hati yang kau tinggalkan

14 2 0
                                    

Kau tahu? Tidak ada yang baik baik saja padaku setelah kau pergi meninggalkan. Pahamkah sekiranya engkau bahwa aku tak benar benar merela atas kepergianmu? Atau kau temui aku dengan tangis yang tak tertahan saat itu.

Denganmu, senyum itu aku bayangkan. Betapa rasamu benar benar telah tertanam. Berkarat emas dalam genggaman. Begitulah aku camkan. Kebodohan mana lagi yang harus ku perjelaskan. Nyatanya semua janji itu hanya remeh dari sebuah bualan.

Bukankah aku sempat berkata manis saat perpisahan itu? Aku mengucap syukur untuk kabar baikmu. Meski nyatanya itu menyiksa dengan perih untukku. Ketahuilah parasku menampilkan senyum. Doa baik untukmu. Namun kau tak mengerti kan? Ada hati yang perih, tersayat, mengiris ketika kau dengan berekspresi demikian.

Senoga kau bahagia, bahagia ya sama dia, jaga dia baik baik, perlakukan ia dengan lembut dan banyak sekali bukan kata kata baik yang aku ucapkan saat itu untukmu. Entah itu pesan ataupun doa. Munafikkah kiranya aku menapikan rasa yang ada?

Lantas aku harus apa? Ketika itu kau yang menjauh dariku karena ingin menjadi baik tiba tiba kembali jua dengan kabar kau akan bersama. Bukan denganku. Melainkan dengannya.

Lalu kamu kira apa semua ini? Kau anggap kisah lalu hanya sekedar guyonan semata? Atau apa? Aku benar benar tak mengerti. Sekejam itukah? Semunafik itukah? Seremeh itukah permainan hatimu? Sampai tak memikirkan ada hati lemah nan rapuh yang semudahnya kau permainkan, terbang tinggi kemudian kau jatuhkan tak sedikitpun merasa kesalahan.

Jika berkata demikian akan akhir yang tak seiras dengan khayalan. Setidaknya berkatalah sedikit luka. Agar ada alasan untukku menyalahi agar sedikit alasan untuk kau pergi. Jangan seperti kemarin, kau begitu manis nan indah layak pelangi rasa gulali. Nyatanya, kini kau pergi dengan hati yang mudahnya kau hancurkan tanpa berfikir bagaimana keadaanya.

Tak apa, karena Rabbku aku ikhlaskan semua perihal tentangmu. Pergilah, enyahlah dan tak lupa bahagialah bersama pilihanmu. Aku mohon, jadikan aku sebagai yang terakhir untukmu. Bukan, bukan terakhir untuk pelabuhan, karena aku pun sudah jelaskan sedari awal kau bahagia bersamanya. Jadikan aku sebagai wanita terakhir yang kau beri janji lalu kau rapuhkan dan hancurkan hatinya begitu saka dengan kepergianmu.

Dengarkan aku, bukannya apa atau bagaimana. Percayalah hati wanita rentan rapuh dan melemah. Ketegaran hati semua wanita tak sama. Aku tak menjanjikan akan ada hati seperti wanita yang kau tinggal ini. Karena rasa perih itu benar benar menusuk. Merapuhkan raga dan harapan. Bukan aku menyombongkan diri dengan kata aku paling kuat dalam menahan rapuh. Aku hanya ingin kau sekedar tahu, bahwa kepergianmu benar benar sudah aku ikhlaskan dengan sepenuh hati karena Rabbku.

serpih rasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang