2. GAK PEKA?

2.7K 134 0
                                    

Selamat membaca cerita ALASKA.

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Terimakasih!!

***

Mata Dinda perlahan membuka, orang pertama yang dia lihat adalah Alaska yang sedang menunggunya.

"Kenapa lo gak bilang sih kalo lo emang bener-bener gak bisa hirup asap rokok," omel Alaska ketika dia melihat Dinda mulai membuka matanya.

"Apaan sih lo Al," ujar Dinda memegangi kepalanya yang masih terasa pusing sambil berusaha untuk duduk. Melihat itu, Alaska berinisiatif membantu Dinda agar bisa duduk dengan mudah.

"Gue baru aja bangun, lo malah ngomel-ngomel mulu. Lo udah kaya emak-emak komplek rumah gue tau gak," Dinda balas mengomeli. "Lagian juga, gue kan udah bilang sama lo, kalo gue gak bisa hirup asap rokok," ujar Dinda.

"Tapi lo malah bilang ke gue kalo lo gak peduli," lanjut Dinda. "Lo kira waktu gue bilang kaya gitu gue lagi becanda?"

Alaska sempat terdiam karenanya. Benar juga ya, kan Alaska yang bilang tidak peduli dengan keadaan gadis di depannya ini.

Gadis itu kini berusaha berdiri, kemudian melangkah perlahan keluar dari uks.

"Mau kemana lo?" tanya Alaska mengikuti Dinda dari belakang.

"Balik kelas," ujar Dinda. "Gara-gara lo. Sekarang di absen gue pasti udah di tulis bolos tau gak."

"Gue anterin," ujar Alaska membuat Dinda menghentikan langkahnya.

"Gak perlu, gue bisa sendiri."

Dinda berbalik meninggalkan Alaska yang terdiam di tempatnya, ada perasaan marah dan perasaan bersalah di dalam hati Alaska.

"Apa gue udah kelewatan ya?" gumam Alaska.

"Kalo kelewatan ya mundur aja bang, gampang kok," ujar Ken cengengesan. Cowok itu datang dari arah belakang Alaska.

Alaska menoleh malas melihat Ken yang ternyata datang bersama Bian dan Anjas.

"Bacot lo," cibir Alaska.

Ken hanya cengar-cengir bodoh, sedangkan Bian, cowok itu sibuk mengamati sekitar, siapa tau ada seseorang yang bisa di jadikan target gombalan mautnya.

"Lo emang kelewatan Al," ujar Anjas dengan gaya cool nya.

Alaska menoleh kepada Anjas yang hanya meliriknya sekilas. "Gitu doang kelewatan?"

"Yang menurut lo biasa aja, bukan berarti menurut orang lain juga biasa aja," ujar Anjas meninggalkan Alaska begitu saja.

"Tuh pak bos, dengerin kata bang Anjas," Ken menepuk pundak Alaska sekilas lalu menarik tangan Bian untuk ikut bersamanya, meninggalkan Alaska.

"Emangnya iya ya?" batin Alaska bertanya-tanya.

Disisi lain, Dinda baru saja duduk dengan tenang di bangkunya, untung saja guru yang mengajarnya saat ini bukan guru killer yang tidak mau menerima alasan Dinda datang terlambat.

ALASKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang