Sudah lima bulan sejak pertemuan itu. Kini Sean selalu menyempatkan diri untuk mampir ke kafe Yi Bo sepulang kerja. Sean adalah seorang manajer di sebuah perusahaan Xiao grup saat ini .
Cafe Yi Bo selalu ramai pengunjung. Yi Bo sendiri yang melayani setiap pelanggannya walaupun ia juga dibantu oleh Yu Bin dan Sen sen. Yi Bo selalu melayani tamunya sambil tersenyum cerah. Senyumnya tak pernah hilang dari wajah tampannya.
Dengan sigap Yi Bo membuatkan semua pesanan. Terkadang ia akan ikut mengantarkan pesanan juga, membantu Yu Bin dan Sen sen.
Sean juga berkenalan dengan Lulu dan Sung Jo yang juga sering datang ke kafe di sore hari. Mereka menjadi akrab dan akan mengobrol hingga kafe tutup. Tak jarang mereka melanjutkan obrolan mereka setelah kafe tutup.
"Kalian selalu kemari sampai kafe tutup. Apa kalian tak punya pekerjaan lain?" Tanya Yi Bo suatu hari saat melihat kami sedang asyik mengobrol.
Kami bertiga menggelengkan kepala lalu tertawa melihat wajah Yi Bo yang polos. Ia mengantarkan makanan kecil untuk kami dan ikut duduk bersama kami.
Yu Bin menutup pintu kafe dan Sen sen segera membereskan kafe yang sudah tutup itu.
Kami adalah pelanggan terakhir saat itu. Kami masih asyik mengobrol tanpa terganggu oleh kegiatan mereka yang sibuk membereskan kafe yang sudah tutup itu. Tak ada yang berniat untuk beranjak dari kafe Yi Bo.
"Sean Ge, kenapa kau tak mau tampil di kafeku. Aku akan membayarmu jika kau mau main piano dan bernyanyi tiap malam di kafeku." Yi Bo kembali meminta Sean untuk bernyanyi di kafenya. Ia memang sempat beberapa kali bermain piano dan bernyanyi lagi tapi hanya sebentar.
Entah sudah berapa kali Yi Bo selalu meminta Sean untuk menjadi penyanyi tetap di kafenya tapi Sean selalu menolak. Yi Bo tahu ada yang disembunyikan oleh Sean, karena matanya selalu terlihat sedih jika Yi Bo menyinggung keinginannya itu.
"Maaf Yi Bo aku tak bisa." Sean menundukkan wajahnya. Ia lalu meraih cangkir kopinya dan menyesap lattenya.
Yi Bo mengangguk dan masih tersenyum walau Sean menolak permintaannya.
"Hahaha..tak apa jangan sedih. Ahh aku jadi ingin main piano. " Yi Bo melangkah keluar dan berjalan menuju ke arah pianonya. Tangannya membuka piano itu dan mulai menekan tut piano pelan
Tringg...
Suara piano mulai terdengar mendayu. Malam semakin dingin dan Yi Bo memainkan piano untuk mengiringi malam itu. (Nyalakan video yang diatas ya teman2)
Musik mengalun lembut memecah keheningan malam yang semakin larut. Jemari Yi Bo terus menekan tuts pada piano. Ia memainkan dengan sangat bagus.
Sean dan yang lain hanya melihat Yi Bo sambil mendengarkan alunan musik itu. Sungguh malam itu terasa sangat spesial dengan penampilan Yi Bo. Hari itu ia bermain dengan sangat bagus.
Ingatan Sean kembali pada masa itu. Masa di mana dirinya masih terlalu muda dan terlalu egois. Ia selalu mengejar mimpinya dan melupakan orang-orang yang menyayanginya.
Ibunya selalu memberinya semangat. Hanya ibunya yang terus ada untuk menemaninya karena ayahnya selalu sibuk. Ia memenangkan berbagai perlombaan musik. Ia memenangkan banyak penghargaan untuk bakat musiknya itu. Di dukung dengan wajah tampannya Sean yang saat itu lebih dikenal dengan nama Xiao Zhan terus menerus mengejar semua mimpinya. Hingga suatu saat ia harus mengikuti kontes piano International Frédéric Chopin Piano di Polandia. Ibu yang biasanya selalu mendampinginya tak bisa ikut, ayahnya mengatakan jika ibunya sedang kurang sehat. Sean muda saat itu hanya bisa mendengarkan kata ayahnya dan terus mengikuti jalannya lomba. Ia pulang dengan bangga ke negaranya, namun semua berubah....
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story (END)
FanfictionPerjalanan hidup yang mengajarkan tentang cinta, persahabatan, keluarga Cerita ini terinspirasi dari dorama jepang one liters of tears.