BAB I

19 1 0
                                    

Tentu kita sering mendengar kata kau tidak perlu menyesal, jangan menyesal tapi sesungguhnya penyesalan itu harus ada untuk menuntun kita agar berbuat lebih dan lebih terus hingga membuatnya sempurna.

Sempurna? Menurutmu apa itu sempurna?

Mungkin sempurna itu menurut kita 'lengkap' atau apapun yang sedang kita kerjakan berjalan sesuai dengan keinginan kita dan terlaksana dengan baik.

Namun bagi seorang Park Jimin yang sempurna itu adalah 'ibu', pria bersurai coklat itu begitu menyayangi ibunya hingga apaun yang diperintahkan ibunya ia turuti, apapun itu. Hingga tiba saat dimana Jimin dijodohkan dengan anak dari teman ibunya. Aneh memang lantaran usia Jimin baru menginjak 23 tahun dan baru akan menggantikan posisi ayahnya diperusahaan.

"Omma kau sedang bercanda bukan, bagaimana jika aku tidak mencintai wanita pilihanmu dan malah akan mengabaikannya" pembelaan yang sia-sia karena ibunya bersikeras menikahkan Jimin dengan wanita pilihannya. "Choni tolong jelaskan pada ibu aku belum siap menikah" Jimin berbicara pada kucing kesayangannya

"Omma percaya padamu nak, kau bukan pria seperti itu dan dengan sekali melihatnya kau akan langsung jatuh cinta " Nyonya Park menjawab dengan elegan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Omma percaya padamu nak, kau bukan pria seperti itu dan dengan sekali melihatnya kau akan langsung jatuh cinta " Nyonya Park menjawab dengan elegan.

"Tapi bagaimana kalau aku mengatakan bahwa aku sudah mempuyai seorang pacar" Jimin berharap semoga kali ini ibunya mengurungkan niatnya untuk menikahkannya

"Berhentilah membual, omma tahu kau lajang" dan skakmat Jimin selalu kalah jika sudah berdebat dengan ibunya, ingin sekali rasanya menyewa perempuan untuk berpura-pura menjadi pacarnya dan membawanya kehadapan sang ibu namun Jimin tidak akan pernah bisa membohongi ibunya.

Setelah berdebat dengan ibunya Jimin hendak pergi ke kantor, ia pun mengambil jasnya yang tergantung di stand hanger dan berjalan menuju pintu. Namun langkahnya terhenti ketika sesuatu melintas di pikirannya "omma apa tidak bisa ditukar dengan segudang bunga lily?"

"Tidak sayang, omma janji dia benar-benar wanita yang baik hati" mendengar itu Jimin pun tidak henti bergumam diperjalanannya ke kantor "apa dia sebaik itu sampai-sampai ibu mengabaikan bunga kesayangannya?" hingga karena tak hentinya bergumam dan melamun dalam keadaan menyetir Jimin tak sadar bahwa didepannya seorang gadis dan anjingnya tengah menyebrang.

BRAAKK

Jimin baru saja menabrak seseorang dan dengan cepat ia membuka pintu mobilnya untuk berlari menghampiri korban. "YA Gwaenchana? Kau bisa mendengarku?" Jimin menepuk-nepuk pipi gadis yang telah ditabraknya namun sepertinya gadis itu pingsan karena kaget dan mengalami sedikit luka gores di tubuhnya. Jimin langsung mengendong gadis tersebut kedalam mobilnya lalu membawanya ke rumah sakit terdekat. (kau baik-baik saja?)

Setelah gadis itu mendapat penanganan, Jimin duduk disebelah ranjangnya hingga tak sadar bahwa dirinya tertidur lelap. Sejam setelahnya, Jimin terbangun Karena pergerakan dari gadis yang ditabraknya "Eoh. Kau sudah bangun?" sapa Jimin dengan senyum hangatnya agar membuat gadis didekatnya bisa senyaman mungkin bicara dengannnya.

"Nuguseyo?" Tanya gadis itu bingung sambil menoleh sekeliling ruangan (kau siapa)

"Perkenalkan namaku Park Jimin, maaf karena telah menabrakmu" gadis itu mengangguk namun gadis itu teringat akan satu hal yang membuatnya begitu panik

"Dimana choco?, anjingku dimana dia?" wajah pucatnya yang kini dibasahi air bening itu pun, menoleh pada Jimin berharap mendapat jawaban, sedangkan Jimin hanya berdiri menunduk

"anak anjingmu ma-mati,,, mianhae" Jimin benar-benar merasa bersalah karena lalai saat menyetir dan membuat anjing kesayangan gadis itu mati. (maaf)

Jimin tidak tega melihat seorang gadis menangis terutama gadis dihadapannya, gadis ini menangis karenanya, karena perbuatannya. Hingga tangan kanannya tersentuh untuk membelai rambut sang gadis namun ditepis dan lari menjauhi Jimin.

"Aku tidak ingin melihatmu , dan aku tidak ingin memaafkanmu" gadis itu pun berlari menjauhi rumah sakit

"YA! lukamu belum sembuh" Jimin tercengang melihat gadis yang baru saja ditabrak dan masih terluka bisa berlari dengan begitu cepat.

Entah apa yang baru terjadi tadi? Sungguh Jimin merasa bersalah karena telah menabrak seorang gadis yang ia tidak tahu siapa namanya.

.

.

.

"YA! Jimin-ah, apa yang kau lamunkan dari tadi?" Rapat tengah berlangsung dari 25 menit yang lalu, dan seorang karyawan melontarkan pendapat kepada Jimin namun ia hanya termenung sehingga Taehyung harus membuka mulut untuk menyadarkannya.

"Eoh?, ah.. baiklah aku akan mempertimbangkannya, rapat kita akhiri sampai disini dulu" Jimin berjalan keluar ruangan disusul karyawan yang lain, ia masih teringat insiden tadi.

"YA tunggu, aku ikut denganmu ya?" Jimin memutar bola matanya, entah sampai kapan anak ini akan mengekorinya

"Naiklah" Jimin melempar kuncinya pada Taehyung.

"YA! Memangnya aku sopirmu!" Jimin yang sudah duduk di kursi depan penumpang smenyenderkan kepalanya pada kursi sambil memejamkan matanya.

"Semua hal di dunia ini tidak ada yang gratis, sekarang cepat naik dan antarkan aku ke salon" Taehyung yang mendengar itu langsung tertawa "sejak kapan kau rajin pergi ke salon kekeekeke"

"Paboya?aku tidak suka salon kau tahu, ibu menyuruhku menjemputnya di tempat itu" Taehyung hanya menggangguk dan melajukan mobilnya hingga sampai di parkiran, mereka hanya menunggu di luar mobil sampai wanita berpakaian feminim dengan rambut sebahu menghampiri mereka. (kau bodoh?)

"Eoh anakku, apa Omma terlalu lama?" ibu Jimin memang sangat cantik karena dia juga suka merawat dirinya, dia harus tetap tampil cantik sebagai ibu dari seorang CEO Park Jimin walau umurnya sudah mendekati 40.

"Woah... ibu sudah lama tidak bertemu, kau masih ingat dengan anak alienmu ini?" Taehyung memang sudah dekat dengan keluarga Park sejak lama namun mereka terpisah 10 tahun yang lalu karena Taehyung melanjutkan pendidikan di luar negeri

Hening sejenak karena Nyonya Park awalnya tidak mengenal pria disamping anaknya, ia hanya mengira mungkin mereka teman sekantor tapi setelah melihat bagaimana senyum kotak itu terukir diwajahnya ia langsung menyadari bahwa pria tampan ini adalah anak aliennya .

"Kau Tae-taehyung? Anak alienku?" Nyonya Park berlari kecil untuk memeluk anak aliennya yang sudah tumbuh dewasa, sayang sekali tidak dapat melihat bagaimana ia bertumbuh kembang setiap tahunnya. Namun bertemu dengannya seperti ini saja sudah membuat Nyonya Park bahagia.

Jimin yang melihat ibunya senang pun ikut tersenyum, taehyung sebenarnya sudah kembali ke korea sebulan yang lalu namun Jimin merahasiakannya karena permintaan Taehyung sendiri.

NEPENTHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang