Bunga bunga bermekaran. Pelangi begitu mewarnai. Senja yang mempesona. Rembulan membuat tertawan. Malam membuat tenang. Kupu kupu berterbangan. Hujan gerimis merintik rasa. Kau tahu bagaimana rasa aku kala itu? Ketika semua yang kulihat dan dilewati begitu indah. Mewarnai hari. Menciptakan simpul senyum yang terus mengulum. Ku rasa kau pun tahu, semua terjadi sebab apalagi selainmu.
Hariku begitu menawan. Mengenal dan bersamamu pria yang buatku benar benar merasa kesejukan. Melaluimu aku merasa bagaimana dicinta. Dari janjimu aku begitu berubah sosok wanita yang sangat beruntung didunia. Ku kabarkan perihal bahagia ini pada semua kawanan. Entah senjakah walau ia hanya lewat sekejab. Atau mentari yang menyinari sepanjang hari.
Kau percaya? Saat itu akulah dengan bangga berkata bahwa aku dicintai pria luar biasa. Kau bisa apa? Aku ini wanita yang dipuja olehnya. Ia berjanji akan bersamaku atas dasar ridhanya. Kau mau apa? Perbandingan kah atau penjelasan sebagaimana manjanya aku kala bersamanya. Apalagi? Doa doa ia panjatkan pada sang Tuhan, kau tahu? Akulah wanitanya yang ia sebut nama itu dalam panjatan doanya. Sekarang apalagi? Ada lagi yang perlu aku jelaskan mengenai beruntungnya aku sebagai wanita yang dipujanya. Yang menjadi bagian atas dirinya. Apalagi? Semua ia lakukan dalam dasar syariat agama. Tak ada, sedikitpun ia tak melukai.
Ada apa? Apa yang dikabarkan pada kumbang? Lihatlah, ia pun iri padaku. Kenapa kau kumbang? Apa yang kau katakan? Mengapa kau gambarkan lelakiku demikian. Tidak kumbang, jika kau iri tak seharusnya kau menghinakan. Itu jelas jelas tak baik dalam ajaran.
Sudahlah, Tenang lelakiku. Aku tak akan menghiraukan apapun dan siapapun yang mengatakan buruk tentangmu. Aku lebih percaya padamu. Kaulah yang berarti dalam hidupku. Kuserahkan semua atas rasaku padamu.
Waktu terus berjalan menggenapkan rasa kita, aku khususnya dalam mengagumimu dan berkhayal tentang kita nanti dimasa depan. Aku merasakan bahagia dengan menua bersamamu. Kau yang menjadi seorang satu satunya alasanku bahagia. Kau yang ada disampingku hingga usia senja.
Dengarkan, aku merajut masa depan dalam khayalan. Ketika kita menua bersama, kau dengan buku 'semanis rasa' dan aku dengan kaca mata tua memandang indah senja. Kita duduk bersama, kau yang membaca namun fokusmu pada wanita yang kau puja yang tak lain adalah aku. Aku tersenyum, kau menyesap kopimu dan menghirup aromanya sehingga melenakkanmu. Kau memujiku, kau mencintaiku sepenuh hati. Aku bahagia dimilikimu dan kau bahagia memilikiku.
Dan akhirnya, itu semua membuatku lupa. Bukankah hati itu bernama Qalbu? Makna mudah terbalik dan berbalik balik. Tak ku duga rasa itu kini menjadi luka. Ketika malam itu kau berkata seolah bukan seorang manusia. Kau semudahnya pergi seperti tak punya hati. Entah bagaimana semua janji janji atau kata yang kau beri. Apa? Kau ini mahluk apa. Sebejat itukah pria dalam memainkan cinta? Setelah mengungkap semua mesra dan janji nyatanya kabar itu menghampiri, kau berkata seolah tak punya hati. 'Jangan lancang padaku, aku sudah punya calon. Saya mohon kalau kau punya rasa padaku hapus rasa itu'
Kau tahu? Kata itu benar benar tak ku bayangkan sedikitpun akan keluar dari bibirmu yang seorang penjaga kalam Allah. Maafkan aku. Kini aku mengerti, bahwa hati dan keimanan dua hal yang berbeda.
Berbahagialah.
KAMU SEDANG MEMBACA
serpih rasa
PoetryTinggalkan aku bersama kenangan itu, dibawah senja dalam peraduannya. Karena nyatanya malam buatku lebih nyaman, setelah kemarin senja buatku terpana. Celoteh hati Rtna Hana ❤