkia tetap perlu.

Azkia segera melangkahkan kakinya menuju aula kampus yang sangat luas dan megah. Beberapa kali dia sempat berpapasan dengan teman sejurusannya jika dilihat dari warna id card, namun dia belum berani menyapa. Banyak dari mereka yang sudah berkumpul dan memiliki teman untuk diajak masuk. Azkia hanya diam mengikuti dari belakang mereka.

Setelah beberapa lama menguping, Azkia sadar bahwa dua orang yang dia ikuti beberapa meliriknya. Saat tatapan mereka bertemu, Azkia tersenyum canggung. Gadis didepannya langsung membalas senyumannya dan mengulurkan tangannya.

"Hai, aku Hasya, dan ini Alfi!"

Azkia menyambut uluran tangan perkenalan itu, "Aku Kia."

Gadis yang bernama Hasya lebih tinggi daripada Azkia, sedangkan Alfi lebih pendek dan terlihat manis dengan setelan hitam putihnya. Alfi tersenyum kepada Azkia dan berganti menyalaminya.

"Kia, ayo kita mencari tempat bersama!" kata Hasya sambil menggandeng tangan Azkia. Ini pertama kalinya tangan Azkia digandeng oleh teman seumurannya. Terdapat perasaan sedikit berdebar-debar namun menyenangkan.

Mahasiswa Baru SahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang