Hanya manusia

377 65 15
                                    

Tak semua berjalan sesuai dengan kehendak kita.

Tak sedetik pun Yi Bo bermimpi akan memiliki pengalaman ini. Pengalaman yang membuatnya lebih menghargai hidupnya. Menghargai nafas yang ia  hirup tiap detiknya. Menghargai bagaimana tubuhnya dapat bergerak.

Tangannya yang kaku mulai sulit untuk diajak bekerja sama. Untuk sekedar memasang kancing bajunya saja ia membutuhkan banyak waktu. Sekarang ia lebih memilih untuk memakai pakaian yang mudah untuk dipakai apalagi kalau bukan atasan kaos dan celana yang hanya menggunakan karet. Teman-temannya tak menyadari perubahan penampilannya sekarang.

Ia kini mengurangi kegiatannya karena nafasnya terasa sesak jika ia terlalu banyak bergerak. Ia juga harus berhati -hati saat makan karena lidahnya kadang tak terkontrol, dan hal itu sering menyebabkan tak sengaja menggigit lidahnya sendiri atau dinding mulutnya.

Suasana sore sangat tenang hari itu. Musim dingin yang sebentar lagi datang membawa angin dingin. Yi Bo ijin kepada Yu Bin dan Shen-shen untuk keluar dari kafe sejenak. Ia ingin menikmati suasana itu.

Ia duduk di taman kota mengamati tiap orang yang berlalu lalang. Mereka sedang menikmati sore ini. Ada yang sekedar bercengkerama dengan temannya, ada yang sedang jogging, ada yang sedang duduk menyendiri seperti dirinya sambil mengerjakan sesuatu.

Yi Bo menatap pada tangannya. Ia berusaha menggerakkan jemarinya yang terasa kaku.

"Apa karena dingin?" gumam Yi Bo sambil terus mengepalkan tangannya.

Yibo menggoyangkan kedua kakinya ke depan dan ke belakang, sampai saat ini kakinya baik-baik saja. Walaupun terkadang ia terjatuh tiba-tiba karena tiba-tiba kakinya terasa kaku dan tak bisa ia gerakkan.

Yibo tersenyum saat melihat sesosok pria paruh baya yang sedang berjalan menuju tempatnya.

"Kenapa kau di sini, nak?" Tanya pria itu sambil duduk di samping Yi Bo

"Ah.. Paman kenapa paman kemari? Tidak melihat Gege bermain piano?" Jawab Yi Bo sambil sedikit membungkukkan badannya kepada Tuan Xiao, ayah dari Sean

"Aku memang mencarimu." Ujar Tuan Xiao sambil menatap Yi Bo

"Kenapa?" Yi Bo memandang lelaki tua itu

Pertemuan mereka yang pertama sudah beberapa bulan lalu. Saat itu Yi Bo selalu melihat ayah Sean yang sedang diam-diam melihatnya bermain piano. Ia mendekati Tuan Xiao dan menanyakan kenapa ia selalu melihat Sean. Saat itu Tuan Xiao menceritakan pada Yi Bo jika ia adalah ayahnya. Sejak saat itu tanpa sepengetahuan Sean, Tuan Xiao sering bertemu dengan Yi Bo dan berbincang dengannya. Tuan Xiao mengagumi pemuda yang ramah itu.

"Karena aku ingin mengucapkan terima kasih." Tuan Xiao mengatakan sambil meraih tangan Yi Bo

"Kenapa berterima kasih padaku paman? Aku tak melakukan apa-apa." Yi Bo heran dengan tingkah Tuan Xiao.

"Karena dirimu aku dan Sean kini berdamai, Yi Bo." Tuan Xiao tersenyum lebar dibalas dengan senyuman hangat dari Yi Bo

"Jangan berterima kasih padaku paman, aku sama sekali tak ada hubungannya dengan itu." Yi Bo tersenyum lembut dan menepuk tangan Tuan Xiao pelan.

Pandangan Yi Bo beralih pada sepasang ayah dan anak yang berada tak jauh dari tempatnya duduk.

"Paman... pasti kau sering seperti itu dengan Gege dulu." Yi Bo menunjukkan sepasang Ayah dan anak itu. Ayahnya masih muda dan anaknya berumur sekitar 2 tahun.

"Dulu, kata ibu panti waktu umurku berusia 1 tahun aku ditemukan di depan pintu panti asuhan. Aku sama sekali tak mengingat kejadian itu. Aku tak pernah tahu rasanya bermain dengan seorang ayah, suatu saat nanti mungkin aku bisa merasakannya. Betul kan paman?" Yi Bo beralih menatap Tuan Xiao sambil tersenyum lembut. Di matanya terlintas keyakinan itu.

My Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang