Takut

439 57 21
                                    

Yi Bo berjalan menggunakan tongkat untuk membantunya. Kaki kirinya semakin susah untuk digerakkan jadi mau tak mau ia harus menggunakan alat itu. Sudah hampir 2 tahun ia didiagnosa dengan penyakit ini. Sudah 2 tahun ia berjuang. Merasakan nyeri di tiap persendiannya. Merasakan sesak saat bernafas juga kesulitan untuk menguyah makanan atau menelannya. Tapi ia masih bersyukur dengan keadaannya sekarang. Setidaknya ia masih bisa beraktivitas.

Awalnya Yi Bo malu untuk memakainya tapi jika disuruh memilih antara tongkat atau kursi roda maka Yi Bo segera memilih tongkat.

Semua teman Yi Bo akhirnya tahu apa yang terjadi pada dirinya. Sean sudah mengatakan pada yang lain. Yi Bo juga tak keberatan akan hal itu karena sejak awal ia memang tak berniat menyembunyikan penyakitnya.

Pertama kali mereka mengetahuinya mereka tak percaya, mereka sempat marah kepada Yi Bo. Mereka marah karena merasa Yi Bo membohongi mereka dan menyembunyikan penyakitnya dari mereka. Yi Bo hanya bisa meminta maaf. Ia benar-benar tak berniat untuk menyembunyikannya. Tapi ia menolak semua bantuan untuk dirinya. Ia tak mau dibantu oleh siapapun. Ia tak ingin menjadi beban untuk siapa pun.

Mulai saat itu walaupun Yibo menolak bantuan yang mereka berikan tapi, mereka lebih perhatian kepada Yi Bo. Apalagi setelah kaki kiri Yi Bo makin memburuk dan mengharuskan Yi Bo untuk menggunakan tongkat. Yi Bo juga terpaksa memindahkan kamarnya ke lantai 1, karena ia kesulitan untuk naik tangga. Semuanya berjalan dengan normal dan biasa menurut Yi Bo.

"Mulai sekarang kau harus tinggal bersamaku!" Kata dokter Tanaka dengan tegas saat memeriksa Yi Bo lagi setelah ia bisa bangun dari pemeriksaannya hari ini.

Yi Bo melihat dokter Tanaka lagi dengan wajah kesal. Sudah beberapa kali dokter Tanaka maupun teman-temannya yang lain selalu memaksanya untuk tinggal bersama mereka.

"Tapi dok..." Bantah Yi Bo

"Ia akan tinggal bersamaku, dok." Suara Sean tiba-tiba memotong kalimat Yi Bo

"Gege. Kenapa kau juga." Jawab Yi Bo segera. Ia tak suka keadaan ini. Ia terbiasa mandiri. Ia tak ingin merepotkan siapa pun. Yi Bo tak nyaman jika harus bergantung pada orang lain. Ia memang suka membantu siapa pun, tapi bukan berarti ia suka dibantu oleh orang lain.

"Tidak, aku tak mau. Aku tak mau tinggal dengan dokter. Aku juga tak mau tinggal dengan Gege." Yi Bo berdiri dengan susah payah dan segera akan melangkah keluar dari ruangan pasien itu.

Sean meraih tangan Yi Bo dan menggenggamnya erat. "Hei... mau kemana?"

"Pulang." Yi Bo menatap Sean dan dokter Tanaka bergantian. Ia merasa kesal sekarang. Kenapa semua orang mau seenaknya sendiri. Ini hidupnya. Kenapa mereka memaksanya untuk melakukan apa yang mereka mau. Mereka sama sekali tak menghargai dirinya.

"Aku akan mengantarmu Yi." Sean segera berlari mendekati Yi Bo

Yi Bo berhenti sejenak dan menatap Sean dengan dingin

"Tidak. Aku mau sendiri." Yi Bo berkata dengan tegas. Matanya terlihat marah.

Sean terpaku di tempatnya melihat Yi Bo yang berjalan menjauh. Baru kali ini ia melihat Yi Bo yang sedang marah. Pandangan mata Yi Bo yang biasa hangat berubah menjadi dingin. Ia terlihat seperti orang lain.

Yi Bo berjalan keluar tanpa memperdulikan tatapan Sean dan dokter Tanaka. Bahkan ia tak berpamitan pada siapa pun yang ia kenal di rumah sakit itu. Wajahnya terlihat sangat kesal

Yi Bo terdiam di dalam taxi. Pikirannya melayang membayangkan kejadian tadi. Kenapa ia bisa berbuat seperti itu. Mereka hanya ingin membantu Yi Bo, tapi ia justru merasa tak dihargai.

Tuhan, sepanjang hidupku aku tak pernah mau menyusahkan orang lain. Aku terbiasa sendiri dan mengerjakan semuanya sendiri. Aku tak terbiasa dengan keadaan ini. Semua memperlakukanku seperti gelas kaca yang sewaktu-waktu dapat pecah. Aku ingin diperlakukan sama. Aku tak mau dibedakan. Aku tak mau mereka memandangku dengan penuh rasa iba. Kenapa mereka mengasihaniku, padahal aku sama sekali tak merasa harus dikasihani.

My Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang