Jangan lupa ramein:)
HappyReading!Gilsara berjalan beriringan dengan Kendrick disisinya, tangannya dengan setia berada di rangkulan Kendrick. Layaknya ayah dan anak, keduanya sedari tadi terus membicarakan banyak hal. Perjalanan mereka tidak diisi dengan keheningan. Karena Gilsara tidak pernah ingin diam. Siang ini keduanya sedang menuju tempat dimana Sisca tinggal. Rumah sakit jiwa. Sesuai dengan janjinya pada Ratna pagi tadi, Kendrick harus menepatinya untuk menjenguk Sisca. Lagipula, sudah beberapa hari juga Kendrick tidak menemui ataupun melihat kondisinya.
"Kira-kira Sisca bakal seneng gak sama kehadiran aku, ayah?" tanya Gilsara disela perjalanannya. Menatap Kendrick yang seketika tersenyum menenangkan.
"Tenang aja, Sisca pasti seneng," ujar Kendrick setelahnya.
"Gimana kalau dia tiba-tiba ngamuk?"
Tertawa kecil, Kendrick mengacak-acak rambut Gilsara gemas. Menatap lurus ke depan, Kendrick lalu menjawab. "Nggak akan."
"Eum ...." Gilsara mengangguk percaya. Namun, hanya sejenak. Ketika Gilsara tiba-tiba terlonjak kaget mendengar suara pecahan dari arah kamar yang tidak jauh dari tempatnya dan Kendrick berada. Disusul jeritan kuat seorang perempuan.
"Sisca?" gumam Kendrick yang dapat didengar oleh Gilsara. Detik selanjutnya Kendrick berlari kencang menuju kamar yang terdengar kegaduhan tersebut. Sampai tanpa sadar Kendrick melepaskan genggaman tangan Gilsara. Gilsara dengan keadaan bingung bercampur kaget hanya diam dan segera berlari menyusulnya.
Ketika Kendrick mulai memasuki ruangan itu, Gilsara dengan segera mempercepat langkahnya. Saat sudah sampai, Gilsara seketika mematung melihat Sisca yang sedang mengamuk sedangkan Kendrick dengan susah payah mencoba untuk mendekapnya. Ada Ratna disana, dia menangis. Tanpa pikir panjang, Gilsara segera mendekatinya dan mengelus bahu Ratna.
"Ada apa?" tanya Gilsara pelan. Ratna menoleh dengan sesegukan. Kemudian tiba-tiba memeluk Gilsara. Namun, tidak menjawab pertanyaannya.
"GUE GAK GUNA GUE GAK GUNA!! ARGHH!! ANJ--"
"SISCA!!" Gilsara terlonjak begitupun dengan Ratna. Kendrick berteriak keras dengan masih mencoba menenangkan Sisca. Kedua tangannya sedari tadi mencekal lengan Sisca. Napasnya sedikit memburu, Kendrick tampaknya kewalahan. Dokter disana pun terlihat lelah.
"Kalian keluar dulu, nggak baik ada disini." Kendrick menoleh pada Gilsara dan Ratna.
Ratna seketika menggeleng, lalu menjawab. "Nggak! Sisca--"
"Ratna jangan mempersulit masalah!!" sentak Kendrick dengan Ratna yang langsung diam. "Gilsara bawa Ratna keluar."
Gilsara mengangguk, saat dia ingin berjalan keluar dengan menuntun Ratna, tiba-tiba suara Sisca terdengar memanggil namanya dengan nada rendah. Gilsara menoleh, begitupun dengan yang lainnya pada Sisca. Sisca sudah tidak memberontak, dia diam mematung sekarang. Seolah ingin melihat Gilsara, tetapi tidak bisa. Arah pandangnya ngasal kemana saja.
"G- Gilsara?" panggilnya sekali lagi. Tiba-tiba Sisca tertawa keras, tetapi itu tidak membuat dia menghentikan tangisannya. "Gilsara ...."
"I-iya?" Entah, Gilsara sedikit ragu menjawabnya. Terasa canggung.
Dengan napas sedikit memburu, Sisca meraba Kendrick didepannya. "A-ayah dia- dia Gilsara?" Sisca menunjuknya walau salah arah. Kendrick disana berdehem pelan menjawabnya. Gilsara sendiri tidak tau harus apa. Entah dia harus lega Sisca sudah tidak mengamuk lagi, atau merasa canggung dengan keadaan ini. Melihat Sisca yang tampak diam-diam mengepalkan tangannya membuat Gilsara sedikit meringis. Mungkin Kendrick serta Ratna dan dokter yang masih ada disana tidak menyadarinya. Entahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
GILSARA 2
Roman pour Adolescents[S Q U E L G I L S A R A] Akhir kisahku telah usai, dan awal kisahku yang baru akan dimulai. --- Dimulai karena kesalahannya yang tak sengaja, Langit harus merelakan Gilsara pergi dari pelukannya. Disini, kisah tentang sebuah rasa. Ketika dia berju...