Biarkan aku Bahagia

409 64 27
                                    

Dedaunan mulai berguguran lagi. Yi Bo menatap guguran daun dari balik jendela kamarnya. Ia kembali tersenyum mengingat semua yang terjadi hari ini. Sampai detik ini ia masih bernafas, bergerak, berbicara dan yang paling penting dari itu semua ia masih bisa merasa bahagia.

Kafe Yi Bo tutup awal karena Yi Bo harus ke tempat dokter Tanaka sore ini. Dokter itu sudah seperti ayah baginya. Ia selalu mengingatkan Yi Bo akan jadwal kontrolnya dan selalu memantau keadaan Yi Bo. Jika Yi Bo mangkir maka dokter itu pasti akan memarahinya.

Dokter Tanaka juga sesekali akan datang ke Kafe Yi Bo di pagi hari sebelum ia berangkat bekerja. Kadang ia datang sendiri namun tak jarang ia akan mengajak istri cantiknya Kotomi. Mereka akan mengobrol sebentar sebelum akhirnya mereka pulang. Hubungan mereka sudah seperti anak dan orang tuanya.

Entah kenapa Yi Bo merasa nyaman bersama mereka. Kotomi istri dokter Tanaka sangat baik padanya sejak pertama kali mereka bertemu. Ia juga menyayangi Yi Bo seperti anaknya sendiri. Terkadang Kotomi akan datang sendiri ke kafe Yi Bo hanya untuk mengantarkan masakan yang ia masak untuk Yi Bo. Tak jarang juga ia ke kafe hanya untuk sekedar bertemu Yi Bo dan mengobrol dengannya. Yi Bo selalu menerima kedatangan Kotomi maupun dokter Tanaka dengan senyum cerianya.

Sudah setahun sejak dirinya di diagnosa menderita ALS. Tidak ada perubahan berarti bagi dirinya jika dilihat dari mata orang biasa. Tapi tidak dari mata seorang dokter. Yi Bo sudah makin melemah. Berat badannya semakin turun. Ia bukan lagi Yi Bo yang bisa berlarian mengantar pesanan pelanggan. Yi Bo tidak lagi membantu pegawainya untuk memasak atau meracik kopi. Yi Bo juga lambat saat bicara karena ia akan tersedak jika ia berbicara dengan cepat.

Dokter Tanaka tersenyum saat Yi Bo datang sore ini. Ia memang sudah menunggu kedatangan YiBo sejak tadi pagi. Ia sudah membaca hasil EMG dan MRI Yi Bo minggu lalu. Keningnya berkerut saat membaca hasilnya.

"Hai angel." Sapa dokter Tanaka memanggil Yi Bo. Ia terbiasa memanggil Yi Bo dengan sebutan Angel. Dokter saraf itu melihat Yi Bo yang kini tersenyum manis padanya.

"Pagi dok." Sapa Yi Bo tak banyak kata. Yi Bo melangkah pelan ke ruang pemeriksaan mengikuti dokter Tanaka.

"Ada keluhan?" Dokter Tanaka segera memeriksa pergelangan tangan Yi Bo dan pergelangan kaki Yi Bo. Serta mengamati setiap perubahan di tubuh Yi Bo.

Dokter Tanaka mengernyitkan keningnya saat melihat ada beberapa lebam dan bekas luka di kaki dan tangan Yi Bo

"Aku sering terjatuh sekarang hahaha." Yi Bo menjelaskan asal lebam dan luka itu sambil menertawakan dirinya sendiri. Tak ada gurat kesedihan di mata jernihnya.

Dokter Tanaka melihat wajah tampan Yi Bo, Ia belum pernah melihatnya meneteskan air mata walau hanya sekali di hadapannya. Banyak pasien Dokter Tanaka yang akan menangis tiap kali diperiksa mereka selalu mengeluh ini dan itu, tapi tidak untuk pemuda tampan ini. Ia hanya tersenyum.

"Angel, kupikir sudah saatnya kau harus mulai biopsi dan melakukan pemeriksaan pungsi lumbal juga" Kata Dokter Tanaka. Ia sudah meminta Yi Bo untuk pemeriksaan itu sejak tiga bulan yang lalu, namun Yi Bo menolak.
**Pengambilan sampel (biopsi) jaringan otot, untuk melihat kelainan pada otot. Pemeriksaan pungsi lumbal, untuk memeriksa sampel cairan otak yang diambil melalui tulang belakang.**

"Tapi jika aku melakukannya aku harus menutup Kafe lebih lama, dok." Jelas Yi Bo

"Mana yang lebih penting kesehatanmu atau kafemu?" Tanya dokter Tanaka sambil menatap Yi Bo. Yi Bo mulai sering sesak nafas jika ia terlalu sering bergerak.

Yi Bo terdiam beberapa saat dan menatap dokter Tanaka.

"Kau harus melakukannya sekarang jika kau tak mau hidupmu berakhir dengan cepat. Apa kau mau menyerah begitu saja?" Dokter Tanaka kembali membujuk Yi Bo

My Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang