Kerja kelompok sambil bergosip adalah pengalaman hampir semua anak. Tugas matematika yang super duper susah membuat kelompokmu malas melanjutkan dan stalking bersama di salah satu laptop. Tidak apa-apa, kalian memang perlu penyegaran pikiran.
Artis Saka Jiwa Dituduh Memerkosa Siswi SMA.
Tangkapan layar judul berita salah satu media ternama mengejutkan kalian berlima. Dengan kekuatan netizen, kalian berbagi tugas menggali informasi. Kamu diminta mencari utas cerita korban, Intan membuka link berita terkait, Celine mengecek tanggapan di akun gosip, Heru mencari berita-berita sejenis, dan Endro mengecek media sosial Saka Jiwa. Dasar anak muda, kalau tentang gosip kalian cekatan sekali."Sumpah. Brengsek banget si Saka Jiwa menjadikan anak SMA sex slave hampir setahun, dan si Kejora (bukan nama sebenarnya) baru berani speak up sekarang. Kejora baru lulus SMA semester lalu njing, lebih muda dari kita malah," komentarmu usai membacakan utas Kejora.
"Jancok. Saka Jiwa ini sakit jiwa. Coba kalian lihat klarifikasinya ini. Innosen banget cok. Kolom komentar medsos ditutup pula. Bangsat. Jancok. Dia punya adek perempuan padahal. Malu-maluin laki-laki aja. Cok." Endro memaki-maki sambil memutar ulang video klarifikasi Saka Jiwa di instaons.
Kalian berempat ikut menonton video yang diperlihatkan Endro. Kamu paham kenapa Endro misuh-misuh. Saka Jiwa mengatakan bahwa mereka saat itu berpacaran, jadi itu bukan pemerkosaan. Saka Jiwa juga bilang bahwa justru Kejora ikut menikmati fetish BDSM-nya, bahkan acapkali meminta duluan. Padahal hal tersebut bertentangan dengan pernyataan pihak Love And Heal yang sedang menangani korban.
"Tunggu, jangan keburu emosi. Gue paham di screenshotan chat-nya Saka Jiwa emang vulgar, tapi si Kejora gak ngelawan dan nurut-nurut aja tuh. Bener nih kata salah satu netizen di insta, mereka sama-sama mau. Kalau keberatan pun mestinya Kejora putusin Saka Jiwa, kan? Eh ini ada komentar baru. Jangan-jangan motif Kejora baru speak up karena sakit hati diputusin. Apalagi Saka Jiwa baru masuk nominasi Aktor Pendatang Baru Terfavorit," beber Celine.
"Love And Heal kan udah bilang kalau Kejora kena gaslighting. Dia termanipulasi sampai sempat meragukan dirinya sendiri. Kenapa baru sekarang ya karena dia baru siap. Trauma gak segampang itu ilang loh," timpal Endro.
"Kasihan Kejoranya gak paham consent. Dia kira sekali bilang iya buat bersenggama artinya harus selalu mau diajak. Dia juga gak tau pentingnya pakai kondom sampai terpaksa aborsi. Huhuhu, kenapa sih edukasi seks di Indonesia kayak barang terlarang? Wahai polisi-polisi moral di luar sana, lihatlah peristiwa miris ini dengan hati," tambahmu.
"Semoga Kejora lekas sembuh deh. Menurutku keduanya salah. Saka Jiwa teh salah memperlakukan Kejora kayak gitu, tapi Kejora juga salah karena mau diperlakukan begitu. Berhubungan seks sebelum nikah sudah melanggar norma atuh. Kalau baru pacaran teh jangan sampai aneh-aneh," ucap Heru.
"Yups, lo bener, Her. Mana kalau ada apa-apa yang paling dirugiin itu cewek," tanggap Celine.
"Anu ... kalian dari tadi berdebat, aku jadi penasaran. Kita kan udah baca keterangan pihak Kejora dan Saka Jiwa, tapi aku masih merasa ada yang mengganjal." Intan yang sedari tadi diam akhirnya bersuara.
"Kenapa, Ntan?" tanya Endro.
"Kita baca keduanya biar objektif dan berimbang, kan? Terus apa? Keduanya amat bertentangan sampai aku belum dapat titik temu yang jelas," gumam Intan.
"Ini namanya asas praduga tak bersalah, Ntan. Masuk kajian HAM dan kode etik jurnalistik. Selebihnya teh terserah kita menyimpulkan bagaimana," jawab Heru.
"Aku kurang setuju ih. Penerapan asas praduga tak bersalah beda buat kasus perkosaan. Yang ada Percayai korban, sampai terbukti sebaliknya," sanggahmu.
"Aku kurang sreg sama kata objektif sih. Selain metode, memangnya kita bisa objektif ya? Subjektivitas alias keberpihakan selalu ada. Pastinya kita harus berpihak pada korban. Berani speak up itu gak gampang, kita kudu mendukung dia mendapat keadilan. Dengan catatan, prosesnya harus memerhatikan perspektif korban," tukas Endro.
Kalian berniat merenungkan perkataan Endro sembari berpikir keras. Akan tetapi, suara hangat terdengar dari sebelah meja.
"Permisi, Kak. Mohon maaf mengganggu, saya mau menginfokan 15 menit lagi warkop ini harus tutup," sapa pramusaji.
"Terima kasih, Kak. Sebentar lagi kami selesai kok," balas Heru sebelum menyunggingkan senyum sopan.
Tampaknya kalian harus lekas pulang, tapi diskusi tadi masih jauh dari kata selesai. Semoga kalian bisa lebih hikmat merenung di kos masing-masing.
Berani bersuara itu tidak mudah. Bagaimana kita bisa berlaku adil kalau berusaha memahami korban saja tak mau?
END
Saya nulis apaan sih? :( Ini terinspirasi dari macam-macam reaksi orang ketika mengetahui kasus perkosaan ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spread Love, Against Patriarchy
Storie brevi(Kumcer kampanye dalam rangka melawan romantisasi hal-hal beracun di wattpad) Menguasai itu bukan cinta. Diperkosa itu tidak manis. Hubungan tak sehat adalah racun. Menolak patriarki bukan berarti mendukung matriarki. Sebarkan cinta. Gandeng mereka...