Catcalling VS Pakaian

229 41 28
                                    

Kamu merasa menjadi alien saat pulang ke kampung halaman. Kerabat memandang aneh setiap bertemu, padahal pakaianmu relatif tidak terbuka. Kamu tidak pernah keluar dengan baju tanpa lengan atau bawahan di atas lutut. Jenis kainnya pun tidak ketat, tipis, dan transparan.

"Sheil, kamu nggak malu apa pakai baju kayak gini?" tanya Sarah, sepupumu.

"Aku malunya kalau gak pakai baju," jawabmu enteng.

Sarah sangat menjaga penampilan. Selain taat beragama, ia memegang teguh adat ketimuran. Berpakaian terbuka itu tabu.

"Tapi bajumu terbuka begitu. Ingat, Sheil, wanita sangat bisa menjadi fitnah. Wanita yang baik akan menjaga kehormatan dan menutup dirinya," nasehat Sarah.

"Baju seperti ini masih normal kok, Sar. Bukankah menyenangkan kalau kita bisa bebas memakai apa yang diinginkan? Bukan cuma perempuan, laki-laki juga bisa menjadi fitnah," tanggapmu telaten.

Kamu paham, Sarah amat berbeda denganmu. Kamu menghargai hal itu. Memaksa orang lain menjadi sama adalah hal buruk. Lebih baik menghindari perdebatan saja.

"Nah, sebentar lagi kamu pasti bicara tentang kesetaraan gender. Itu propaganda feminis barat, Sheil. Islam sudah memuliakan wanita dan menjadikannya ratu di rumah tangga," ujar Sarah.

"Beruntunglah jika kita menjadi seseorang yang dimuliakan, tapi tak semua perempuan merasakan hal ini. Aku pernah membaca jika di lingkungan rumah tangga, angka kekerasan justru tinggi. Mengenai kesetaraan, bukankah sejak awal kita semua setara? Mengapa saat diingatkan malah tidak terima?" tanggapmu.

"Kasus katamu itu dilakukan mereka yang tidak memahami dan menerapkan syariat. Untuk penganut agama lain paling tidak harus paham adat ketimuran," balas Sarah pendek.

Kamu tidak ingin perbincangan ini menjadi perdebatan, meski menemukan banyak kasus terkait. Pemerkosaan di lingkungan relijius, tindakan tak bermoral yang dilakukan tokoh agama, sampai warganet cabul padahal dari profil tampak sangat beriman. Berbincang mengenai agama tak akan ada habisnya.

Selain agama, topik ketimuran juga amat bias. Setahumu, budaya masyarakat timur di masa lampau bukan pakaian tertutup. Tidak ada standard harus seberapa tertutup seseorang. Dengan memposisikan diri di zaman ini, seharusnya adat ketimuran yang dijaga adalah norma dan sopan santun.

Kamu mengajak Sarah membeli es krim dan beberapa camilan di swalayan. Sarah ikut saja. Ia pun tak ingin memperpanjang obrolan tadi. Di pikiran Sarah, kamu sudah terkontaminasi paham-paham liberal-komunis-sosialis-anarkis-feminis dan semacamnya yang 'sesat' itu.

Kalian melihat seorang perempuan tengah diganggu preman di dekat lampu merah. Perempuan tersebut tampak ketakutan. Kalian segera menghampiri ke sana.

"Hei, Bang, mending catcall ke kucing beneran ketimbang ke cewek!" tegurmu.

"Dianya murahan kok, lebih menggoda yang kayak temenmu ini. Duh, Neng, Abang jadi penasaran di balik baju lebarnya ada apaan?"

"Kalau horny, nonton bokep sana, Bang!" cibirmu.

Kamu menggandeng Sarah dan perempuan itu ke depan ruko yang ada bangkunya. Si Preman tak bisa mengikuti kalian sebab suara kerasmu tadi menarik perhatian orang sekitar. Kalian menemani si Perempuan sampai angkutan datang.

"Semoga Mbak lekas ber-"

"Hati-hati di jalan, Mbak. Jaga diri ya." Kamu memotong kalimat Sarah.

Perempuan itu tersenyum manis sebelum melangkah masuk angkutan. Kalian masih memandangi suasana jalan.

"Sheil, aku gak bisa berkata-kata loh tadi," curhat Sarah.

"Serem emang. Kita harus hati-hati," komentarmu.

"Padahal pakaianku udah kayak gini masih dilecehin, aku heran kenapa banyak yang betah berpakaian terbuka." Sarah ngedumel sendiri.

"Nggak ada hubungannya pakaian sama pelecehan, Sar. Semua bisa jadi korban. Pelecehan itu berasal dari niat pelaku," jelasmu.

Kondisi sama, satu terbuka satu serba tertutup. Mana yang lebih banyak digoda kembali pada fetish.

Analogi menyamakan perempuan dengan barang-barang sepele tidak pernah sepenuhnya valid. Sejak awal, perempuan bukan barang. Baik perempuan atau laki-laki sama-sama tak patut diobjektifikasi. Manusia bukan makhluk serendah itu sampai mendewakan nafsu padahal dikaruniai pikiran dan perasaan.

Godaan bagi tiap orang bisa berlainan. Faktor penghalangnya turut beragam. Namun apabila dicermati, kesempatan melecehkan seperti apapun takkan terjadi jika memegang teguh prinsip. Ada yang pernah berkata bahwa nilai-nilai dalam diri adalah pelindung terkuat.

END

Aaaa saya produktif sekali hari ini 😂
Nge-feel gak nge-feel semoga pesannya tersampaikan.

Spread Love, Against PatriarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang